Oleh: Deni Suryaman, mantan preman yang kini aktif di Komunitas Pemudah Hijrah
Membunuh atau dibunuh. Itulah hukum dunia preman yang pernah ku geluti. Kalau tak membunuh duluan, berarti aku yang kan dibunuh! Dan itulah pengalamanku selama bertahun-tahun ketika menjadi bos para preman.
Salah satu wilayah di Pasar Tanah Abang Jakarta pun pernah kugarap. Uang puluhan hingga ratusan juta rupiah dapat kuraup dari mengelola pasar dan lahan parkir di sana. Sebanding dengan uangnya yang gede, resikonya pun gede. Kehidupan yang keras dan penuh maksiat harus kujalani. Perebutan kekuasaan dengan taruhan nyawa bahkan sudah tak asing.
Sampai suatu waktu, aku mengalami kejadian yang hingga kini selalu lekat di ingatanku. Musuhku meneror dan mengancam untuk membunuhku! Aku yang sedang mengendarai mobil kala itu, terus dikejar dan dibuntuti.
Tiba-tiba ponselku berdering. Istriku menelepon. Ia mengabari anak keduaku akan segera lahir. Jelas kudengar suaranya mengejan di balik telepon. Air mataku menetes. Saat itu aku bertanya pada diriku, “Kenapa ini jalanku? Istriku sekarang sedang syahid dan aku malah dalam situasi hidup mati konyol seperti ini!”
Aku tertegun. Ku tekadkan setelah lolos dari kejaran, aku harus berhenti dari kehidupan hitam yang konyol ini. Baru saat itulah aku menyadari dosa-dosaku. Itulah isyarat hijrah yang Allah berikan padaku. Itulah titik balikku –Ia membuka pintu hatiku yang sempat terkunci.
Kini, aku telah meninggalkan semua aktivitas kotorku. Keinginan untuk meninggal khusnul khatimah menjadi motivasi utama. Aku selalu berharap agar Allah menerima tobatku seperti Nasuha. Hanya Dia yang berhak menentukan siapa yang pantas berada di surga, sekotor apapun masa lalunya.
Aku pun terus berikhtiar untuk menjadi insan yang baik. Belum lama ini, aku dipertemukan dengan Komunitas Pemuda Hijrah. Di komunitas itu, aku bertemu banyak kawan-kawan yang berlatar belakang sama sepertiku. Mereka sama-sama hijrah dari kehidupan lamanya yang kelam.
Kami saling menyemangati demi keimanan. Kami juga berusaha untuk berdakwah sesuai dengan latar kami. Mulai dari preman, anak-anak punk, pemabuk, hingga PSK menjadi sasaran dakwah kami, sasaran yang biasanya sulit disentuh oleh da’i lainnya. Dan aku pun tak mau ketinggalan untuk mengambil peran bersama.***