Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Sapa Salman untuk Rohingya

$
0
0
IMG-20150622-WA0005

Kiki Rudiansyah, relawan Salman ITB sedang memandikan anak dari pengungsi Rohingnya. Lelaki yang biasa disapa Kido ini dikirim ke Aceh untuk menyerahkan bantuan kepada para pengungsi Rohingnya di sana dari Jumat (12/6) hingga Selasa (16/6).

Oleh: Tristia Riskawati

Jumlah lembar Alquran yang dibaca per harinya bertambah. Mata mengantuk dipaksa berjaga untuk menegakkan salat malam. Doa-doa lebih kencang dipanjatkan dari biasanya. Jelang Ramadan, sudah lazim kita mendengar orang-orang meningkatkan amalan ritualnya. Lantas, bagaimana dengan amalan sosial? Sudahkah kita memiliki perhatian khusus terhadapnya?

Salah satu relawan Salman, Kiki Rudiansyah memiliki kesempatan untuk menggiatkan amalan sosialnya. Disponsori Rumah Amal Salman, terhitung sejak Jumat (12/6) hingga Selasa (16/6) Kiki menyambangi Aceh untuk turut memberikan bantuan pagi pengungsi Rohingya.

Bersama Shafira Foundation dan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lainnya, Kiki mengerahkan jerih payah untuk memberikan bantuan berupa sembako,  trauma healing, pembangunan barak, dan lain sebagainya. “Sudah saatnya kita memberikan bantuan dari yang sifatnya konsumtif, menjadi produktif bagi mereka,” ujar Kido, panggilan akrab Kiki, mengutip kesimpulan obrolan dengan kawan-kawan relawan.

Koordinator Sinergi for Rohingya Aidil Fan mengatakan, dirinya dan segenap relawan tengah fokus untuk membangun barak bagi pengungsi Rohingya. Rencananya akan dibangun sembilan barak untuk 265 pengungsi. Satu barak membutuhkan dana sekitar 215 juta rupiah.

Kiki bertemu dengan Aidil pada Sabtu, (13/6) di Dayeun, Aceh Timur, untuk menggali informasi, diskusi, dan koordinasi terkait penyaluran dana dari Rumah Amal Salman ITB. “Bantuan diarahkan ke pembangunan barak. Alasannya, logistik sudah memenuhi bahkan berlebih,” terang Kido. Kido melanjutkan, Rumah Amal Salman menyesuaikan serta membantu menunaikan apa yang telah dirancang.

Untuk bantuan lainnya, lantas bagaimana Kiki melakoni trauma healing bagi pengungsi Rohingya?

“Saya coba kenalkan permainan tradisional Indonesia kepada anak-anak Rohingya. Saya kenalkan bakiak berkelompok,” ujar Kido menceritakan pengalamannya melakukan trauma healing di pengungsian Aceh Tamiang. “Saya juga juga mengajarkan kerajinan tangan bagi anak-anak perempuan Rohingya, memandikan anak-anak Rohingya jelang sore, mengajarkan berhitung, dan ajarkan berbahasa Indonesia.”

Solidaritas kemanusiaan dapat menembus batas apapun. Begitu yang diamini Kido merefleksikan perjalanannya selama di Aceh.  Konflik kemanusiaan bukan menyoal asal negara, suku bangsa, ras, atau agama sekalipun. “Hak hidup setiap manusia adalah asasi,” simpulnya.

Kido berharap, persoalan seperti ini dapat lebih baik untuk disinergikan dalam wadah kolaborasi indah untuk aksi peduli sesama. (Ed: EA)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618