Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Proporsional Menyikapi Tahun Baru

$
0
0
calendar

(Ilustrasi: the nextweb.com)

Oleh: Dr. Moedji Raharto, Anggota Kelompok Keahlian Astronomi FMIPA – ITB

Gerak bumi mengorbit matahari tak pernah berhenti. Pemandangan rasi bintang di langit malam,berganti perlahan karena perjalanan orbit Bumi. Fenomena langit tersebut menemani perjalanan hidup manusia di dunia fana, memunculkan sebuah pertanyaan; berapa lama perjalanan hidup yang telah kita tempuh?

Akhirnya pengamatan fenomena langit yang berulang itu berubah menjadi pemahaman kuantisasi, menjadi kalendar digital –sebuah sistem pencatat waktu dalam jangka panjang. Fenomena langit tak ubahnya sebuah jam alam; tak perlu kalibrasi, tak perlu tambahan energi dan tak perlu perawatan.

Waktu pun terus melaju, dengan sosoknya yang tak dapat dilihat, tak dapat diraba, tak dapat dibuang, tak dapat dipercepat atau diperlambat,tak dapat didengar. Bahkan kehancuran matahari dan planet bumi tak kuasa menghapus atau menghambat perjalanan waktu. Kematian manusia, juga tidak bisa menghentikannya.

Waktu adalah sebuah kontinum yang tak terdefenisikan, tetap menjadi sebuah misteri dalam kehidupan di dunia fana. Rotasi bumi yang menjadi indikator pergantian hari, kini berganti dengan jam matahari.Revolusi bumi merupakan indikator tahunan berubah menjadi penanggalan.Wajah digital angka – angka dalam kalendar telah mengubah ritme kehidupan manusia; kapan saja hari dan jam kerja, hari dan jam belajar,serta hari libur atau jam istirahat.

Di antara hari libur nasional dalam kalendar Indonesia, adalah hari libur tahun baru dari beberapa sistem kalendar yang digunakan masyarakat Indonesia. Misalnya yang lazim digunakan yakni tahun baru sistem kalender matahari gregorian (kalender masehi), tahun baru Imlek Kongzili, tahun baru Saka, tahun baru luni solar – Waisak, dan tahun baru Hijriah 1437 H. Banyaknya ragam tahun baru dari berbagai sistem kalendar tersebut menunjukkan kebhinekaan masyarakat Indonesia.

Walaupun kalendar masehi mendapat banyak kritik soal keuniforman kalendar, aturan kalendar tersebut diterima oleh masyarakat luas. Kemapanan kalendar itu juga didukung oleh penetapan sistem hari dan sistem jam matahari dan zona waktu pada abad 19. Dukungan pemanfaatannya dalam teknologi dan jadwal kerja maupun transaksi antar negara menjadikan sistem waktu kalendar masehi ini terasa mapan. Hampir semua manusia merasakan manfaatnya karena digunakan dalam keseharian, termasuk jadwal kerja negara.

Tak terhindarkan lagi bila penduduk dunia yang telah mencapai sekitar 7 milyar pada akhir tahun 2014 ini ikut hanyut dalam luapan perayaan pergantian tahun. Kemacetan dan keramaian di tempat rekreasi, akibat rencana berlibur dan bepergian yang serempak. Berbagai kepentingan dan peluang dalam perayaan itu, berbagai keuntungan duniawi dari dunia pariwisata.

Berbagai kalendar dipergunakan masyarakat di Indonesia dan tiap kalendar mempunyai aturan penetapan awal tahun, juga terdapat tujuan dan cara penyambutannya. Sebagai bangsa yang majemuk sikap saling menghormati dan tenggang rasa dalam perayaan pergantian tahun perlu dikembangkan.

Budaya hiruk pikuk, histeris tak sadarkan diri pada pergantian tahun merupakan budaya yang berlebihan, serta hanyamengekplorasi kenikmatan duniawi semata. Manusia cenderung melupakan hakikat pergantian tahun sebagai bagian perjalanan hidup duniawi dan pentingnya evaluasi setiap saat.

Sebagai bangsa yang beragama, kita perlu melakukan perenungan spiritual –berdzikir, berdoa dan berharap akan kehidupan yang lebih baik pada tahun yang baru. Komunikasi dengan Yang Maha Pencipta penting demi memperoleh pencerahan lahir batin. Kegiatan semacam itu sebaiknya menjadi alternatif aktivitas bangsa Indonesia pada momen pergantian tahun masehi sebagai hari libur. Saatnya melakukan perenungan spiritual yang lebih sering terabaikan, agar kehidupan kita pada tahun baru lebih baik dan lebih bermakna.

[Surah al-Asr: 3 ayat Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. 1. Demi masa, 2. sungguh, manusia berada dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.]

Bandung, 29 Desember 2014


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Latest Images

Trending Articles