Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Islam yang Satu, Islam yang Padu (3): Singkirkan Ego untuk Persatuan Umat

$
0
0
Akankan warna-warni potensi umat itu terikat kuat dalam satu pondasi?

Akankan warna-warni potensi umat itu terikat kuat dalam satu pondasi?

 oleh: M. Kamal Muzakki, Manajer Rumah Amal Salman ITB

“Mas, sampean kalau sholat pake qunud, enggak?”

Itu adalah salah satu perbicangan yang sudah biasa terdengar di telinga saya. Sangat biasa. Jika mulai jauh-jauh, paling merembet ke urusan tata cara baca quran, berpakaian, dan lain sebagainya. Tentu, perbedaan yang tiap tahun kita jumpai adalah urusan hari raya.

Kapan sih kita mulai bicara tentang kemandirian ekonomi umat? Kapan kita bicara untuk membantu sesama muslim yang terjajah? Dan yang terpenting, kapan kita membicarakan akhlak umat?

Saya rindu umat Islam yang in harmonia progressio. Kemajuan dalam keselarasan. Kalau untuk urusan kecil-kecil kita tidak bisa saling memahami, kita tidak akan bisa melihat masalah yang tidak hanya penting tapi juga prioritas.

Saatnya kita bicara tentang hal yang lebih prioritas. Masih banyak orang yang tiap malam kedinginan di pinggir jalan. Masih banyak yang tidak bisa tidur karena kelaparan. Umat Islam harus bersatu untuk menyelesaikan masalah itu, bukan lagi untuk kepentingan ormas, golongan, partai politik, tapi kepentingan Islam.

Lalu bagaimana mempersatukan umat? Sedahsyat-dahsyatnya Perang Dunia II tidak lebih dahsyat dari peperangan melawan diri sendiri. Melawan diri sendiri berarti melawan hawa nafsu dan ego pribadi, melawan penyakit hubbudunya (cinta dunia).

Aneh ketika umat diminta bersatu, “Ayo-ayo bersatu, umat Islam harus bersatu, tapi dari golongan kami ketuanya, dari kelompok kami yang akan memimpin” Lha… kapan kita bersatu kalau seperti ini terus, masih mengedepankan ego?

Resep persatuan umat sangat sederhana. Kalahkan diri sendiri, kalahkan hawa nafsu, kalahkan ego. Persoalan apakah partai A, ormas B, kelompok C yang akan memimpin insya Allah akan selesai dengan sendirinya.

Kita beragam tapi tidak untuk mencari perbedaan, tapi kita beragam untuk saling mengisi kekurangan. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk selalu bisa mengalahkan nafsu ego pribadi demi persatuan umat, demi tugas khalifatul fil ard.

Saya mulai tulisan ini dengan pertanyaan saya pun mengakhirinya dengan pertanyaan. “Apa sih yang kita cari di dunia ini?”***


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Trending Articles