Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Semua Bisa Jadi Hafiz (1): Pemelihara, Makna Hakiki Hafiz

$
0
0
(Ilustrasi: Harun Suaidi Isnaini)

(Ilustrasi: Harun Suaidi Isnaini)

“Secara umum, semua umat Islam pasti jadi hafiz. Minimal hafiz Surat Al-Fatihah,” ujar K.H. Saiful Islam Mubarak sembari tersenyum simpul.

Itulah pernyataan ustaz yang kerap mengisi kajian kealquranan ini saat diwawancarai Salman Media terkait hakikat dari istilah hafiz, Kamis (12/03) di Kantor Maqdis, Jalan Geger Kalong Girang Baru, Bandung.

Di tengah hujan yang turun cukup deras saat itu, Saiful dengan ramah memaparkan secara runut jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dari kami. Menurutnya, jika seseorang menjaga serta memelihara hafalan Alqurannya, baik sedikit maupun banyak, maka ia sebenarnya dapat dikatakan sebagai seorang hafiz. “Haafidz itu kata sifat yang ditujukan kepada orang yang senantiasa memelihara,” ujarnya.

Saiful melanjutkan, kalau dipandang secara luas, kata hafiz sebenarnya dapat disematkan ke berbagai pihak, tak hanya kepada orang yang senantiasa memelihara Alquran. Orang yang selalu disiplin melaksanakan salat atau orang yang menghafal hadis juga dapat disebut hafiz. Menurut Saiful, gelar hafiz yang selama ini dikenal masyarakat dan hanya ditujukan kepada pihak-pihak tertentu bukanlah ketentuan dari Allah ataupun Rasul. Bahkan, pada zaman Rasul sendiri pun belum ada gelar Al-Haafidz.

“Kondisi masyarakatlah yang menentukan makna (istilah) hafiz,” ungkap pengasuh pondok pesantren Alquran bernama Mahad Alquran dan Dirasah Islamiyah (Maqdis) Bandung ini.

Saiful menjelaskan, gelar Al-Haafidz merupakan bentuk penghormatan dari masyarakat kepada orang yang telah selesai menghafal 30 juz Alquran. Gelar ini pun hanya terdapat di Indonesia saja. Di Timur Tengah, Al-Haafidz diberikan kepada ulama yang telah menghafal hadis dalam jumlah tertentu, bukan sekadar sudah menghafal Alquran.

“Alquran memang diistimewakan oleh Allah Swt. mudah dihafal. Tidak ada kitab yang disebut kitab suci, yang dihafal seperti Alquran. Namun, kadar penghafalan (pada tiap orang) Allah bagi-bagi,” papar penulis buku Setan pun Hafal Alquran dan Pandai Meruqyah ini.

Ada orang yang mampu menghafal dari segi kuantitas dan kualitas, ada yang kuantitasnya saja, dan ada yang kualitasnya saja. Jika kita tidak mampu menghafal secara kuantitas, setidaknya surat-surat pendek yang sudah kita hafal, hafalannya dapat betul-betul berkualitas. Ketika membacanya dengan tepat, berarti kita sedang memelihara dari segi kualitas bacaannya. Saiful mengutip perkataan seorang syekh yang ditemuinya saat mengikuti kegiatan di sebuah lembaga Alquran internasional, “Apalah artinya hafalannya lancar, tapi bacaannya kurang bagus.” Intinya, memelihara bacaan Alquran dengan benar adalah bagian dari hafiz.

Saiful menambahkan, orang yang memelihara makna Alquran dalam jiwanya serta mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari juga termasuk bagian dari hafiz. Jadi, terdapat berbagai ranah yang dapat diambil umat Islam agar dirinya dapat menjadi seorang hafiz. Alquran sendiri mempunyai berbagai nama seperti: qur’an (bacaan terdengar); kitab (tulisan terlihat); dzikir (ingat kepada bacaan-bacaannya); dan furqan (pemisah hak dan batil), yang bisa menjadi rujukan ranah mana yang mau kita ambil, bisa secara keseluruhan ataupun sebagiannya saja.

“Allah sudah mengatur kemampuan muslimin beda-beda. Makanya, paling penting bagi kita menjadikan diri sebagai orang yang mengambil bagian untuk mendapatkan kriteria sebagai hafiz,” ujarnya.***

 


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Latest Images

Trending Articles