Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Tarif BBM Naik, Tak Kendurkan Amal Baik

$
0
0

 

Foto: Tristia R.

Foto: Tristia R.

oleh: Ifan Maulana, aktivis Masjid Salman ITB

Mulai beberapa hari yang lalu pemerintah menyatakan terkait kebijakannya menaikkan harga BBM sebesar Rp. 2000/liter. Respon pun bermunculan di masyarakat. Ada yang pro dan ada yang kontra. Para mahasiswa menyatakan sikapnya akan hal ini. Mereka turun ke jalan untuk menyuarakan sikapnya. Para supir angkot ada yang berhenti beroperasi sebagai bentuk protes namun ada juga yang tetap beroperasi. Pedagang mulai berspekulasi harga dan menaikkan beberapa komoditi pasar. Tukang delman pun menaikkan ongkos delmannya.

Unik memang bangsa Indonesia ini. Berbagai kalangan menyatakan sikapnya terhadap kebijakan menaikkan harga BBM. Hal ini merupakan hal positif yang menandakan bahwa setiap kalangan peduli akan kebijakan Negara. Lalu bagaimana seharusnya kita bersikap?

Suatu kebijakan memang seharusnya ditelusuri apakah memang benar atau keliru. Hal yang pertama dilakukan adalah mengumpulkan semua informasi yang menjadi landasan analisis dalam menyimpulkan suatu sikap. Tentu dalam proses ini kita harus memastikan apakan informasi yang kita terima itu Benar, Akurat, dan Lengkap (BAL) atau tidak. Jangan sampai terprofokasi akibat berita yang tidak BAL dan mengesampingkan analisis ilmiah.

Hitung-hitungan ekonomi sangatlah diperlukan sebagai landasan mengambil sikap. Namun perlu diingat, bahwa pemangku kebijkan haruslah berjiwa negarawan, bukan hanya berjiwa wirausahawan/pebisnis. Negarawan akan memikirkan nasib semua komponen bangsa dan tidak tidak hanya mementingkan pribadi atau kelompoknya. Kebijakan yang diputuskan bukan untuk mencari uang semata, namun maslahat bagi ummat.

Penulusuran infomasi mengenai kebijakan pemerintah merupakan bentuk usaha kita untuk tidak hanya bilang “iya” akan kebijakannya. Apakah ini suatu bentuk membangkang atau bentuk tidak kepercayaan akan pemerintah?

Jawabannya BUKAN, Ini adalah bentuk KEPEDULIAN kita pada pemerintah. Sebaiknya hal ini dilakukan sebelum kebijakan kenaikkan BBM diputuskan, pencerdasan publik harus dilakukan sebelum BBM naik, bukan setelah BBM naik.

Lalu apakah harus demo dan mogok melakukan aktivitas?

Sikap putus asa dan khawatir akan dunia merupakan parameter orang lemah. Jika hanya gara-gara BBM naik kita berasumsi bahwa hidup akan benar-benar berat, maka ini sikap yang keliru. Allah SWT menegaskan bahwa yang MAHA PEMBERI REZEKI adalah Allah SWT, bukan hanya karena BBM yang murah.

Optimislah akan suatu keadaan dan yakin akan rezeki dari Allah SWT. Jangan sampai dikarenakan kekhawatiran yang berlebihan membuat kita lupa akan semangat “melayani”. Jangan sampai supir angkot lupa untuk melayani warga penumpang, pedagang lupa melayani warga pembeli, kusir delman lupa melayani penumpangnya, apalagi guru lupa melayani muridnya. Semangat melayani dalam rangka beramal baik akan membuat kita berusaha bukan karena uang semata, namun ada nilai kebermanfaatan pada sesama.

Jadi sikapi kebijakan ini dengan kritis dan dengan analisis yang komprehensif. Kenaikan harga BBM jangan sampai melumpuhkan semangat “melayani” masyarakat yang berakibat lumpuhnya aktivitas warga.**


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618