Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Dato Anwar Ibrahim: Umat Islam Perlu Gagasan Segar

$
0
0
Dr. Anwar Ibrahim (kanan), mantan Wakil PM Malaysia, menyampaikan pandangannya tentang keumatan dalam dialog dengan sejumlah pengurus dan aktivis Salman ITB. Beliau didampingi Dr. Syarif Hidayat, Ketua Pengurus YPM Salman ITB.  (Foto: Salim Rusli)

Dr. Anwar Ibrahim (kanan), mantan Wakil PM Malaysia, menyampaikan pandangannya tentang keumatan dalam dialog dengan sejumlah pengurus dan aktivis Salman ITB. Beliau didampingi Dr. Syarif Hidayat, Ketua Pengurus YPM Salman ITB. (Foto: Salim Rusli)

Umat Islam tidak hanya perlu memperluas dan menggiatkan dakwah. Namun, umat Islam juga  perlu mengembangkan ide-ide, gagasan dan pemikiran baru yang segar dan tidak hanya mengekor pemikiran Barat. Demikian pandangan Dato Seri Dr. Anwar Ibrahim, mantan Wakil PM Malaysia dan seorang intelektual muslim. Pandangan tersebut dilontarkan beliau dalam dialog di Gedung Serba Guna (GSG) Atas Kompleks Salman ITB pada Kamis (26/06) pkl. 10:00 WIB. Hadir dalam acara tersebut, sejumlah pengurus, aktivis, karyawan dan anggota Dewan Pakar Salman ITB.

Gagasan baru yang harus disegarkan kembali diantaranya adalah “masyarakat madani”. “Masyarakat madani, tidak tepat jika disamakan dengan civil society. Sebab di dalam masyarakat itu perlu suatu landasan etika yang kita temukan dan gali sendiri,” ujar Anwar. Untuk itu, umat Islam perlu membaca ulang khazanah turats (tradisi) pemikiran para ulama-ulama muslim klasik, seperti Imam Al-Ghazali, Al-Mawardi, dan lain sebagainya.

Dalam acara yang berlangsung sekitar satu jam tersebut, Anwar memaparkan apa yang dimaksudkannya dengan pembacaan turats. “Turats harus dibaca secara keseluruhan, tidak sepotong-sepotong,” ujar Anwar. Imam Al-Ghazali misalnya, contoh Anwar, sering hanya diidentikkan dengan tradisi sufistik. Padahal banyak pula karya-karya lain beliau yang perlu digali. Parahnya lagi, imbuh beliau, banyak umat Islam yang alergi dengan seluruh karya seorang ulama karena tidak setuju dengan sebagian pemikiran ulama tersebut.

Khazanah keilmuan klasik tersebut bukan hanya perlu dibaca teksnya, melainkan juga konteksnya. Beliau mencontohkan kitab Al-Ahkam al-Sultania w’al-Wilayat al-Diniyya (The Ordinances of Government) karya Al-Mawardi. “Kitab tersebut ditulis Al-Mawardi dalam konteks pemerintahan yang rakyatnya seluruhnya Muslim,” papar Anwar. Tantangannya ujar Anwar, adalah bagaimana mengkontekstualisasikan pemikiran tersebut dalam masyarakat majemuk. Malaysia misalnya, komunitas muslimnya hanya mencapai 60% dari seluruh populasi.

Dr. Syarif Hidayat, Ketua Pengurus Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB, yang hari itu mendampingi Anwar sebagai moderator diskusi, menyambut baik semangat Anwar. “Tugas kita bukan menyongsong atau menyambut bangkitnya Peradaban Islam, akan tetapi mempersiapkan kebangkitan tersebut,” tegas Syarif.

Acara diskusi tersebut kemudian dilanjutkan dengan makan siang dan ramah tamah selepas shalat zuhur antara pengurus Salman ITB dan rombongan Anwar Ibrahim. Dalam kunjungannya ke Bandung, Anwar membawa serta sejumlah peneliti Malaysia yang bernaung di bawah IIIT (International Institute of Islamic Thought) yang didirikan (Alm.) Prof. Ismail Raji Al-Faruqi, seorang pemikir muslim yang mengajar di berbagai universitas di Amerika Utara. Sebelum zuhur, Anwar juga menyampaikan ceramah motivasi singkat di hadapan mahasiswa baru ITB di Aula Barat.***


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Trending Articles