
Pengunjung dapat turut merasakan derita bencana asap dalam ruang asap di salah satu sudut masjid Salman pada acara Salman Days Out Picnic, Ahad (25/10). (Foto: Dok. Korsa)
Oleh: Ana Shofiya Kurniawati
Bandung, (Salman Media) – Sebuah ruang kotak berangka kayu yang setiap sisinya tertutupi plastik bening tampak di salah satu sudut kompleks masjid Salman, Ahad (25/10). Di dalam ruangan tersebut tampak mengepul asap yang sengaja dibuat memenuhinya. Beberapa pengunjung acara Salman Days Out Picnic pagi itu masuk ke dalamnya. Mereka ditantang seberapa lama tahan berada di ruang asap yang diumpamakan seperti keadaan bencana asap di Sumatera dan Kalimantan.
Ruang asap tersebut merupakan salah satu bentuk simpati yang digagas oleh Korps Relawan Salman ITB (Korsa). Tak hanya merasakan asap saja, pengunjung di dalam ruang asap juga dapat melihat beberapa foto yang menujukkan keadaan bencana asap yang terjadi di Indonesia. “Ruang asap dapat memberikan sensasi keadaan di bawah paparan asap,” tutur Komandan Korsa Muhammad Abduh.
Selain ruang asap, Korsa juga menggelar garage sale dan penjualan “air asap” kepada pengunjung . “Air asap” yang dimaksud adalah air mineral yang dicampur arang sehingga berwarna hitam. Air ini menjadi simbol penderitaan korban bencana asap dan dijual 3 ribu rupiah. Kemudian terdapat pula relawan yang turut berkeliling di area Salman sembari menggalang dana lewat Family Care Box. Dana yang terkumpul dari aksi kepedulian itu akan disumbangkan ke korban asap lewat #GerakanBerbagiO2.
Abduh menyampaikan #GerakanBebagiO2 yang dikoordinasikan oleh Korsa telah mengirim 100-an tabung oksigen dan donasi sebesar 5 juta rupiah kepada warga Riau. Selain Riau, sekitar 250 tabung oksigen juga diberikan kepada warga Palangkaraya.
Aksi Teatrikal Teater Menara
Teater Manara Salman tak mau ketinggalan. Unit budaya di Masjid Salman ITB ini juga menunjukkan kepeduliannya kepada korban asap. Di pagi hari, Teater Menara menampilkan aksi teatrikal di depan front office Salman, berkeliling di Car Free Day (CFD) Dago, dan puncaknya di panggung Salman Days Out Picnic.
Pemain digambarkan sebagai korban asap dengan memakai pakaian hitam, wajah bercat putih dan menyampirkan selendang berwarna abu-abu di leher. Selendang menujukkan sebagai kabut asap yang menyiksa sistem pernafasan korban. Berulang kali pemain teater berteriak, “Mana hatimu? Hatiku terpanggang asap!”.
“Bencana asap harus disikapi dengan kepedulian dan kemanusiaan sepenuh hati. Teater Menara berusaha menyentil hati masyarakat. Kalau masih ada yang antipati kita berteriak ‘mana hatimu? Hatiku terpanggang asap’,” ucap Ius Kadarusman, pembina Teater Menara Salman. (Ed: EA)