Pada kajian sebelumnya, sudah dibahas mengenai penyebab diare. Kali ini, akan dibahas tentang gejala dan penangan diare.
Bagaimana Tanda dan Gejalanya?
Keluhan utama pasien biasanya mencret dan sakit perut. Kadang pasien mengalami sensasi ingin BAB, tetapi gagal keluar. Dapat pula muncul sensasi mual bahkan muntah. Pasien juga akan merasa lemah. Pada kondisi yang lebih parah, dapat terjadi dehidrasi.
Dehidrasi adalah kehilangan cairan dan elektrolit tubuh dalam jumlah yang besar. Elektrolit adalah garam-garam yang diperlukan untuk menjaga stabilitas proses normal dalam tubuh. Dehidrasi sangat berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Misalnya saja syok, gangguan fungsi ginjal, hingga sistem saraf.
Dehidrasi dapat dinilai dari 4 tanda: penurunan kesadaran, mata cekung, sulit minum, dan jika kulit perut dicubit akan kembali ke bentuk semula lebih lambat (> 2 detik). Pada dehidrasi sangat berat tidak ada kencing, badan dingin, kulit pucat, denyut nadi lemah, dan tekanan darah tidak dapat dinilai dengan tensimeter karena sangat rendah.
Bagaimana Penatalaksanaannya?
Penilaian kondisi dehidrasi akan menentukan tata laksana yang akan diterapkan. Ada 5 prinsip yang harus dipegang dalam penanganan diare, yaitu:
1. Rehidrasi (mengganti cairan yang hilang)
Diare tanpa dehidrasi cukup minum setiap sehabis BAB untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan yang digunakan dapat berupa makanan cair ataupun oralit sesuai anjuran WHO (osmolaritas 245 mmol/L). Pada dehidrasi berat, perlu diberikan cairan melalui inravena (infus).
2. Pemberian nutrisi yang cukup.
Pemberian nutrisi dimaksudkan untuk mengganti nutrisi yang hilang. Makanan yang diberikan sebaiknya lunak, rendah serat, dan frekuensi pemberiannya sering. Jika mengkonsumsi susu, sebaiknya susu yang rendah atau tanpa laktosa.
3. Suplementasi zink dan probiotik.
Zink merupakan nutrisi mikro yang dapat membantu pematangan sel-sel di usus. Selain itu, zink juga berperan dalam penguatan sistem imun. Pada orang dewasa, penggunaan probiotik saat diare lebih populer dibandingkan zink.
4. Penggunaan antibiotik yang rasional.
Penyebab utama diare pada anak adalah virus. Sedangkan pada dewasa, umumnya karena infeksi bakteri. Diare pada anak yang diakibatkan oleh virus (bentuk tinja cair, tidak berdarah), tidak memerlukan antibiotik maupun obat antidiare. Hal terpenting adalah mencegah dehidrasi dengan rehidrasi. Diare akibat infeksi bakteri perlu pemberian antibiotik
sesuai resep.
5. Edukasi.
Penting bagi pasien untuk segera berobat jika kondisi semakin memburuk. Misalnya saja demam, tinja berdarah, muntah berulang, diare makin sering, dan tidak ada perbaikan dalam tiap hari. Pasien yang berusia lanjut, memiliki imunitas yang buruk, atau dengan komplikasi merupakan indikasi untuk rawat inap.
Untuk Direnungkan
Kita tahu, mencegah lebih baik daripada mengobati. Kita juga tahu bahwa faktor kebersihan dan nutrisi berperan penting dalam kesehatan. Akan tetapi, jauh lebih penting untuk memastikan orang lain tidak ikut tertular penyakit akibat perilaku kita. Salah satunya tidak berenang selama diare dan 2 minggu setelah sembuh.
Mari Perangi Diare from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami