Hari ini, tanggal 25 September 2013, Kota Bandung berulang tahun yang ke-203. Tak seperti tahun kemarin, Walikota Bandung, Ridwan Kamil seperti yang dikutip dari beberapa media online mengaku tak ingin mengadakan perayaan besar-besaran. Dalam laporan bandung.okezone.com, walikota yang baru saja dilantik itu mengatakan perayaan HUT Bandung akan dititikberatkan pada refleksi dan kontemplasi, mengingat masih banyak masalah yang harus diselesaikan.
Tahun ini, warga Bandung tak akan menemukan perayaan besar-besaran seperti Balkot Festival dan Bandung Air Show. Ridwan menyatakan, ribuan PNS akan turun ke jalan untuk membagi-bagikan bunga pada masyarakat, di hari Sabtu (28/9) mendatang. Selain sebagai simbol cinta pada mulainya hidup baru, dalam daerah.sindonews.com Ridwan mengatakan aksi bagi-bagi bunga ini juga akan menolong petani bunga.
Bandung, bila dibandingkan dengan usia manusia jaman sekarang sudah sangat renta. Perkembangannya begitu dinamis, baik dari segi sosial, budaya, juga perkembangan pembangunan. Mobilitas penduduk pun terbilang tinggi. Sebagai gantinya, setiap tahun ada saja julukkan untuk Bandung yang silih berganti. “Kota Sampah”-lah, “Kota Macet”. Beberapa masyarakat dan tokoh publik bahkan mengatakan Bandung tak pantas lagi menyandang julukkan “Parijs van Java”.
Mari kita tengok ke belakang. Tanyakan pada diri kita sendiri, “Masih pantaskah Bandung disebut sebagai “Parijs van Java””? Dahulu, kota Bandung terkenal akan keindahan alam dan kesejukan udaranya. Orang-orang Kolonial menganggap suasana tersebut begitu mirip dengan kota Paris, Perancis. Itulah mengapa Bandung kemudian dijuluki “Parijs van Java”.
Kini, udara Bandung semakin panas. Tiap tahun suhu Bandung meningkat sebesar 0,3 derajat celcius. Berdasarkan hasil penelitian Lapan, hal tersebut terjadi akibat bertambahnya populasi penduduk dan industrialisasi. Seiring dengan pertambahan tersebut, penggunaan bahan bakar otomatis ikut meningkat, baik untuk keperluan transportasi, industri, hingga keperluan rumah tangga.
Selain itu, ada juga faktor penggunaan lahan di daerah perkotaan yang cenderung menambah gedung dan bangunan, serta panjang jalan akibat pembangunan yang begitu pesat. Akibatnya, unsur-unsur iklim dalam kota berubah, menjadikannya berbeda dengan daerah-daerah sekitar. Maka terbentuklah “heat island” atau “pulau panas”.
Berdasarkan laporan Lapan tadi, menurut saya julukan “Paris van Java” tak lagi pantas disandang Bandung. Bukankah Bandung tak lagi sejuk dan indah? Namun, pertanyaan lain yang akan saya ajukan adalah, “Haruskah Bandung menjadi “Parijs van Java” dulu untuk kita cintai?”.
Dalam lagu-lagu cinta dan sinetron, kita sering menemukan frase “Aku mencintaimu apa adanya”, atau yang sedang marak di FTV-FTV, “Aku cinta padamu meski kau tukang cilok/kuli bangunan/tukang becak/dan sebagainya-dan sebagainya.” Lalu, tak bisakah kita mencintai Bandung seperti itu?
Saya sendiri, lahir dan besar di kota Bandung. Meski baru 20 tahun lebih sedikit hidup di dunia, setidaknya saya ikut merasakan perubahan-perubahan yang terjadi di kota kelahiran saya ini. Tentu saja sampah, macet, penyalahgunaan gedung-gedung bersejarah, dan lain-lain pun ikut membuat saya kesal.
Pantaslah jika Ridwan Kamil tak ingin merayakan HUT Bandung tahun ini secara besar-besaran. Tapi, meski menitikberatkan pada muhasabah diri, Ridwan tetap ingin menyatakan “kecintaannya” membangun hidup baru bagi Bandung lewat membagi-bagikan bunga.
Seperti siaran ceramah yang tak sengaja saya dengar dari radio PRFM, “”Titik tidak membuat tinta, tapi tinta yang membuat titik. Cantik tidak membuat cinta, tapi cinta yang membuat cantik.” Walau sekarang tak mirip lagi dengan kota Paris, saya tetap mencintai Bandung.
Saya harap, masyarakat Bandung lainnya merasakan hal yang sama (dengan ikut menjaga kelestarian Bandung, tentunya). Karena, adalah cinta yang membuat cantik, bukan sebaliknya. Semoga, di masa depan meski menyandang beribu julukkan baru, Bandung tetap cantik karena dicintai, baik oleh penduduknya maupun orang-orang dari tempat lain.
Selamat ulang tahun, Bandung! Hari ini (dan seterusnya), saya dandani kamu dengan cinta!
Sumber data:
http://daerah.sindonews.com/read/2013/09/23/21/786511/hut-ke-203-kota-bandung-pns-bagi-bagi-bunga
http://www.bdg.lapan.go.id/index.php?nama=reinstra&opt=detail&id=27
http://bagusdhadut.wordpress.com/2012/06/13/bandung-paris-van-java/
The post Bandung, Saya Dandani Kamu dengan Cinta appeared first on Masjid Salman ITB.