Layaknya rumah tangga, bila tingkat produksi lebih rendah daripada tingkat konsumsi, cepat atau lambat keluarga tersebut akan bangkrut. Sisi supply adalah produksi barang dan jasa, sedangkan sisi demand-nya adalah konsumsi masyarakat dan yang terbesar biasanya konsumsi pemerintah.
Begitu juga dengan negara. Negara sebesar Amerika pun tidak lepas dari ancaman kebangkrutan ini. Data terakhir menunjukkan ada 48 juta orang miskin Amerika menerima kupon makan (food stamps). Defisit anggaran negara tersebut mencapai 1 Trilyun dolar Amerika. Bahkan, hutang pemerintah federalnya mencapai 15 Trilyun dolar Amerika. Lebih buruk lagi, unfunded federal liabilities (jaminan sosial lain yang tidak tersedia dananya) mencapai 50 rilun dolar Amerika.
Tetapi, negeri Paman Sam tersebut belum juga bangkrut karena negeri-negeri lain masih percaya pada Amerika. Negara-negara tersebut masih juga mau memberi pinjaman pada negara adidaya tersebut. Tentu saja, begitu negara tersebut hilang kepercayaan pada Amerika dan dolarnya, Amerika akan segera bangkrut.
Kebangkrutan ini dapat melanda negeri manapun. Baik negara besar maupun kecil. Baik negara maju maupun negara berkembang. Maka, kita pun harus berpikir kemungkinan yang sama bisa juga melanda negara kita. Apalagi, kita pun pernah nyaris mengalaminya di 1995/1996 dan 1997/1998.
Dengan berpikir negeri kita juga bisa bangkrut, bukan berarti kita menjadi berfikir negatif atau pesimis. Kita justru harus makin terpacu untuk berbuat kian maksimal. Seperti istilah yang biasa digunakan dalam business plan. Do for the best, prepare for the worst (melakukan yang terbaik, bersiap untuk yang terburuk).
Untuk menghadapi hal tersebut, rakyat juga bisa berperan untuk menjaga negeri ini dari kebangkrutan. Kesadaran dan kerja keras untuk menggenjot produksi dalam negeri dan menekan sisi konsumsi (import) dapat mencegah bangkrutnya negeri ini.
Untuk sementara, nampaknya kita masih harus mengurut dada saat pemerintah masih menerapkan kebijakan impor terhadap bahan pangan. Impor kentang, wortel, jeruk dan komoditas pangan lain membuat petani-petani kita menjerit. Impor ikan juga membuat nelayan sengsara yang kesulitan menjual hasil tangkapannya.
Meski demikian, semangat untuk memproduksi tak boleh surut. Apalagi, kita bekerja keras bukan untuk siapa-siapa. Kerja keras memang sudah merupakan tugas yang kita emban di muka bumi ini.
Hal ini sesuai dengan firman Allah “… Dia telah menjadikan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…” [QS 11:61]
Tentu saja, ‘kamu’ yang dimaksud dalam ayat ini juga termasuk kita sebagai manusia. Rasa bangga sebagai orang yang mendapat tugas mulia ini mesti kita pupuk dalam sanubari kita. Sehingga, kita akan memiliki tekad yang kuat untuk bisa memakmurkan bumi ini. Dampaknya, kita pun dapat mencegah kebangkrutan negeri ini. Hal terebut merupakan aplikasi rahmatan lil alamin, ajaran agama kita ini.
Sekecil apapun kontribusi kita, insyaAllah tidak akan sia-sia. Dinar bukan tujuan utama, diterapkannya sistem ekonomi syariah. Dinar hanya salah satu cara untuk mencapai kemakmuran tersebut. [Fe]
Dikutip dari press release Gerai Dinar dalam Seminar Ekonomi Syariah, Himpunan Mahasiswa Ekonomi dan Studi Pembangunan Unpad, Selasa, 20 Maret 2012.
Bila Suatu Negeri (Terancam) Bangkrut, Apa yang Bisa Dilakukan Rakyatnya? from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami