Oleh: Didi Adiwida
Film sejatinya tak sekadar kumpulan gambar bergerak. Film sebenarnya merupakan sarana penyampaian pesan paling efektif. Namun ada kalanya film dijadikan pilihan terakhir dalam berdakwah karena biaya serta proses produksi yang dinilai mahal dan rumit. Padahal banyak film-film bagus yang diproduksi dengan biaya minim.
Untuk menghasilkan suatu film yang inspiratif dan bagus, tak harus menggunakan peralatan yang canggih dan mahal. Pesan film yang bermakna mampu ‘menutupi’ kekurangan peralatan canggih. Hasilnya bisa saja lebih dinikmati dibanding film dengan budget besar dan peralatan yang ‘wah’, tapi tidak memiliki ‘isi’.
Sutradara kawakan Indonesia, Riri Riza mengaku, dirinya selalu mengutamakan pesan dalam semua karyanya. Peraih Piala Citra sebagai Sutradara dan Penulis Skenario Terbaik ini memang dikenal dengan film-film yang sarat makna. Sebut saja, “Laskar Pelangi”, “Gie”, “Eliana Eliana”, “Ada Apa Dengan Cinta”, dan lain-lain. Karya teranyarnya, “Sokola Rimba”, bertujuan untuk mengkritik ketidakpedulian pemerintah akan sistem pendidikan Indonesia. Hal-hal tersebut disampaikannya dalam Workshop Produksi Film “Master Class”, Sabtu (13/12) lalu di GSS-A Masjid Salman ITB.
“Saya senang memberi materi di sini, peserta yang aktif dan diskusi yang menarik membuat saya mengorek lebih ilmu saya,” ungkapnya.
Lebih lanjut Riri mengatakan, ia berharap apresiasi peserta akan film produksi lokal meningkat. Selain Riri, Salman Film juga mengundang Aktor Senior Didi Petet, dan Produser Senior Budiyati Abiyoga. Ketiga tokoh film nasional tersebut diundang untuk memberi materi soal Sistem Triangle dalam Pengembangan Gagasan Film Layar Lebar Bertema Anak. Setelah mengikuti workshop selama 3 hari (13-15 Desember), peserta akan dibimbing untuk memproduksi sebuah film omnibus. [ed: Dh]