Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Vaksin Pemberantas Korupsi Itu Bernama Film

$
0
0
“Alangkah Lucunya Negeri Ini”, pemenang nominasi film fiksi panjang Anti Corruption Film Festival (ACFFest) KPK 2013. (Foto: Iqbal Alfajri)

“Alangkah Lucunya Negeri Ini”, pemenang nominasi film fiksi panjang Anti Corruption Film Festival (ACFFest) KPK 2013. (Foto: Iqbal Alfajri)

oleh: Aisyah Amirah*

Ada yang berbeda di Studio I XXI Epicentrum Kuningan Jakarta pada Sabtu, 14 Desember 2013 malam. Tempat menonton film layar lebar tersebut dipenuhi ratusan undangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tentunya bukan untuk menjalani pemeriksaan, namun untuk menghadiri malam penganugerahan.

Sejak 2 bulan silam, KPK disokong oleh United States Academy International Development (USAID) dan Management Systems International (MSI) untuk mempersiapkan Anti Corruption Film Festival (ACFFest). KPK mencari film-film yang bertemakan antikorupsi yang dibuat sejak tahun 2000 di Indonesia.

Komunitas film Masjid Salman ITB, Salman Films dan Forum Filmmaker Pelajar Bandung (F2PB), menyumbangkan dua karya dalam daftar nominator ACFFest. Film Fiksi Panjang berjudul “Ben” (2005) dan Film Fiksi Pendek berjudul “Penghulu” (2012) masuk nominasi kategori Film Fiksi Panjang dan Film Fiksi Pendek Pelajar/Mahasiswa.

“Ben” bersaing dengan 2 film layar lebar karya Deddy Mizwar, sekarang wakil gubernur Jawa Barat, berjudul “Ketika” dan “Alangkah Lucunya Negeri Ini”. Nominasi film fiksi panjang pun dimenangkan oleh “Alangkah Lucunya Negeri Ini”. Rangkaian acara Malam Penganugerahan ACFFest ini pun juga dimeriahkan oleh penampilan band Simfoni dan Efek Rumah Kaca.

Diluar dugaan, KPK yang hanya menargetkan 50 judul film justru berhasil menghimpun 191 judul film bertema antikorupsi. Dari hampir dua ratus film tersebut dipilih 38 karya yang ditayangkan di  lima kota di seluruh Indonesia.

Penayangan tersebut dilakukan pada tanggal 9-12 Desember yang juga bertepatan dengan Hari Antikorupsi Dunia. Film-film yang terpilih berkompetisi mendapatkan penganugerahan dalam 7 kategori yang berbeda.

Mengapa harus film? Menurut Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja, korupsi di Indonesia saat ini dilakukan secara berjamaah. Artinya selama ini korupsi sudah menjadi penyakit masyarakat yang membudaya dalam masyarakat Indonesia.

“Saya mengambil istilah Pak Tino (Tino Saroenggalo, salah seorang juri ACFFest-red), kita butuh banyak vaksin, diantaranya film”, ujar Adnan. Maksudnya, film diharapkan dapat menjadi salah satu media yang bisa mempengaruhi sikap bangsa, khususnya anak-anak muda. Film-film ini menanamkan nilai-nilai kejujuran dan keberanian.

Wakil ketua KPK lainnya, Bambang Wijoyanto, juga menyorot mengenai jurnalisme warga. “Terus terang saat ini media massa banyak yang tidak lagi murni, namun sudah terikat pada kepentingan pihak tertentu,” ujar Bambang saat akan membacakan nominasi kategori jurnalisme warga.

Pernyataan Bambang tersebut menguatkan saat ini tidak hanya KPK semata ataupun media massa yang harus bergerak melawan korupsi. Masyarakat pun harus turut andil dalam memberantas korupsi. Lewat film, dan media audio visual lainnya masyarakat bisa berpartisipasi untuk menyuarakan anti korupsi dengan versinya masing-masing.

Suara dari masyarakat tersebut pun beberapa sangat mencengangkan meskipun hanya berbicara tentang korupsi di tingkat bawah. Misalnya saja film pemenang dokumenter pendek umum berjudul “Save Our School” dari Solo. Film dokumenter ini berhasil mendokumentasikan pergerakan siswa SMA Solo yang ingin membongkar korupsi dana pembangunan sekolah.

Bahkan heroiknya, film yang dibuat tahun 2008 ini merekam langsung proses “persidangan” kepala sekolah oleh sang ketua OSIS dihadapan seluruh siswa sekolah tersebut. Sang ketua OSIS berkata dengan geram, “Harusnya bapak tahu bahwa orang tua kami semua ini  sampai tidak bisa tidur memikirkan bayar SPP sekolah, bagaimana bapak bisa melakukan korupsi?”

Beberapa kali dalam dokumenter tersebut kita bisa mendengar siswa-siswa berteriak “maling”. Pemandangan ini membuat yang menonton miris sekaligus bersemangat untuk memberantas korupsi di Indonesia.

Korupsi di Indonesia sering disebut sudah mengakar dan membudaya. Bahkan beberapa pihak sudah apatis dengan kondisi negeri ini. Namun event semacam ACFFest yang diadakan KPK ini menumbuhkan harapan. Semoga kelak kita tak pernah lagi mendengar korupsi terjadi di Indonesia. ***

 

*Penulis adalah penggiat Forum Filmmaker Pelajar Bandung/F2PB   

The post Vaksin Pemberantas Korupsi Itu Bernama Film appeared first on Masjid Salman ITB.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Trending Articles