Setiap hal di dunia diciptakan berpasang-pasangan. Mulai dari hewan, tumbuhan, manusia, semua ditakdirkan untuk memiliki pasangan. Mungkin karena itulah sebagian orang yang belum memiliki pendamping hidup, merasa rendah diri. Gelar ‘Jomblo’ yang melekat, membuatnya rendah diri.
Padahal, jodoh merupakan bagian dari takdir. “Bagian dari takdir itu harus menjaga kehormatan dan harga dirinya,” tutur Staf Ahli Majelis Pembina YPM Salman ITB, Samsoe Bassaroedin, Sabtu (17/10).
Lelaki yang akrab disapa Mas Samsoe ini yakin, setiap makhluk pasti memiliki pasangan. Selama menunggu pun, kita sebaiknya terus istikamah dan tawakal. Kita harus yakin Allah pasti memberikan pasangan yang terbaik untuk kita.
Memang, dalam masa penantian pasti banyak godaan datang silih berganti. Berpikir negatif bahwa Allah tidak adil, misalnya. Merasa cukup pantas untuk menanggalkan gelar ‘Jomblo’, kemudian kesal karena belum dapat jodoh juga. Itu bukanlah suatu sikap yang tepat. Belum mendapat jodoh, tidak berarti kehormatannya tercemar.
“Sepanjang ia tidak mengalami kelainan dan dia tidak menolak takdir harusnya tetap yakin,” katanya.
Soal jodoh, memang hanya Allah yang tahu. Ada yang mendapat rezeki itu, ada pula yang tidak hingga akhir hidupnya. Samsoe mengatakan, bila semasa hidup orang tersebut terus menjaga diri dengan melaksanakan aturan-Nya, maka ia akan dikaruniai bidadari atau bidadara di surga.
Itulah mengapa, meski menyandang gelar ‘Jomblo’, kita mesti terus berprasangka baik pada Allah. Sebab, adanya jodoh ialah suatu keniscayaan. Setiap makhluk memiliki pasangannya, meski tak ada yang tahu kapan ia dapat berkumpul dengan pasangannya itu. Wallahu a’lam.