Oleh: Ana Shofia
Jumat (23/01) lalu di depan sekretariat Bidang Kemahasiswaan dan Kaderisasi (BMK) Salman ITB, saya berbincang dengan seorang pria berbaju koko hijau muda dan celana kain potongan sederhana. Rambutnya dipotong cepak hingga tersisa sekitar satu senti saja di atas kepalanya. Gaya bicaranya bersemangat, meski tanpa mengangkat tinju tinggi-tinggi dan tanpa meninggikan volume suara. Obrolan kami, seolah tak ada habisnya. Sayang, jadwal kuliah masing-masing memaksa kami untuk mengakhiri percakapan menarik siang itu.
Adalah Muhammad Nur Fajri, mahasiswa jurusan Teknik Geodesi ITB angkatan 2012, ketua baru unit Pusat Teknologi Tepat Guna (Pustena) Salman. Sejak Desember lalu, ia resmi memimpin unit yang lama vakum itu.
Sebelumnya, Pustena hanya mengadakan percobaan atau training selama 3 atau 4 kali untuk calon kru—cakra. Belum ada inovasi atau karya yang ditelurkan dari unit yang bergerak di bidang teknologi ini. Regenerasi kader di Pustena juga kurang diperhatikan. Bahkan, Pustena pernah mengalami masa di mana selama 3 tahun tidak ada pergantian pengurus. Para “tetua” yang semakin sibuk membuat keadaan Pustena memburuk. Penurunan nilai-nilai budaya Pustena pun terhenti. Anak muda dengan gagasan baru tidak ada, ide-ide kreatif pun menguap.
Dasar inilah yang membuat lelaki asal Jawa Tengah ini ingin mengembangkan dan merevitalisasi Pustena. Dalam masa jabatannya sebagai ketua, Fajri juga ingin menggerakkan divisi research and development dengan cara mengadakan brainstorming bersama semua anggota. Tujuannya, untuk mengumpulkan ide-ide baru yang kemudian dikaji demi membentuk suatu proyek bersama. Divisi research and development sendiri tersusun dari subdivisi IT, social and environment, dan mitigation.
Selain brainstorming, training pun tetap akan dilaksanakan. Sasaran utamanya adalah mahasiswa, serta pelajar SMA atau SMK. Materi yang akan diberikan lebih kepada desain grafis dan/atau video. Training akan dilaksanakan hingga peserta cukup ahli di bidang yang ia tekuni. Nantinya peserta akan diikutsertakan dalam lomba-lomba bidang terkait.
Fajar berharap, ia dapat mendorong dan mewadahi teman-teman yang lain untuk berkreasi di Pustena. Ia pun berharap agar eksistensi Pustena kembali terlihat, baik di Salman maupun di luar.
Sementara itu dalam waktu dekat, Pustena akan mengembangkan pupuk kompos cair dari tumbuhan yang telah layu. Jika berhasil, nantinya proyek ini akan disebarluaskan ke masyarakat. [ed:Dh]