Kiat-kiat memelihara hafalan Alquran sudah tersebar dengan beragam versi. Nah, kalau memelihara Quran secara maknawi dalam kehidupan kita, bagaimana? Berikut Salman Media sarikan dari hasil wawancara dengan pengajar Bahasa Arab di Salman, Ahmad Azam, Senin (16/3).
Mulai mempelajari Bahasa Arab.
Salah kaprah jika orang kebanyakan menganggap Bahasa Arab sekadar bahasa. Padahal bahasa Arab lebih dari sekadar bahasa. Ia adalah sarana untuk memahami Alquran.
Tak salah jika kita mempelajari Alquran dengan terjemah. Namun, terjemah tidak akan mewakili makna Alquran secara utuh. Jika mengerti bahasa Arab, pemaknaan kita terhadap Alquran akan lebih kaya.
Belajar Sirah Nabawiyyah (Sejarah Nabi Muhammad SAW).
Dengan mempelajari Sirah Nabi, terungkap bagaimana Rasulullah mengamalkan Quran.
Misal dalam Surat An-Naba ayat 10 dan 11, tertera “…dan Kami jadikan malam sebagai pakaian dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan…” Rasulullah SAW mengamalkan ayat tersebut dengan beristirahat di malam hari, sedangkan siang hari beraktivitas.
Padukan ilmu umum dan ilmu Alquran.
Di dunia, selain ada ayat-ayat kauliyah (Alquran, Sunnah, perkataan, dsb), ada pula ayat-ayat kauniyah. Seperti biologi dan ilmu hukum merupakan tanda-tanda Alquran. Apalagi kita diperintahkan untuk mentadabburi ayat-ayat semesta.
Misal proses perubahan embrio menjadi bayi terdapat di Alquran. Bahkan ada peneliti dari Jepang, masuk Islam karena melihat Alquran lebih menjelaskan proses penciptaan manusia dengan pas. Dalam mengamalkan ilmu kita, hubungkan terus dengan Alquran.
Ada anggapan kalau belajar Alquran, hanya untuk ustad. Padahal Alquran itu untuk semua orang. Hal ini bisa dilihatdi Surat Al-Fathir ayat 28, “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama/ Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Pasalnya, pada dasarnya kita semua adalah ulama.***