Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Memaafkan: Kesabaran dan Keberanian yang Sempurna

$
0
0
(Ilustrasi diambil dari kepingikan.blogspot.com)

(Ilustrasi diambil dari kepingikan.blogspot.com)

Banyak hal yang bisa memicu nafsu amarah manusia. Bukan hal mudah memaafkan kesalahan orang lain. Baik itu kesalahan yang disengaja, ataupun tidak disengaja.

“Kesalahan datang tanpa diundang dan hanya hati yang iklhas memaafkan akan meringankan jiwa,” ungkap Muhammad Yani, SH (31) saat diwawancara Salman Media di Kantor Bidang Dakwah Salman ITB (30/10).

Menurut pria yang akrab dipanggil Ustad Yani ini,  permasalahan memaafkan sangat berkaitan dengan penjelasan Imam Al-Ghazali mengenai ilmu jiwa yang harus difokuskan untuk mengarahkan empat kekuatan dalam diri manusia. Yakni kekuatan ilmu, kekuatan keberanian (syaja’ah), kekuatan amarah dan kekuatan keadilan. Maka jiwa yang sehat akan terwujud, jika keempat kekuatan tersebut terarah dan terbina dengan baik.

Pertama, kesalahan dan kehilafan manusia dikarenakan tak tahu ilmunya. Maka disinilah peran kekuatan ilmu yang akan membuat kita tahu mana perbuatan yang terpuji dan tercela. Hal ini akan membantu untuk menjaga akal manusia yang digunakan sebagai pusat pengambilan keputusan selain hati.

“Barang siapa yang sudah hilang kemauan untuk mencari Ilmu, maka orang itu ibarat orang yang habis seleranya untuk memakan makanan yang baik. Sebab kebahagiaan hakiki adalah hakekat spiritual yang kekal, keyakinan pada hal-hal mutlak tentang hakikat alam, identitas diri dan tujuan hidup,” papar Ustad Yani.

Kedua, kekuatan syaja’ah’ (keberanian) menahan keinginan untuk mempertahankan kehormatan atau derajat manusia. Banyak orang yang ketika emosi itu lupa masa depan, sampai memutuskan tali silaturrahim dengan orang lain. Keinginan itu bisa dikendalikan apabila disimpan di belakang kebutuhan.

Ketiga, kekuatan amarah. Hal ini diarahkan untuk mengendalikan kekuatan amarah dalam hal positif sehingga bisa mencapai kesabaran dan keberanian. Muhammad SAW mengajarkan do’a yang baik. “Umat Rasul akan berdo’a seperti ini: ya Allah ya tuhanku ampuni dia, sesungguhnya dia belum tahu dan ajarkan dia,” ujar ustad Yani.

Keempat, kekuatan keadilan. Manusia harus mampu mengendalikan antara ruh dan jasad. Setiap perilaku ataau tindakan diri bisa sesuai antara apa yang ada di dalam ruh dan apa yang diaplikasikan dengan jasad.

Ustad Yani melanjutkan, Al-Ghazali menjelaskan bahwa kerelaan memaafkan orang yang telah menzaliminya adalah kesabaran dan keberanian (syaja’ah) yang sempurna. Sedangkan kesediaan untuk tetap menjalin silaturrahim terhadap orang yang sudah memutuskan tali persaudaraan adalah wujud dari ihsan yang sempurna.

Menurut Quraish Shihab dari berbagai sumber, ciri orang berakal itu adalah memaafkan, karena itu akan kembali ke dirinya. Orang yang tidak memaafkan akan mempersulit dan membuat masalah bagi dirinya sendiri.

Ustad Yani menambahkan, maka untuk bisa memaafkan bisa juga menggunakan cara yang pertama, mulai dari memaafkan dari diri sendiri dan belajar meminimalisir balasan-balasan atas perbuatan orang lain. Karena hal ini akan membuat jiwa kita menjadi tenang dan akan baik untuk kesehatan diri.

“Ingatlah hukum kausalitas (sebab-akibat) itu ada, bahwa segala sesuatu yang kita pilih ada akibatnya, semua akan kembali kepada diri sendiri. Jadi pikirkanlah dengan baik sebelum berbuat. Lain halnya dalam kebaikan, janganlah ragu untuk melakukan suatu kebaikan,” pungkas ustad Yani.

The post Memaafkan: Kesabaran dan Keberanian yang Sempurna appeared first on Masjid Salman ITB.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 2618

Latest Images

Trending Articles