Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Temu Alumni KARISMA ITB: Prof. Thomas Djamaluddin, Mentor 13 Semester

$
0
0
foto bareng mas djamal

Anggota KARISMA berfoto bersama alumni KARISMA,  Prof. Thomas Djamaluddin. (Foto: Dok. KARISMA)

Oleh: Amri Ramadhan, Anggota Divisi HEKSA (Hubungan Eksternal Keluarga Remaja Islam Salman ITB (KARISMA))

Awal tahun 2015 sepertinya merupakan awal pula dari semester yang padat bagi divisi Hubungan Eksternal KARISMA (HEKSA). Tim HEKSA baru saja menerima kunjungan Remaja Masjid Nurul Falah Jakarta (IRINA) di akhir Desember dan mengadakan Forum Diskusi Ketua KARISMA (Fokus Kekar) pada 2 Januari lalu. Tak lama sesudahnya, Tim HEKSA bersama Pembina KARISMA mengunjungi kantor Lembaga Penerangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Sains dan Antariksa.

Dalam kesempatan tersebut, kami dapat bertemu dengan Ketua LAPAN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin. Awalnya kami kira pertemuan itu akan berlangsung serius. Namun ternyata, Pak Djamaluddin menyambut kami dengan senyuman hangat dan antusias.

Di awal pertemuan, beliau bercerita soal profil LAPAN. Ia juga menyampaikan harapan bahwa pembina KARISMA bisa bergabung dengan LAPAN di kemudian hari. Suasana pun mencair saat Pak Djamaluddin mengisahkan masa aktifnya di Masjid Salman, masa kuliah, hingga perjalanan panjangnya di LAPAN hingga diamanahi menjadi pemimpin di sana.

Dari cerita beliau, kami pun mengetahui bahwa ternyata bapak yang kerap disapa ‘Mas Djamal’ oleh aktivis Salman ini, merupakan alumni Astronomi ITB angkatan 1981. Ia menjadi mentor di KARISMA sejak tahun pertama di ITB (13 September 1981) sampai menjelang meninggalkan Bandung menuju Jepang (13 Maret 1988). Ia bahkan mengaku kegiatan utamanya selama menjadi mahasiswa hanyalah kuliah dan aktif di Salman. Tak main-main, ia menjadi mentor selama 13 tahun!

Menurutnya, salah satu pelajaran yang ia petik menjadi mentor ialah menjadi pembina berarti harus memberi contoh yang baik. Hal ini membantu membangkitkan semangat untuk terus bertahan dan mencapai yang terbaik. Bagaimana pun, hasil bukan ukuran utama. Tapi, usaha keraslah yang harus dilakukan.

Kuliah dan membina di masjid dianggap sama pentingnya. Kegiatan di masjid menjadi bagian pembinaan diri bersosialisasi. Aktif di Salman juga berguna untuk memahami masalah-masalah nyata di masyarakat dan merumuskan kemungkinan solusinya dari sudut pandang agama. Untuk itu, Pak Djamaluddin juga aktif menulis di koran dan majalah tentang astronomi dan Islam. Semasa kuliahnya pun, beliau telah menulis buku-buku mentoring, seperti “Ibadah Shalat”, “Membina Masjid”, dan “Masyarakat Islam”.
KARISMA beliau anggap sebagai model sebelum masuk ke dunia kerja, rumah tangga, dan masyarakat. Ia mengatakan, bekal di KARISMA sangat berguna untuk menghadapi tantangan di dunia kerja, suasana baru di rumah tangga, dan konflik di masyarakat.

Jadwal Pak Djamaluddin yang padat mengharuskan kami berpisah lebih cepat. Sebelum pergi, beliau menyempatkan untuk berfoto bersama kami di depan salah satu produk LAPAN, SPICA (Sistem Pemantauan dan Informasi Cuaca) yang juga membantu proses pencarian pesawat AirAsia QZ8501. Tak lupa beliau juga mendoakan agar seluruh kegiatan KARISMA selanjutnya selalu berjalan lancar.

Bagi aktivis yang ingin mengenal Mas Djamal lebih jauh bisa mengunjungi blog beliau di www.tdjamaluddin.wordpress.com [ed: Dh]

 


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Trending Articles