Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Sunardhi Yogantara, Menyadarkan Santri Agar Peduli Citarum

$
0
0

Sunardhi Yogantara berpose di depan sekretarian "Warga Peduli Lingkungan" (Foto: Tristia R.)


Bumi ini Allah ciptakan lebih banyak mengandung air, 2/3 isi bumi adalah air, tubuh kita sendiri 70% air. Salah satu sumber air adalah sungai.  Ketersediaan air sungai lebih dari 7000 meter kubik untuk setiap orang sepintas terlihat cukup untuk menjamin persediaan yang cukup. Namun, kenyataannya air tersebut seringkali tersedia di tempat-tempat yang tidak tepat.

Salah satu sungai di Jawa Barat yang menjadi sumber air adalah sungai Citarum. Melintasi wilayah Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, sungai ini kian tercemar akibat tingkah polah masyarakat sekitar yang kurang peduli terhadap kebersihan sisi sungai.

Namun, Sunardhi Yogantara, atau biasa akrab dipanggil Yoga orang yang tergerak untuk peduli akan kelestarian  kawasan Sungai Citarum. Melalui gerakan akar rumputnya, Warga Peduli Lingkungan (WPL), Yoga berusaha mengokohkan kebersamaan dan kapasitas untuk melakukan kegiatan nyata pemulihan, pengelolaan, dan pelestarian lingkungan sekitar Citarum. Salah satu programnya adalah Eco Pesantren.

Eco Pesantren sudah dilaksanakan sejak tahun 2001 silam. Kegiatan pendidikan penyadaran lingkungan Sumber Daya Air (SDA) berbasis alam ini  melibatkan santri-santri  dari pesantren di sekitar aliran sungai Citarum. Pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat seperti ustad dan kyai menjadi kunci menumbuhkan kesadaran melestarikan lingkungan. Misalkan, ketika shalat Jumat pesan-pesan lingkungan senantiasa disisipkan, tentu saja dengan mengutip hadits-hadits serta  akhlak Rasulullah terkait dengan lingkungan.

“Santri kan diidentikan dengan ngaji, kitab kuning. Tetapi disini kita coba kembangkan keterampilan santri dalam mengelola lingkungan,” ujar pria berusia 55 tahun ini.

Saat ini tidak hanya orang dewasa saja yang perlu disadarkan dalam ihtiar melestarikan lingkungan. Anak-anak di tingkat Sekolah Dasar (SD) turut menjadi target WPL. Sejak dini anak-anak diperkenalkan pada pentingnya menjaga kelestarian lingkungan khususnya sungai Citarum.

Terkait hal ini, WPL mengadakan program eco-school. Eco school merupakan kegiatan penyadaran lingkungan berbasis alam melibatkan siswa siswi sekolah di sekitar sungai Citarum. Membentuk Kader Anak Cinta Lingkungan (KANCIL) dan setiap tahun mengadakan pesantren terbuka lingkungan dengan tema Sumber Daya Air. WPL juga menginisiasi pelatihan guru lingkungan hidup se-Bandung Raya.

Hardware Follows Software

“Dalam jiwa masyarakat pun tidak tumbuh rasa memiliki atas sarana itu karena merasa tidak terlibat dalam prosesnya,” tutur Yoga.

Penyadaran yang dimaksud pupuhu (ketua) WPL ini dilakukan dengan mengajak masyarakat diskusi lalu bertindak bersama. Selanjutnya, yang terjadi adalah timbulnya rasa memiliki pada apa yang telah masyarakat ciptakan. Selama ini pemerintah hanya membangun sarana saja tanpa mengajak masyarakat berdialog terlebih dahulu.

Selain sebagai ketua WPL, Yoga juga tergabung dalam tim koordinasi kesadaran air Komite Pengelolaan Sumber Daya Air (KPSDA). Ia menjabat sebagai sebagai wakil ketua di komisi konservasi. Tugas Yoga adalah melakukan konservasi terhadap enam sungai yang berada di tiga provinsi yang ada di Provinsi Banten, Provinsi DKI Jakarta, dna Provinsi Jawa Barat. Yoga biasa menyebutnya 6 Ci, yakni Citarum, Ciliwung, Cisadane, Ciliman, Ciujung, dan Cidaun.

Saat ini penataan sempadan DAS sungai Citarum tengah digalakkan bersama-sama masyarakat dan pemerintah. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan lindung dan konservasi yang sangat terkait erat dengan keberadaan dan fungsi sungai sebagai sumber air.  Konsep ini dikenal dengan sebutan  water front village.  Sejak 2006, WPL merealisasikan model penataan sempadan di beberapa lokasi sempatan sungai Citarum.

“Bukan berarti sempadan sungai ini harus steril dari kegiatan masyarakat. Sebaliknya, sempadan dapat menjadi ruang terbuka masyarakat dan dapat tetap digunakan, misalnya untuk berolahraga, bersantai,” jelas Yoga.

Pun WPL mengadakan Program Kawasan Bersih Warga Mandiri. Berfokus mengelola sampah di daerah aliran sungai Citarum, program ini dilaksanakan sejak tahun 2003. Dengan konsep ini, sekitar 700 KK di tiga daerah pemukiman yang berbeda dapat terlayani.  Bantaran sungai yang dulunya kumuh dan kotor mampu berubah wajah menjadi lebih asri. Program ini uga memberi inspirasi bagi warga di daerah terdekat untuk mencoba hal yang sama.

Pelayanan sanitasi mandiri (septic tank communal) berbasis warga juga sudah berjalan di 3 permukiman dengan jumlah pengguna sekitar 300 KK. Secara signifikan, pelayanan telah mengurangi kebiasaan warga yang masih BAB terbuka.

“Masyarakat harus disadarkan, dipahamkan dulu, sebelum nantinya konstruksi fisik sarana diwujudkan. Sehingga sistem yang kelak terbangun dapat kemudian dikelola oleh masyarakat secara berkelanjutan. Hardware follows software..” [ed:Tr]

Sunardhi Yogantara, Menyadarkan Santri Agar Peduli Citarum from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Trending Articles