Quantcast
Viewing all 2618 articles
Browse latest View live

Sekolah Pranikah: Menikah Bukan Soal yang Indah Saja

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Peserta berbaris membentuk lingkaran dalam simulasi ta'aruf. Gambar: Dok. DPD Salman ITB

Peserta berbaris membentuk lingkaran dalam simulasi ta’aruf.
Gambar: Dok. DPD Salman ITB

 

Bidang Dakwah Salman ITB adakan Pembukaan Sekolah Pranikah Angatan ke-17 di Gedung Serba Guna Salman ITB, Minggu (17/2) lalu. Pertemuan perdana ini sendiri diisi dengan materi ta’aruf, dengan pemateri Ustaz Ayi Rohidin. Selain ustaz, akan ada dokter, ahli keuangan, dan lain-lain sebagai pemateri. Sebanyak 120 peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa universitas-universitas se-Bandung menghadiri acara.

“Rata-rata mereka ingin tahu, pernikahan itu seperti apa, sih gambarannya. Semuanya dijelaskan di sini, di Sekolah Pranikah,” jelas Kelana Purnama Sari sebagai Ketua Program Sekolah Pranikah.

Program yang sudah dijalankan dari tahun 2008 ini selalu mengadakan inovasi-inovasi materi. Setiap materi diperbaiki sesuai dengan pengamatan tim pada angkatan-angkatan sebelumnya. Pada angkatan kali ini, materi ta’aruf dijadikan sebagai materi pembuka, dan dipisah dari materi khitbah dan akad nikah. Menurut Kelana, hal ini penting untuk membangun rasa persaudaraan dan keterjalinan  tali silaturrahim antar peserta.

“Pertimbangan pastinya kita ngasih tau informasi bahwa pengalaman-pengalaman yang sudah nikah itu ternyata nikah itu tidak hanya yang indah-indahnya aja, gitu. Ternyata ada juga problem-problem-nya. Nah kita tuh ingin share sama mereka-mereka yang akan menikah. Jadi, jangan ngebayangin indahnya aja,” tutur Kelana, menjelaskan latar belakang dibentuknya Program Sekolah Pranikah.

Sekolah Pranikah angkatan ke-17 akan diadakan sebanyak 8 kali pertemuan. Pertemuan-pertemuan yang berlangsung sekali dalam seminggu ini diadakan hingga tanggal 7 April nanti. Diharapkan peserta siap ahir dan batin, terutama pengetahuannya soal pernikahan, serta mampu “Membangun Keluarga Keren Dunia Akhirat” sesuai dengan slogan program ini.***

 

Sekolah Pranikah: Menikah Bukan Soal yang Indah Saja from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

My Key 2013 KARISMA, Persiapkan Remaja dalam Perkembangan Zaman

 

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Grand Opening My Key 2013 (Foto: Tarlani)

Grand Opening My Key 2013 (Foto: Tarlani)

Ratusan botol-botol bekas tersanding di lapangan rumput masjid Salman ITB. Itulah salah satu karya dari tim kreatif Moeslem Youth in Karisma Expo Year 2013 (My Key). My Key merupakan singkatan dari  ini diselenggarakan pada Sabtu sampai Ahad (16-17/02) khusus sebagai program kerja semesteran dari KARISMA Salman ITB. My Key mengambil tema “ Exploration on Technology, Art, and Sains for Mastering the Future”.

“Tujuan dari acara ini adalah mempersiapkan remaja-remaja se-bandung raya ini tentang perkembangan zaman” cetus Rahmat Mansyur selaku ketua acara. Banyak sekali remaja khususnya SMP dan SMA belum menemukan tujuan hidupnya seperti apa dan yang benar seperti apa.

“Mereka cenderung tenggelam terhadap zaman yang modern ini dan mereka belum memanfaatkannnya dengan baik,” papar laki-laki kelahiran Makkasar ini.

Rangkaian acaranya sangat bervariasi mulai dari Try Out untuk anak kelas 3 SMA, Lomba Cerdas Tangkas (LONCAT), Ranking Satu untuk rohis, Bioskop Training, Tabligh Akbar dan Me vs Family (remaja bekerjasama dengan orang tua untuk membuat roket air dan kotak tisu), ditutup dengan penampilan dari Edcoustic selaku alumni KARISMA ITB.

Meriahnya acara dibuktikan dengan berbondong-bondongnya ratusan remaja se-Bandung raya hadir dan mengikuti rangkaian My Key. Hadiah juara 1 untuk lomba LONCAT  yaitu piala rektor ITB, juara kedua piala dari Ketua YPM Salman ITB, dan juara ketiga piala langsung dari ketua umum KARISMA.

“Harapan saya, peserta dan siapapun yang ikut acara ini bisa mendapatkan manfaatnya,” pungkas Rahmat.[ed: Tr] 

My Key 2013 KARISMA, Persiapkan Remaja dalam Perkembangan Zaman from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Agustina: Menyelamatkan Anak Jalanan dengan Penguatan Ekonomi Keluarga

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Ibu Agustina, Koordinator RIKSA

Agustina, Koordinator RIKSA

Selama ini pengentasan masalah anak jalanan hanya terpaku bagaimana memberdayakan anak jalanan. Tapi yang dilakukan ibu Agustina, koordinator Rumah Inkubasi Keluarga Sayang Anak (RIKSA) berbeda. Menurut beliau persoalan anak jalanan tidak akan pernah lepas dari bagaimana menyelesaikan permasalahan orang tua. Kebanyakan masalah anak salah satu faktornya adalah kurang puasnya ekonomi keluarga itu sendiri.

Agustina mencontohkan, seorang ibu yang mempunyai sembilan anak dengan penghasilan suami dua puluh lima ribu rupiah sehari. “Bisa dibayangkan betapa sulitnya Ibu tersebut mengatur persoalan ekonomi keluarganya. Sehingga tidak terlalu disalahkan jika seorang ibu memberdayakan anak-anaknya dijalanan. Karena untuk menyelaamatkan ekonomi keluarganya”,  tambah Ibu kelahiran Bangka ini ketika diwawancarai Salman Media (11/02).

Beliau melanjutkan, hal tersebut akan menjadi salah ketika itu menjadi hal yang harus dilakukan oleh anak. Misalnya dengan memberi hukuman ketika anak tidak turun ke jalanan. Inilah yang menjadi alasan mengapaAgustina ikut bergabung dengan RIKSA. Salah satu program Bidang Pelayanan dan Pemberdayaan Masyarakat (BP2M) YPM Salman ITB untuk menyelamatkan anak-anak jalanan.

Ketika program RIKSA diluncurkan, Agustina ditawarkan untuk menjadi relawan yang mengurusi program Ibu-ibu. Pada waktu itu beliau hanya mengurusi pemberdayaan ekonomi dan pengajian ibu-ibu seminggu sekali. Setelah pengajian berjalan dengan rutin, baru pemberdayaan ekonomi mulai dijalankan. Membuka kelompok-kelompok usaha, seperti membuat kue kering dan kue basah.

Ibu dari lima anak ini memaparkan, persoalan anak jalanan merupakan suatu hal yang sangat komplek. Karena harus merubah pola pikir mereka dan keluarganya. Misalnya dari kurangnya penghasilan keluarga, lalu mereka memberdayakan anak-anaknya ke jalanan. Kemudian berubah menjadi rasa nyaman, karena anak-anak yang turun ke jalanan sudah memberikan penghasilan yang cukup.

Karena cukup sulit mengajak para orang tua anak jalanan untuk bergabung dengan RIKSA. Dan ternyata masyarakat sekitar keadaannya lebih sulit dibandingkan keluarga anak jalanan. Kemudian program RIKSA dikombinasikan dengan mengajak orang tua anak-anak dhuafa di daerah cakupan RIKSA. Banyak ibu-ibu yang ingin sekali memberikan manfaat bagi keluarganya. Mereka rela bekerja dengan gaji yang kecil.

“Ketika masyarakat sekitar itu dilbatkan, diharapkan ada unsur psikologis yang bisa dirasakan oleh keluarga anak jalanan, yaitu rasa malu”, tambah perempuan kelahiran Bangka ini. Hal ini terbukti berdampak, dalam waktu setengah tahun ada satu Ibu dari anak jalanan yang behasil diajak bergabung dengan RIKSA dan tidak kembali lagi ke jalanan.

Sebelum Agustina menjabat sebagai koordinator RIKSA, kegiatan anak hanya dua minggu sekali. Itupun dipegang oleh relawan dan tidak ada progres program. Akibatnya anak-anak yang mengikuti kegiatan RIKSA kadang banyak, kadang sedikit.

Agustina bersama RIKSA berusaha menjalin hubungan dengan Kementrian Sosial (KEMENSOS). Pada Februari 2012 RIKSA dapat bekerja sama dengan KEMENSOS. Dan pada juli sampai seftember, RIKSA masuk dalam program “Bandung Bebas Anak Jalanan” bersama dua puluh tiga lembaga lain yang digalakan oleh Kemensos. Dampak dari kerjasama tersebut, lima puluh anak binaan RIKSA mendapat tabungan pendidikan.

Tidak hanya itu, karena RIKSA bukan hanya mengurus persoalan anak tapi juga urusan orang tua. Persoalan RIKSA kemudian dibawa ke bidang pemberdayaan keluaraga yang ada di KEMENSOS. Dan lahirlah dana hibah beberapa bulan yang lalu. Berkat bantuan dana hibah tersebut, progam pemberdayaan ekonomi yang dijalankan RIKSA sudah berjalan. Dengan adanya usaha laundry, penyewaan mesin pengebor air, dan penjualan bubur beras merah.

“Penguatan ekonomi dan nilai-nilai agama dalam keluarga itu perlu. Pertama, Orang tua harus paham apa peranannya dalam mendidik anak. Bahwa megurus anak itu bukan sekedar memberi makan, tapi juga menanamkan nilai-nilai yang baik,” tutur perempuan yang pernah kuliah di Universitas katolik Parahiangan ini.

Apa yang Agustina lakukan di RIKSA semata-mata untuk mencari keridhoan Allah SWT. Beliau merasa bahagia ketika bisa bermanfaat untuk orang lain. “Yang harus kita lakukana adalah apa yang bisa kita berikan kepada orang lain, bukan apa yang akan kita dapatkan”, ungkap Agustina menutup wawancara dengan Salman Media.[ed: Tr]

Agustina: Menyelamatkan Anak Jalanan dengan Penguatan Ekonomi Keluarga from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

ITB Spiritual Camp : Membentuk Pribadi Dekat dengan Allah

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Pembukaan AAEI 2013

(Foto: Tim Dokumentasi AEI)

Ahad (17/2) lalu, pembukaan AAEI (Asistensi Agama dan Etika Islam) di laksanakan di Masjid Salman pada pukul 16.30-17.30. Selain pemaparan mengenai teknis mentoring, pada pembukaan ini dilaunching juga ITB Spiritual Camp, agenda runtin baru di AAEI.

ITB Spiritual Camp, sebuah Mabit yang akan dilaksanakan rutin setiap Sabtu-Ahad untuk mahasiswa ITB yang mengambil mata kuliah AEI. “Nantinya, setiap malam minggu Masjid Salman akan lebih ramai dari pada biasanya”, ucap Afifah (FI 10) Panitia ITB Spiritual Camp. Acara ini, diprediksi tidak akan membebani peserta AAEI. Mereka hanya wajib menghadiri satu kali ITB Spiritual Camp (ITB SC) dalam satu semester.

Rangkaian acara ITB SC akan dimulai setiap Sabtu Ba’da dzhuhur sampai sabtu pagi. Setiap minggunya materi ITB SC akan sama, namun pembicaranya bisa berbeda. Rencananya ITB SC akan menghadirkan pemateri dari Dosen Sostek (Sosial Teknik) ITB, Masjid Salman ITB dan dari fakultas (diusahakan dekan). Setiap pekan akan ada dua sampai tiga kelas AEI yang diwajibkan untuk mengikuti ITB SC. Malamnya peserta akhwat akan menginap di GSG, dan peserta ikhwan di Ruang Utama Masjid Salman.

Masjid Salman ITB menjadi fasilitator untuk ITB SC dengan menyediakan tempat, matras dan selimut, juga makan siang. Ini merupakan salah satu bentuk program BKK (Biro Kaderisasi dan Kemahasiswaan) untuk mencetak mahasiswa yang memiliki akidah kuat dan berakhlaq islami.

Untuk masalah pembagian jadwal ITB SC selanjutnya akan diinfokan lewat asisten kelas atau lewat grup di facebook. Meski sempat berubah jadwal (dari pagi ke sore), acara pembukaan AAEI dihadiri oleh sebagian besar mahasiswa. [ed: Tr]

 

ITB Spiritual Camp : Membentuk Pribadi Dekat dengan Allah from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Kajian Ifthar: Tiga Pesan Allah SWT pada Nabi Uzair

Image may be NSFW.
Clik here to view.
uzair

Gambar dari: www.suaramedia.com

Kisah Nabi Uzair dan keledainya menjadi topik bahasan dalam Kajian Ifthar di Selasar Hijau Masjid Salman ITB, Senin (18/2) lalu. Kegiatan rutin ini diselenggarakan oleh Divisi Bidang Dakwah Salman dan Keluarga Aktivis Masjid (Karim) Salman ITB. Ustadz Ery Lubis, Ketua Korps Da’i Siaga Bidang Dakwah Salman didaulat untuk menjadi pembicara.

Ustadz Ery tak hanya memaparkan kisah hidup Nabi Uzair, ia juga membagi kisah tentang tiga pesan yang Allah berikan pada Nabi Uzair. “Jangan lihat dari besar dan kecilnya perbuatan dosa, tetapi lihatlah kepada siapa kita telah berbuat dosa,” kata Ustadz Ery, menuturkan pesan pertama.

Ia menjelaskan bahwa manusia kerap tak sadar akan dampak dosa yang ia lakukan pada orang lain. Menurutnya, inilah yang membuat orang-orang sering mengulangi kesalahannya berulang kali. “Apabila engkau wahai Uzair memperoleh kebaikan sedikit, maka janganlah engkau melihat kecilnya kebaikan itu, tetapi lihatlah kepada zat yang telah memilikinya,” Ustadz Ery menuturkan bunyi pesan kedua.

Kemudian pesan terakhir dari Allah SWT adalah, jangan pernah mengeluh ketika ditimpa musibah, dan hanya Allah-lah tempat mengadu. Kisah hidup para nabi memang patut untuk dijadikan teladan dan contoh moral bagi umat. Selain membahas soal kehidupan para Nabi, kajian yang diadakan setiap sebelum berbuka puasa di hari Senin dan Kamis ini juga kerap membahas berbagai persoalan yang tengah terjadi di masyarakat luas dari sudut pandang Islam.[ed:Tr]

Kajian Ifthar: Tiga Pesan Allah SWT pada Nabi Uzair from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Bermimpi, Mengenal Diri, Mencapai Cita

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Sumber gambar: www.nithyaninda.org

Meraih mimpi
Sumber gambar: www.nithyaninda.org

 

TANYA : 

Apa mimpi Anda setelah lulus nanti?

JAWAB:

Halimatussaadah (17 tahun, siswi SMA Muhammadiyah 2 Bandung) – “Pinginnya sih kuliah, terus kerja. Udah kerja, bahagiain orangtua pastinya, terus nikah, jadi ibu rumah tangga yang baik.”

Ahmad Deniza (21 tahun, mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad) – “Mau kerja dong. Pengennya di Kementrian Perikanan dan Kelautan.” – “Puncak gue sukses itu saat gue bisa ngewujudin semua mimpi gue.”

Paksi Boby (22 tahun, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Unpar) – “Kerja, nikah, ngembangin bisnis dengan saudara. Cara mewujudkannya, mengembangkannya sekuat tenaga dengan memaksimalkan potensi diri.”

 

Semua orang tahu indahnya memiliki impian dan cita-cita. Betapa menggairahkannya memiliki sesuatu yang begitu spesial untuk dikejar, kemudian digenggam erat-erat oleh diri. Tujuan-tujuan itu menjadi alasan setiap tindakan. Kita tak lagi kebingungan menentukan langkah apa yang selanjutnya akan kita ambil, karena sudah jelas; semua akan bermuara pada cita-cita kita.

Tapi semua orang juga tahu, cita-cita, kesuksesan, impian, merupakan konsep-konsep yang abstrak. Tak sedikit orang yang tersesat di tengah prosesnya. Mereka tak lagi tahu, untuk apa mereka bekerja keras. Hasil akhir apa yang akan membuat seluruh usaha mereka terbayar? Mereka sudah lupa.

Iip Fariha, psikolog yang pernah aktif sebagai Ketua Biro Psikologi Salman berpendapat, dengan mengenal tujuan hidup, seseorang akan menjalani hidupnya dengan benar. Kalau dalam psikologi orang yang goal-nya jelas, orang akan terdorong ke sana, apa pun yang terjadi. Meskipun ia menghadapi hambatan, stres, tetap akan dia kejar.

“Dari tujuan itu akan diketahui bagaimana cara mengejarnya, hambatannya seperti apa, apakah ia bisa fight,” jelasnya saat diwawancarai di Kafe Koffie Tijd, Kamis (14/2).

Dalam proses fight inilah, diakui Iip, dibutuhkan beberapa aspek yang kuat dalam diri seseorang. Aspek-aspek tersebut adalah aspek intelektual, emosi, dan aspek sosial. Menurutnya, yang harus diperhatikan tak hanya kesehatan jasmani. Tapi ketiga aspek yang sudah disebutkan sebelumnya juga layak menjadi sorotan. Intinya, semua harus seimbang.

“Anak-anak ITB yang di-drop out itu malah kebanyakan yang IQ-nya di atas 130. Kenapa? Ketika stres, orang kan harus punya daya tahan. Bukan sekadar menahan, tapi bagaimana dia keluar dari situ. Nggak apa-apa stres, stres itu positif. Tetapi dia bisa seimbang. Kondisi jiwanya tetap seimbang, ia bisa keluar dari situ, dan dia tetep fight dalam perjuangannya itu,” tutur Iip.

“Ketika seseorang mencapai ketenangan batin secara personal, ia juga menebarkan ketenangan itu kepada lingkungannya,” lanjutnya.

Tak bisa disangkal dalam perjuangan meraih mimpi itu banyak hambatan yang akan ditemui seseorang. Kegagalan demi kegagalan datang, membuat harapan menjadi pupus. Cita-cita di ujung jalan sana terlihat begitu jauh dan sulit tergapai. Segala sesuatu yang ia jalani menjadi tidak optimal.

“Ada empat faktor yang harus dilihat mengapa seseorang tidak optimal dalam mengerjakan tugas. Kita singkatnya TASK. Talent, Attitude, Skill, Knowledge. Yang paling sederhana, ya, pekerjaan tidak bisa dikerjakan dengan baik karena orang tersebut Skill dan Knowledge-nya dia tidak tahu, atau memang kurang bagus,” tutur Muhammad Firman, praktisi metode Talent Mapping saat sesi wawancara di sekretariat Aksara Salman ITB, Selasa (12/2) lalu.

Menurut Firman, ada pula skill, knowledge sudah bagus, sudah dilatih dengan sangat baik, tapi dia tidak punya attitude yang positif ke arah sana. Attitude ini kaitannya dengan faktor like and dislike. Suka atau tidak suka.

“Kalau memang tidak suka ternyata misalnya bertentangan dengan nilai-nilai dia secara pribadi. Maka dia tidak bisa memberikan Attitude yang optimal ke arah situ,” lanjut Firman yang berguru langsung pada Rama Royani, penemu metode talent mapping pertama di Indonesia.

Firman berpendapat, dengan mengenal diri sendiri akan mudah bagi seseorang untuk menentukan dan mengejar tujuan hidupnya. Ia memiliki prinsip, awal hidup itu adalah mengenal diri, kemudian mengenal Tuhan, terakhir baru mengenal misi hidup. Bila salah satu dari langkah tersebut tak terpenuhi, kemungkinan besar seseorang akan kebingungan dalam hidupnya.

Salah satu kisah kegagalan orang sukses yang termahsyur adalah kisah kegagalan Thomas Alfa Edison, ilmuwan penemu lampu listrik. Ketika masih kanak-kanak, ia dianggap idiot. Ia dikeluarkan dari sekolah karena terlalu banyak bertanya.

Saat dewasa, Thomas yang dilanda krisis keuangan meminjam uang ke sana-sini untuk memulai penelitian lampu listrik. Percobaan-percobaannya selalu gagal,  hingga 9.999 kali. Namun Thomas tidak menyerah. Ia tahu betul, apa yang dia mau, apa yang ia ingin capai dari usaha kerasnya itu.

Konon pada percobaan ke-1000, Thomas berhasil. Berkat temuannya, dunia tak lagi gelap gulita. Thomas tak hanya mencapai tujuan pribadinya, tapi ia juga membawa manfaat besar bagi orang lain.

Mimpi hanyalah angan-angan kosong bila tak dibubuhi kerja keras dan keseimbangan diri. Dan cita-cita merupakan seonggok konsep hampa pemuas diri, bila cita-cita tersebut tak berguna bagi orang lain. Bermimpilah. Kenali dirimu, kenali Tuhanmu, dan bermanfaatlah untuk dunia… [ed:Tr]

Bermimpi, Mengenal Diri, Mencapai Cita from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Islam Kaaffah dalam Sains

Image may be NSFW.
Clik here to view.
(Gambar: www.abdulhanan.com)

(Gambar: www.abdulhanan.com)

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya (kaaffah), dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”

(Q.S. Al-Baqarah [2]: 208)

Pribadi muslim kaaffah adalah sosok umat Islam yang ideal dan diharapkan tumbuh dalam setiap individu. Pembahasan tentang bagaimana muslim kaaffah ini diungkapkan dalam kuliah umum bersama Dr. Ing. Suparno Satira, DEA yang bertemakan Muslim Kaaffah Persepsi Saintis di GSS D, Kompleks Masjid Salman ITB, Senin (18/2).

***

Kaaffah dalam bahasa diartikan “seluruhnya”, “semuanya”,  “holistik”, atau “menyeluruh dalam seluruh keadaan”. Hal ini mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam konsep pribadi muslim kaaffah, wilayahnya meliputi jasmaniyah (fisik), ruhiyah (psikis), dan rububiyah (spiritual).

Tak hanya itu, apabila dijelaskan lebih detil maka akan meliputi semua kebutuhan (fisik, psikis: emosional, spiritual: dzikir, fikir, dan dhamir), semua aspek kehidupan (ekonomi, sosial kultural, teknologi, hukum, politik, dan sebagainya), semua fungsi dan peran (atasan, bawahan, kolega, anak, orang tua, dan sebagainya), serta berlaku untuk semua waktu (malam, pagi, siang, kapan pun). Ruang lingkup ini tentunya akan membangun keunggulan individual dan keunggulan umat Islam.

Hipotesis awal tentang keunggulan tersebut bisa dilhat dari berbagai tanda. Mulai dari alam semesta yang diciptakan dengan tujuan dan keadaan terbaik. Kemudian Islam merupakan agama dari Allah Swt. Lalu tuntunan yang dimiliki Islam paling sempurna, dan umat Islam adalah umat terbaik sepanjang zaman. Penegasan Nabi Muhammad sebagai penyampai risalah keislaman yang merupakan rasul terbaik dan penutup dapat menguatkannya, karena apabila ada rasul setelah beliau, tentunya harus mempunyai ajaran yang lebih baik dari Islam.

Ke-kaffah-an Islam tidak hanya mengajarkan sesuatu yang bersifat ritual atau ibadah saja. Tetapi juga keilmuan-keilmuan yang bersifat saintik. Hal ini dijelaskan pada empat wahyu awal yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw.

Wahyu pertama, Surat Al-Alaq, Allah memerintahkan manusia untuk “membaca” atau belajar dan memahami objek-objek di alam karena manusia memiliki kemampuan untuk menangkap sinyal (insyarat) dari-Nya. Wahyu kedua, Surat Al-Qolam, Allah mengingatkan bahwa ilmu bisa membuat manusia lupa daratan sehingga harus berhati-hati dalam menyikapinya. Wahyu ketiga, Surat Al-Muzzammil, Allah menyuruh manusia bangun tengah malam untuk berkontemplasi tentang ciptaan-Nya yang tak sia-sia. Wahyu keempat, Surat Al-Muddatstsir, Allah memerintahkan pengkajian untuk menyampaikan suatu ilmu. Konsep penyampaian di surat itu tidak hanya berlaku bagi para mubalig dalam berdakwah saja.

Adanya petunjuk dari Allah kepada Nabi Muhammad ini, bukan kepada nabi-nabi sebelumnya, disebabkan beberapa hal. Umat dahulu belum meimiliki pengalaman yang cukup. Kemudian fasilitas belum cukup untuk berkembang (baik secara kuantitas maupun kualitas). Lalu komunikasi masih sangat terbatas, tuntunan yang harus konkrit, verbal dan visual (maka diutuslah para Rasul). Hingga belum ada keterbukaan sains yang baku disebabkan iptek pada saat itu terkumpul pada elit atas saja.

Lain halnya setelah pasca Nabi Muhammad. Umat saat itu telah mempunyai cukup pengalaman dan matang. Kemudian komunikasi antar kelompok mulai terbuka dan luas. Serta IPTEK sebagai sistem nilai mulai dibangun hingga terstruktur. Ini dapat dilihat dari banyaknya ahli pada bidang sains dari para ilmuwan Islam, seperti Aljabar dan Alkhawarizmi pada bidang matematika, Ibnu Sina pada bidang kedokteran, dan sebagainya.

Sekarang, banyak orang yang berpendapat bahwa Islam belum berkembang sedangkan barat-lah yang memimpin dalam hal sains. Padahal, dahulu Islam yang menjadi kiblat dan sumber ilmu pengetahuan. Hanya saja, banyaknya ilmuwan yang takut mengembangkan keilmuannya karena takut syirik. Hingga adanya serangan bangsa Mongol yang memusnahkan aset-aset ilmu pengetahuan umat Islam merupakan beberapa penyebab kemerosotannya. Sementara itu, pihak barat terus mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapatinya dari Islam.

 

Sainstek dalam persepsi Islam

Pada sains dan teknologi dalam persepsi Islam, aqidah atau keyakinan merupakan landasan tertinggi dalam menetapkan aturan atau kaidah keilmuan. Terkait dengan ini, Allah secara terbuka menyuruh manusia mencari ilmu pengetahuan lewat insyarat-insyarat yang disampaikan-Nya. Aturan mainnya bahkan telah ditetapkan.

Hal ini berujung kepada suatu keinginan berkualitas yang memiliki jenjang: keinginan membangun imajinasi, imajinasi membangun model, model menuntut deskripsi/kriteria, kriteria membangun suatu aturan, keinginan menuntut upaya, lalu aturan sebagai kendali mutu. Tentunya juga tak luput dari sifat ilmiah, seperti objektif, taat asas dan berkelanjutan.

Proses pembudayaan ke-kaaffah-an dalam keilmuan harus mengikuti kaidah ilmiah pula. Mulai dari sifat ilmiah, metode ilmiah, perilaku dalam tradisi ilmiah hingga berinteraksi dalam kesetimbangan yang akan membentuk knowledge based society (masyarakat berbasis pengetahuan). Prosedur ini akan bermuara pada hukum Allah (sunnatullah) yang berlaku dalam kehidupan manusia.

 

*Disarikan dari Kuliah Umum: Muslim Kaaffah dalam Persepsi Saintik dan dokumen presentasi Membangun Pribadi Muslim Kaafah karya Suparno Satira.

Islam Kaaffah dalam Sains from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Kuliah Umum: Muslim Kafaah dalam Persepsi Saintik

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Suasana Kuliah Umum: Muslim Kafaah dalam Persepsi Saintik, Senin (18/2). (Foto: Tristia Riskawati)

Suasana Kuliah Umum: Muslim Kafaah dalam Persepsi Saintik, Senin (18/2). (Foto: Tristia Riskawati)

Pribadi muslim kafaah adalah sosok umat Islam yang ideal dan diharapkan tumbuh dalam setiap individu. Pembahasan tentang pribadi muslim kafaah ini diungkapkan dalam kuliah umum bersama Dr. Ing. Suparno Satira, DEA yang bertemakan Muslim Kafaah Persepsi Saintis di GSS D, Kompleks Masjid Salman ITB, Senin (18/2).

Kuliah umum yang berlangsung mulai dari pukul 16.00 itu membahas berbagai konsep mengapa seorang muslim harus kafaah atau menyeluruh dalam memahami Islam. Hal tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti yang diperintahkan Allah Swt dalam Surat Al-Baqarah ayat 208, “… masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya (kafaah) …”

Suparno Satria pertama-tama memaparkan tentang konsep pribadi muslim kafaah yang mencakup wilayah jasmaniyah (fisik), ruhiyah (psikis), dan rububiyah (spiritual). Selanjutnya, ia menegaskan ke-kaffah-an Islam tak hanya mengajarkan sesuatu yang bersifat ritual atau ibadah saja. Tetapi juga keilmuan-keilmuan yang bersifat saintik. Hal ini dijelaskan pada wahyu-wahyu awal yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw.

Materi berlanjut dengan penjelasan konsep sains dan teknologi (sainstek) dalam persepsi Islam. Dalam Islam, sistem nilai yang digunakan menempatkan akidah sebagai landasan tertinggi sehingga menetapkan aturan atau kaidah keilmuan. Terkait dengan ini, Allah sesungguhnya secara terbuka menyuruh manusia mencari ilmu pengetahuan lewat insyarat-insyarat yang disampaikan-Nya. “Aturan mainnya di(tetapkan) Allah,” jelas dosen yang menjadi Ketua Majelis Pembina YPM Salman ITB.

Menjelang magrib, kuliah tersebut diakhiri dengan menyisakan pembahasan yang masih cukup banyak. Rencananya materi akan dilanjutkan kembali pada kuliah umum sesi berikutnya pada minggu depan. Untuk keterangan selengkapnya, bisa menghubungi Sekretariat Bidang Pengkajian dan Penerbitan (BPP), Gedung Kayu Kompleks Masjid Salman ITB. [ed: GR]

Kuliah Umum: Muslim Kafaah dalam Persepsi Saintik from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Seribu Angket Survei Kepuasan Jamaah Masjid Salman

Image may be NSFW.
Clik here to view.
(Gambar ilustrasi: http://survey.p4tkmatematika.org)

(Gambar ilustrasi: http://survey.p4tkmatematika.org)

Setiap masjid tentunya diharapkan menjadi tempat di mana jamaahnya bisa beribadah dengan khusyuk. Dengan khusyuk tersebut, jamaah akan merasa lebih dekat dengan Allah saat berada di “rumah”-Nya itu. Hal ini dapat diketahui salah satunya dengan mengetahui pendapat jamaah tentang tingkat kepuasaan mereka selama berada di masjid tersebut.

Pada hari Jumat (8/2), Rabu (13/2), dan Minggu (17/2) kemarin, Masjid Salman ITB mengadakan Survei Kepuasan dan Pelayanan Dasar Masjid Salman ITB. Kegiatan ini diselenggarakan untuk mengetahui tingkat kepuasan jamaah Masjid Salman ITB mengenai beberapa kondisi dan fasilitas yang mendukung kenyamanan dan kekhusyukan selama beribadah.

Adapun beberapa pelayanan dasar yang ditanyakan dalam survei tersebut antara lain tempat salat, tempat berwudu, tempat penitipan sandal dan sepatu, pelaksanaan salat di Masjid Salman, pelayanan sekretariat Salman (front office dan back office), dan beberapa poin lainnya.

Survei ini menyebarkan seribu lembar angket yang disebarkan secara berangsur pada tiga hari pelaksanaan survei. Lima ratus lembar pada Jumat (8/2), tiga ratus lembar pada Rabu (13/2), dan dua ratus lembar pada Minggu (17/2). Pengangsuran penyebaran angket ini menyesuaikan dengan perkiraan jamaah di hari-hari tersebut. Sayangnya, total angket yang kembali hanya 653 lembar.

Harapan dengan adanya survei ini, pihak Masjid Salman tahu apakah jamaah menilai pelayanan-pelayanan yang telah dilakukan selama ini penting atau tidak. Lalu apakah mereka merasa puas atau tidak atas pelayanan-pelayanan tersebut. Apabila pelayanan tersebut penting tapi ternyata tidak memuaskan, menandakan pelayanan belum cukup baik. Apalagi apabila pelayanan yang diadakan  tidak penting dan tidak memuaskan.

“Rencana berikut (setelah survei ini), membuat survei kembali mengenai pelayanan tambahan seperti penyediaan minuman teh dan kopi untuk jamaah, papan-papan informasi, ketesediaan wifi, hingga ketersediaan sakelar listrik, dan sebagainya,” papar Salim Rusli selaku manajer Bidang Pengkajian dan Penerbitan (BPP) Salman yang menjadi pihak pelaksana survei saat diwawancarai Salman Media (18/2) di kantornya.

Dalam survei yang diadakan selama tiga hari tersebut, pihak pengisi angket (jamaah) juga mendapat cendera mata. Yaitu berupa bolpoin sebagai bentuk apresiasi atas kerja samanya untuk menjadikan Masjid Salman lebih baik lagi. [ed: GR]

Seribu Angket Survei Kepuasan Jamaah Masjid Salman from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

ITB Fresh Time: Alquran Konsumsi Harian Kaum Muslimin

Image may be NSFW.
Clik here to view.
(Gambar: ri32.wordpress.com)

(Gambar: ri32.wordpress.com)

Alquran sudah seharusnya menjadi konsumsi harian kaum muslimin. Hal ini dipaparkan pada Rabu kemarin (20/2), dalam ITB Fresh Time yang mengangkat tema “Bumikan Indahnya Gema Alunan Qur’an di Lembaran Kampus Ganesha” yang diadakan Keluarga Mahasiswa Islam (GAMAIS) ITB. Acara ini berlangsung pada sore hari di selasar Gedung Labtek 6 Program Studi Kelautan ITB.

Ada dua sesi materi yang diselengarakan. Sesi pertama diisi oleh Sona Lian, seorang mualaf yang berbagi pengalaman dan kesan pertamanya tentang Alquran ketika masuk agama Islam. Sesi kedua diisi oleh Hafidz Ari yang merupakan pendiri Syamil Qur’an, salah satu penerbit Alquran di Indonesia. Ia memaparkan materi tentang keutamaan Alquran yang mencakup seluruh aspek kehidupan.

Hafidz Ari mengungkapkan bahwa Alquran memiliki banyak fungsi, mulai dari alhuda (petunjuk), annur (penerang), dan sebagainya. Ia juga menegaskan sebagai seorang muslim, setidaknya ada lima kewajiban yang harus dilakukan. “Membacanya, menghafalnya, mengamalkannya, menyebarkannya, dan memperjuangkannya (menegakkannya),” ujar pria yang juga aktivis di Indonesia Tanpa Jaringan Islam Liberal (JIL).

ITB Fresh Time merupakan acara rutin Gamais ITB bekerja sama dengan wilayah-wilayah jurusan yang ada. Kajiannya mengangkat lima isu laten, yaitu Alquran, mentoring, aliran sesat, SPILIS (Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme), dan dunia Islam. Selain itu, ditambah juga dengan satu isu dari bidang profesional wilayah yang menjadi tempat diselenggarakannya.

“Untuk acara kali ini diselenggarakan oleh wilayah 4 Labtek. Tujuan kajian kali ini agar mahasiswa ITB menjadikan Alquran sebagai bacaan harian,” jelas Muharij Nur Alam selaku ketua pelaksana ITB Fresh Time.

Acara ini juga dimeriahkan pembagian hadiah kepada mahasiswa yang berpartisipasi dalam kuis yang diadakan selepas pemateri kedua. [ed: GR]

ITB Fresh Time: Alquran Konsumsi Harian Kaum Muslimin from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Macam-Macam Penguatan Ekonomi Keluarga a la RIKSA

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Anak-anak bermain di depan kediaman Agustina. (Foto: Nadhira R.)

Anak-anak bermain di depan kediaman Agustina. (Foto: Nadhira R.)

Hampir genap 3 tahun sudah Program Rumah Inkubasi Sayang Anak (RIKSA) berjalan di daerah Cisitu Lama Bandung. Selama 3 tahun itu pula, Agustina, Koordinator Program yang juga tinggal di daerah tersebut bahu membahu bersama warga untuk membangun kaki-kaki fondasi perekonomian mereka.

Mimpi perempuan berusia 52 tahun itu besar. Ia harap, setelah kemelut perekonomian warga sekitar terpecahkan, hidup mereka menjadi mudah dan lebih terarah. Maklum, sebagian besar berprofesi sebagai buruh, dan masih banyak yang melepaskan anak-anak mereka ke jalanan untuk mencari uang.

Bagi Agustina semua persoalan masyarakat bawah bisa kita perbaiki langkah demi langkah kala eknomi dikuatkan. Muncul pertanyaan-pertanyaan di awal seperti mengapa anak turun ke jalan? Dalam bidang pendidikan saja, misalnya. Kenapa anak-anak ini tidak punya mimpi? Kenapa mereka sekolah asal sekolah saja? Atau kenapa mereka misalnya dari kecil sudah menikah?

“Itu kan kan karena keadaan ekonomi orangtua mereka tidak bisa memberikan apa pun yang mereka inginkan,” jelas Agustina saat diwawancarai di kediamannya, Selasa (19/2) lalu.

Hal yang sama diamini Angelia Fendrawati, Pekerja Lapangan Kementrian Sosial yang bertugas mengawasi jalannya RIKSA. Rata-rata di bawah garis kemiskinan,  jauh dari kata “cukup”. Banyak yang memiliki mata pencaharian sebagai buruh serabutan atau buruh cuci.

“Anak-anaknya banyak yang putus sekolah, nikah. Di sini juga ada beberapa kasus yang MBA (married by accident), otomatis berhenti sekolahnya,” tambah Angelia miris.
Melihat pola hidup masyarakat yang semrawut ini, Agustina tergerak untuk merintis lapangan pekerjaan untuk mereka. Saat RIKSA pertama berdiri, ia mengajari ibu-ibu membuat brownies gulung dan kue-kue lainnya untuk dijual. Sayang kegiatan ini tidak berlangsung lama karena kendala transportasi.

Hingga kini, lumayan banyak usaha-usaha kecil di bawah bimbingan RIKSA. Sebut saja, ada bubur beras merah, mie kocok, lotek, bahkan hingga penyewaan mesin bor air dan usaha laundry. Modalnya berasal dari hasil kerjasama dengan Rumah Amal Salman dan kelompok-kelompok relawan.

Yang teranyar, RIKSA mendapat dana hibah dari Kementrian Sosial. Lebih lanjut Agustina ingin menjalin kerjasama dengan CSR perusahaan yang mengarah pada pemberdayaan masyarakat.

Dampaknya langsung terlihat. Mulai banyak ibu-ibu yang sadar dan menarik anak-anaknya dari jalanan. Suami-suami yang sebelumnya menganggur, kini mendapat pekerjaan. Begitu pula dengan ibu-ibunya. Ada yang membantu berjualan, ada yang berjaga di laundry, dan lain-lain.

“Ya Alhamdulillah-lah, Ibu merasa bersyukur. Ibu merasa kebantu masalah ekonomi,” tutur Ateu Yulianti (47 tahun) yang bertugas membantu Agustina di tempat laundry.

Saryaty (35 tahun) juga mengungkapkan rasa syukurnya akan keberadaan RIKSA.
“Dulu nggak ada kegiatan apa-apa, paling di rumah, nyuci. Saya buruh nyuci di mahasiswa. Suami nganggur tadinya nggak kerja, nggak jualan,” katanya.

Kini sang suami berjualan bubur beras merah di depan Kebun Binatang Tamansari. Saryaty sendiri mengaku “ikut” Agustina, membantu beliau apa saja yang bisa ia bantu.

“Alhamdulillah sekarang ada lapangan kerja di Ibu (Ibu Agustina),” Saryaty tak henti-hentinya bersyukur.

Rasa syukur ibu-ibu tersebut bisa dibilang wajar. Mereka dapat merintis kembali kehidupan mereka lewat program pemberdayaan ekonomi RIKSA. Tapi program RIKSA tak berhenti sampai di situ saja. Masih ada program bimbel gratis untuk anak-anak, beasiswa, dan pengajian tiap minggu.

 

Tiupkan Nafas Islami

Agustina tak lantas membantu membangun lapangan pekerjaan, lalu melupakan aspek agama dalam setiap kegiatan RIKSA. Sebisa mungkin wanita asal Bangka Belitung ini berdakwah kepada masyarakat.

Berdakwah merupakan salah satu bentuk berbagi, dan baginya, saling berbagi merupakan jawaban bagi segala masalah. Dan berbagi lewat jalur kasih sayang Islami, merupakan jalan paling tepat untuk umat.

“Jadi dengan adanya RIKSA ini Ummi ingin melihat, sebenarnya apa yang dikatakan Allah lewat Rasulullah itu benar; bahwa kita akan sama-sama menikmati kebahagiaan, dan kita akan selamat kalau kita saling berbagi, saling memberi,” tuturnya sambil tersenyum.

Tak pernah terpikir oleh Agustina bahwa ia akan kembali ke Bangka Belitung. Ia memutuskan seumur hidup untuk menetap di Bandung, dan berdakwah bersama masyarakat lewat RIKSA. “Islam itu indah”, pesan inilah yang ingin Agustina sampaikan pada mereka.

Agustina percaya, bila umat bersatu dan memiliki fondasi yang kokoh –baik fondasi agama maupun dunia-, Islam akan bangkit dan mampu menyebarkan rahmat Allah SWT dengan lebih luas dan besar lagi.

Warga Cisitu Lama tak harus kelimpungan lagi memikirkan biaya hidup dan sebagainya. Mungkin bila umat bersatu –seperti yang dikatakan Agustina- di masa depan seluruh warga Kota Bandung juga tak lagi harus mengkhawatirkan hal yang sama. Atau bahkan masyarakat Indonesia, dan masyarakat di seluruh dunia. Siapa tahu?

Macam-Macam Penguatan Ekonomi Keluarga a la RIKSA from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Misteri Asap Putih Berlumpur dan Kematian Katak di Taman Ganesha

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Keadaan tanah di Taman Ganesha yang sudah kembali normal. (Foto: Tristia R.)

Keadaan tanah di Taman Ganesha yang sudah kembali normal. (Foto: Tristia R.)

Taman Ganesha seramai biasanya. Rimbun pepohonan menjadi tempat favorit berkumpul mahasiswa, juga warga yang lewat disana berteduh dari sengat matahari. Puluhan pedagang berjejer rapi, menggelar lapak, nyaris menutupi taman yang bersebelahan dengan Masjid Salman itu.

Orang-orang terkejut melihat asap muncul di tengah taman. Warga yang melintas di kawasan Taman Ganesha, heboh dengan semburan asap itu. Mereka melongok ke tempat keluarnya asap.

Asap putih tipis itu terlihat jelas dari jarak satu meter jika terhembus angin. Kemunculan asap misterius diketahui sejak Sabtu sore (16 Februari 2013)..

Semakin mengejutkan karena ketika ditemukan asap bercampur dengan lumpur. Lagi pula, di sekitar kepulan asap dan lumpur tersebut terlihat beberapa bangkai katak. Lantas orang-orang mengaitkannya dengan lumpur lapindo.

Untuk lebih memastikan lagi kemunculan asap ini, perlu pihak-pihak terkait yang mengeceknya. Apakah fenomena alam atau bukan.

Syukurlah kejadian yang sempat menghebohkan ini segera reda. Tim dari geologi ITB dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) segera melakukan pengujian. Dan hasilnya menentramkan. Tidak ada fenomena geologi dari kepulan asap itu.

“Jadi di tempat keluar asap kemarin itu, di dalam tanahnya ada jaringan kabel lampu taman. Nah, mungkin terkelupas atau ada arus pendek (korslet), ditambah di atasnya ada genangan air (becek) muncul asap,” kata Imam Achmad Sadisun dosen teknik geologi ITB.

Tidak ada unsur atau gejala geologi pada peristiwa itu. Keadaan air dan tanah ada pada suhu normal. Serangga atau katak yang mati karena tersengat listrik. Bukan karena keracunan zat H2S atau sejenisnya.

“Tidak ada unsur geologi. Suhu tanah dan air normal. Kita lakukan pengujian kemarin (Senin, 18 Februari). Kita ukur dengan PH meter semua baik-baik saja,”

Dari hasil uji PVMBG, disimpulkan kejadian kemarin tidak terkait fenomena geologi. Gas H2S tercata 0. Suhu tanah berada pada kisaran normal 27,5 derajat. Sementara suhu air ada pada 28,5 derajat.

“Hanya PH air saja yang cukup tinggi, 9,45. mungkin disebabkan limbah atau pakan ikan. Air kolamnya kotor sekali,” kata imam terkekeh-kekeh.

Taman Ganesha selama ini dikelola Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung. Tepatnya berada di wilayah Kelurahan Lebak Siliwangi, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Tepat di seberang kampus Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Tolonglah, bila ada kabel dalam tanah itu di cek, dirawat, diperhatikan. Masih layak atau perlu diganti. Kejadian seperti ini bukan yang pertama. Di tempat lain juga pernah terjadi lho,” kata Pak Imam yang juga ketua ikatan ahli geologi untuk Jawa Barat dan Banten.

Misteri Asap Putih Berlumpur dan Kematian Katak di Taman Ganesha from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Istar Dwi Priyono, Pribadi “Cetar” dalam Memberdayakan Masyarakat

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Istar Dwi Priyono (foto: Tristia R.)

Istar Dwi Priyono (foto: Tristia R.)

Sejarah kelam kekalahan Rasulullah SAW dan pasukannya termaktub dalam Perang Uhud. Bukan prajurit Quraisy yang menjadi musuh utama para insan saat itu. Namun, gejolak nafsu kebendaanlah yang menjadi seteru tak terduga.

Sang nafsu menggiring para pemanah yang bertugas menjaga bukit, agar meluncur turun. Rampasan perang yang terserak di kaki bukit ingin mereka raup. Walhasil, musuh mengambil alih bukit tersebut. Diseranglah pasukan Muslimin dari atas.

Sepenggal perjalanan hidup ini rupanya membekas dalam jiwa Istar Dwi Priyono. Baginya, peristiwa Bukit Uhud tercermin jelas dalam fenomena yang telah lama tampak hingga kini.

Serupa dengan kisah Perang Uhud, manusia kini tergiur untuk meninggalkan perdesaan karena melihat banyak kesenangan di kota. Perdesaan pun akhirnya dieksploitasi oleh sekumpulan manusia perusak.

“Area strategis kini sudah dikuasai mereka.. Kita terombang-ambing,” tutur Istar.

Fenomena Bukit Uhud inilah yang membuat Istar “cetar membahana” dalam memberdayakan masyarakat perdesaan.

 

“Selama ini, petani salah kaprah…”

Semangat pemberdayaan yang telah menjadi trademark Istar. Lewat lembaga yang dibangunnya, Lembaga Bantuan Manajemen (LBM), Istar kerap mendampingi pengusaha-pengusaha kecil yang memulai bisnisnya dari modal nihil.

“Saya memikirkan bagaimana agar usaha-usaha kecil ini bangkit. Mulai dari sektor tekstil, ritel, bahkan sampai masuk ke sektor kaki lima segala macem,” papar Istar.

Di sela-sela kegiatannya, Istar bergabung dalam Majelis Pemberdayaan Umat (MPU) di Muhammadiyah Jabar. Melalui kesepakatan pengurus, Istar akhirnya diamanahi untuk bergerak di bidang yang sama sekali baru untuknya–pertanian.

“Tadinya saya tidak tahu tentang itu. Kemudian saya banyak diskusi dengan konsultan pertanian. Saya undang konsultan tersebut untuk berdiskusi dengan petani.”

Istar menggaet Syafi’i Latuconsina sebagai konsultan pertanian utamanya. Metode pembelajaran yang disampaikan Syafi’i cukup sederhana. Ketika diterapkan oleh petani yang mau berubah, hasilnya langsung terjadi. Istar pun akhirnya meng-copy-paste apa yang disampaikan Syafi’i dalam tur keliling Jawa Baratnya.

“Saya ingin menyadarkan bahwa pandangan petani mengenai yang bagus dan yang jelek itu terbalik selama ini.  Pandangannya terbalik, bahkan seluruh Indonesia,” ujar suami dari Ratu Aisah Kurniati ini.

Para petani mengganggap padi yang berwarna sangat hijau dan daunnya melengkung adalah padi yang bagus. Padahal padi tersebut rentan rusak karena ulat yang bersarang di bawah lengkungan daunnya.

Sedangkan padi yang bagus itu adalah padi yang tegak. Jika ada kupu-kupu bertelur di padi, telurnya akan kena sinar matahari dan pecah. Ulat pun tidak ada.

“Sudah banyak garapan saya yang sukses di wilayah Jawa Barat, tapi seringnya sekali panennya sukses, mereka cuma anggap itu kebetulan,” aku Istar. “Pandangan ini harus dibetulin. Nah, untuk mengubah paradigma seperti itu, memang tidak mudah.”

Menurut Istar, memberdayakan perdesaan dengan pertanian tidaklah cukup. Perlu diadakan pembinaan manusia agar tidak sepotong-potong.

Ia ingin mengajak pemuda-pemuda– termasuk sarjana– mendampingi penduduk desa dalam hal pertanian. Pelan-pelan, diharapkan pemuda tersebut juga berdakwah pada penduduk setempat.

“Jadi di sana diharapkan ada pertanian yang teman-teman pemuda gerakkan. Pemuda-pemuda tersebut nanti nginepnya di asrama dimana ia akan belajar agama,” ujar Istar. “Mengapa? Karena yang bisa menumbuhkan hasil pertanian itu bukan kita, bukan petani, tapi Allah.”

Fenomena “bukit Uhud” pun Istar paparkan lebih jauh. Masalah klasik namun laten kini adalah pemuda-pemuda yang lebih tertarik untuk mengadu nasib di kota. Padahal, menurut Istar, bumi harus dimakmurkan. Di gunung-gunung seharusnya ditanam banyak pohon agar dapat menyerap air.

“Itu semua nggak ada yang pegang. Hanya proyek-proyek besar yang dikejar.”

Soekarno pernah berujar, “Berikan saya 10 orang pemuda, maka saya mampu goncangkan dunia.” Namun, realitasnya “10 orang pemuda” tersebut tidak dengan sendirinya datang kepada Istar. Pemuda-pemuda itu harus dicari. Oleh karena itu Istar kini tengah berupaya mengajak pemuda-pemuda mengikuti gerakannya dengan  ngobrol-ngobrol.

“Nanti diharapkan, ada yang tekun bergiat di sana. Mengolah hasil pertanian itu menjadi barang jadi, kemudian harus ada yang tekun mendistribusikan, baik ke kampung-kampung, ke rumah-rumah, pasar, bahkan diekspor,” harap Istar.

 

Ahli lotek pun berhak bicara di Masjid

Masjid Salman ITB cukup lama ditongkrongi Istar. Seiring dengan perkuliahannya di Institut Teknologi Tekstil Bandung (sekarang Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil), Istar mengikuti Latihan Mujahid Dakwah (LMD) di Masjid Salman ITB. LMD pada kala itu diadakan oleh Muhammad Imaduddin Abdulrahim (Bang Imad).

Bahkan, pada tahun 1980-an Istar pernah menjabat sebagai manajer utama Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa Bandung  di Salman. Saking seringnya di Salman, Istar kerap disalahsangkai sebagai mahasiswa ITB.

“Kebetulan teman saya yang dari kampung berasrama di Salman. Dulu saya ada grup di Salman lah, termasuk sama Mas Hermawan (Hermawan K. Dipojono) juga…,” kisah Istar mengenang masa mudanya. “Bahkan, rumah saya dulu sering dipakai diskusi oleh aktivis-aktivis GAMAIS (Keluarga Mahasiswa Islam ITB.red) awal.”

Bagi Istar, masjid seharusnya menjadi pusat aktivitas manusia. Sayangnya, kini masjid hanya sekadar tempat melakukan ritual salat saja. Masing-masing seringnya sibuk dengan urusan sendiri. Silaturahmi antar jemaah pun kurang digiatkan.

“Mungkin ada jemaah yang sedang berpikir untuk mengembangkan usahanya yang sudah mapan, cari modal sana-sini. Tapi yang sebelahnya sedang mikir buat cari kerjaan. Kan nggak ada unsur silaturahimnya?” keluh Istar.

Potensi yang ada di dalam tiap diri jemaah, pikir Istar, harus dimanfaatkan dengan baik. Ahli wirausaha, ahli IT, bahkan ahli membuat lotek pun semestinya membagi pengetahuannya kepada jemaah di masjid.

Istar berencana untuk memberdayakan masjid. Semuanya untuk menuju kesejahteraan dan kebahagiaan untuk orang-orang di masjid dan sekitarnya.

Bagi Istar, saat ini kaum Muslimin berada di posisi bawah. Muslimin harus bangkit agar kembali ke atas. Salah satu caranya ialah dengan kembali mengambil alih “Bukit Uhud”.

“Sudah dapat tempat yang sangat bagus, sangat strategis, sangat menjanjikan di desa, tapi malah ditinggalkan. Oleh karena itulah, kita harus kembali…” simpul Istar.  ***

Istar Dwi Priyono, Pribadi “Cetar” dalam Memberdayakan Masyarakat from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Pelatihan Self Management for Succes: Manajemen Diri Dan Orang Lain

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Self Succes

Peserta “Self Management” menyimak presentasi materi yang disampaikan oleh Syamril, ST. Sabtu (23/2) di GSS Salman ITB. (Foto: Ade Luckman)

 

Konsep bekerja adalah ibadah perlu menjadi inspirasi bagi setiap muslim. Ini dibutuhkan agar kita bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan. Untuk mencapai kesungguhan dalam bekerja, dibutuhkan manajemen diri. Setelah sukses me-manage diri berlanjut pada bagaimana me-manage diri terhadap orang lain.

Materi manajemen diri ini disampaikan pada pelatihan “Self Management for Succes” oleh Syamril, ST. mantan Manajer Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Salman, di Aula Masjid Salman ITB, Sabtu (23/2). Puluhan guru dari berbagai sekolah yang mengikuti pelatihan ini terlihat antusias.

Menurut Syamril, materi mengenai manajemen diri ini sangat mudah di aplikasikan cara dan prosesnya terhadap orang lain. Khususnya untuk para guru, kali ini di arahkan pada bagaimana manajemen diri dalam menghadapi siswa. “Materi manajemen kali ini memang saya ambil dari tempat saya bekerja sekarang, tetapi akan sangat mudah di aplikasikan untuk mengelola manajemen diri juga termasuk bagaimana me-menage diri sebagai seorang guru,’ kata Syamril.

Selain materi manajemen diri, disampaikan juga materi tentang mengelola mindset dalam menghadapi situasi. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk merubah persepsi negatif dan ketidakpercayaan diri. Antusiame peserta makin menjadi-jadi dalam sesi ini. Membuat peserta terinspirasi untuk melakukan pekerjaan secara bersungguh-sungguh.

Salah seorang peserta, Leni Yuliani menyatakan pelatihan ini menyadarkannya bahwa seorang pendidik harus selalu menambah referensi bagaimana cara untuk mendidik siswanya. “Saya sangat tertarik dengan pelatihan ini, karena memang guru itu bukan hanya memberikan pendidikan kepada anak didiknya, namun guru juga harus dibimbing. Dibimbing dengan cara yang seperti ini,” kata Leni.

Dari pelatihan “Self Management for Succes” ini para guru diharapkan dapat mengaplikasikan konsep manajemen dirinya pada siswa. Pada dasarnya guru tidak hanya mengajar, juga perlu mendapatkan bimbingan bagaimana cara mengajar yang baik. Kalau sudah begitu, mengajar pun akan menyenangkan dan meningkatkan prestasi anak didik.

Pelatihan Self Management for Succes: Manajemen Diri Dan Orang Lain from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Tasyakuran Launching Laundry RIKSA

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Suasana di depan Laundry RIKSA. Foto: Nadhira Rizki

Suasana di depan Laundry RIKSA.
Foto: Nadhira Rizki

Rumah Inkubasi Sayang Anak (RIKSA) adakan syukuran pembukaan usaha laundry RIKSA di kesekretariatan RIKSA Cisitu Lama Bandung, Sabtu (23/2).  Acara ini menandai dibuka secara resminya usaha Laundry RIKSA untuk umum. Acara yang dihadiri oleh perwakilan dari kepengurusan Dewan Pengurus Masjid Salman ITB (DPM Salman ITB) dan jajaran pengelola RIKSA ini diisi dengan kata-kata sambutan dan makan bersama.

“Sebetulnya memperbaiki masyarakat tidak selalu harus hanya dengan ceramah. Itu sudah akan ditinggalkan oleh salman. Kita akan lebih melakukan sesuatu. Terutama dalam memperbaiki keadaan masyarakat, kita terjun langsung, bukan hanya dengan memberikan ceramah. Tapi kita juga harus mengimplementasikan segala macam apa yang kita baca di qur’an dan di hadits, kita praktekkan,” tutur Ibu Yayuk, Wakil Ketua DPM Salman ITB dalam sambutannya.

Lebih lanjut Ibu Yayuk mengatakan, RIKSA diharapkan menjadi program percontohan pemberdayaan masyarakat untuk program-program Salman lainnya. Usaha Laundry ini sendiri adalah satu dari beberapa lapangan kerja di bawah bimbingan RIKSA. Selain Laundry, ada usaha Bubur Beras Merah, Mie Kocok, dan Penyewaan Mesin Bor Air. Penduduk Cisitu Lama yang kebanyakan bergolongan menengah ke bawah dipersilakan terjun langsung dalam usaha-usaha tersebut.

Tasyakuran Launching Laundry RIKSA from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Konser Auman Jiwa, Ketika Sekelompok Orang “Mengaumkan” Cinta

Bulan Februari identik dengan “Cinta” dan kasih sayang. Hal tersebut menjadi daya tarik beberapa aktivis Salman untuk mengapresiasikan karya bertemakan Cinta dalam bentuk puisi.

Mereka mengapresiasikannya melalui sebuah konser puisi bernama Konser Auman Jiwa. Konser ini diadakan oleh unit literasi Aksara Salman ITB di pavingblok Masjid Salman ITB, jumat (22/2).

Cinta disini bukan berarti cinta antara seorang laki-laki terhadap perempuan semata, begitupun sebaliknya. Makna cinta sendiri sangat luas mengenai makna cinta yang hakiki. Setiap peserta konser auman jiwa ini bebas berekspresi membacakan puisi “cinta-nya”.

Sebanyak sembilan belas peserta menggaungkan puisinya secara lepas di depan jamaah Salman yang berlalu lalang. Hujan turun tidak menjadi halangan bagi peserta konser ini untuk menggaungkan puisinya.

Tujuan Konser Auman Jiwa ini adalah untuk mengasah kepekaan jiwa jemaah Salman. Konser Auman Jiwa diharapkan menjadi  sarana menyampaikan aspirasi pribadi pada khalayak lewat karya sastra. Diharapkan pula, kegiatan ini dapat menunjukkan jati diri Salman sebagai masjid dinamis, berbudaya, dan aspiratif.

Sebelumnya telah ada konser Auman Jiwa yang diadakan pada Maret 2011 lalu. Menurut Tristia Riskawati, konser Auman Jiwa yang pertama itu sangat berkesan.

“Pengennya Salman menjadi gerakan pelopor berpuisi, di Bandung bahkan di dunia,” ungkap penanggung jawab acara sekaligus Pemimpin Redaksi SalmanITB.com ini. [ed: GR]

Konser Auman Jiwa, Ketika Sekelompok Orang “Mengaumkan” Cinta from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Inspiring Student Class: Menjadi Penemu Sekaligus Pengusaha

Image may be NSFW.
Clik here to view.
images

Inspiring Student Class (Foto: Dok. salmanitb.com/Fery AP)

Selama ini kita selalu disajikan, bahwa menjadi seorang entrepreneur dan penemu adalah dua hal yang bertolak belakang. Namun, di Inspiring Student Class mata cakrawala kita dibuka lebar. Penemu bisa juga menjadi entrepreneur begitu pun sebaliknya.

Hal ini telah dibuktikan oleh Dr. I G Wenten, penemu teknologi membran. Pak Wenten begitu beliau disapa, berkesempatan menjadi pembicara pada ISC kali ini, Sabtu (23/2). Dengan mengusung tema “How to be a great inventor and entrepreuneur”, acara berlangsung di GSG Masjid Salman pukul 08.00-10.30 WIB.

Meski awalnya penemuan Pak Wenten mengenai teknologi membran bukan bertujuan untuk komersil, namun dalam perkembangannya teknologi ini memang bisa dikomersilkan.

Dalam pemaparannya Pak Wenten mengingatkan tentang pentingnya memiliki paten untuk melindungi hak intelektual kita. Beliau kemudian menampilkan beberapa paten alat dengan teknologi membran yang ia miliki. Beliau juga menambahkan, untuk menjadi penemu dan pengusaha yang hebat diperlukan kegigihan untuk terus mencoba menemukan dan berinovasi.

“Paten, merupakan hal penting yang tidak boleh kita lupakan. Terutama untuk penemu yang berasal dari negara berkembang seperti Indonesia.”  kata Pak Wenten

ISC merupakan acara hasil kerjasama Bidang Kemahasiswaan dan Kaderisasi (BKK) dengan Kalam Salman (alumni Salman). ISC akan rutin diselenggarakan setiap hari Sabtu dan diperuntukkan untuk umum tanpa dipungut biaya apapun. (saf)

Inspiring Student Class: Menjadi Penemu Sekaligus Pengusaha from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Bela Diri untuk Menaklukan Diri Sendiri

Dewasa ini, rasa aman menjadi sangat mahal. Kapanpun dan dimanapaun kekerasan sangat rentan menimpa siapa saja. Berdasarkan data dari bebagai sumber, jumlah kekerasan di Indonesia bebarapa tahun terakhir meningkat pesat. Terutama kekerasan terhadap anak dan perempuan.

Setiap manusia mempunyai sistem pertahanan diri sendiri. Saat merasa terancam kita akan melakukan pertahanan diri dan melawan. Itulah sebabnya sejak dahulu kala manusia sudah mengenal bela diri sebagai sistem pertahanan. Baik yang dikembangkan untuk membela diri dari ancaman ataupun sebagai usaha untuk menyerang.

Berlatih beladiri bukan saja melatih jurus-jurus tetapi juga mental. Sebelum atau setelah latihan, para pelatih biasanya mengajak anggotanya berbincang mengenai apa yang harus dilakukan di luar tempat latihan, memotivasi mereka untuk berlaku benar sebagai wujud dari sikap ksatria. Berani berkata jujur dan benar, berani berinisiatif, berani menolong orang, berani mempertahankan hak, bertindak dengan benar dan selalu bersikap ramah.

Setiap olahraga bela diri memiliki aturan masing-masing. Salah satunya adalah harus disiplin. Diantaranya dengan datang tepat waktu, mengikuti intruksi pelatih, tidak boleh bermain-main, harus bekerja sama dengan anggota lain, saling menghormati, tidak boleh menggunakan kemampuan secara sembarangan, menolong sesama, dan lain sebagainya.

Mari kita simak manfaat-manfaat bela diri yang dirasakan oleh penulis:

1. Meningkatkan kesehatan dan kebugaran

Berlatih bela diri berguna untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Tubuh yang secara teratur diajak berolahraga secara otomatis akan meningkatkan kebugarannya. Itu karena otot-otot terlatih untuk bergerak, tidak kaku, dan tidak mudah keseleo atau terkilir.

2. Kemampuan motorik menjadi lebih kuat, tangkas, cepat, dan cekatan

Gerakan memukul, menendang, merunduk, melompat, menghindar, berputar, bantingan, berlatih keseimbangan, dan lainnya kerap diterapkan saat berlatih bela diri. Belum lagi dengan gerakan-gerakan pemanasan dan juga gerakan untuk menguatkan otot-otot, seperti berlari, sit up, push up, berjalan jongkok, dan lainnya. Semua gerakan ini melatih kemampuan motorik menjadi lebih kuat, tangkas, cepat, dan cekatan.

3. Melawan ego dan hawa nafsu

Tujuan bela diri yang sesungguhnya adalah untuk menaklukan diri sendiri. Melawan ego dan hawa nafsu, menstabilkan emosi dan pikiran, serta istiqomah dalam berlatih. Seseorang yang berlatih bela diri biasanya lebih percaya diri.

4.Melampiaskan energi negatif

Setiap orang pasti menyimpan kekesalan, kemarahan, kekecewaan, dan lainnya. Energi-energi negatif seperti ini perlu penyaluran yang tepat. Berlatih beladiri adalah salah satu cara mengeluarkan energi negatif tersebut. Dengan cara memukul dan menendang bantalan karet atau samsak, berguling di atas matras, melompat, berteriak, berlari, dan lainnya. Ketika energi-energi negatif itu tersalurkan dengan baik, maka emosi pun lebih stabil.

5. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi

Di tempat latihan bela diri kita bertemu dan berinteraksi dengan orang lain. Ini penting untuk membangun kemampuan bersosialisasi. Melatih keberanian sehingga mampu bersosialisasi dengan orang lain.

Membekali diri dengan bela diri menjadi keharusan bagi setiap orang. Ini untuk menjamin keselamatan pribadi dan orang lain. Bukan masalah bela diri apa yang dipilih. Sebab pada dasarnya, semua bela diri itu sama. Yang penting bagaimana keuletan dalam berlatih. Karena kemampuan bela diri tidak bisa didapatkan dengan instan. Perlu latihan yang rutin dan teratur. [ed:Tr]

Bela Diri untuk Menaklukan Diri Sendiri from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Di Jepang, Delegasi KORSA Tingkatkan Wawasan Kebencanaan

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Suasana Kizuna Trip.  Foto diambil saat delegasi berada di Hotel Itako, Ibaraki, . Peserta sedang mendapat pengarahan dari pihak JICE untuk program Kizuna. (Foto: Fery AP)

Peserta Kizuna Trip sedang mendapat pengarahan dari pihak JICE untuk program Kizuna. Foto diambil di Hotel Itako pada Rabu (20/2) silam.  (Foto: Fery AP)

Kizuna Trip merupakan program yang diadakan pemerintah Jepang. Program ini diadakan sebagai sarana edukasi budaya dan wawasan kebencanaan di Jepang. Kegiatan ini dilangsungkan sejak Ahad (17/2) hingga Rabu (27/2). Sebagai  salah satu pemenang kompetisi YCDE, Korps Relawan Salman (KORSA) ITB berhak mengikuti Kizuna Trip. Selama sepuluh hari, pengetahuan mereka diperkaya dengan wawasan seputar kebencanaan di Jepang. Mulai tahap mitigasi, tanggap darurat, hingga pemulihan bencana.

Usai pulang ke Indonesia, setiap delegasi ini ditugaskan untuk membuat program yang dapat diterapkan di Indonesia. Selain memulihkan pariwisata Jepang, program yang akan dikerjakan dapat bermanfaat bagi Indonesia.  ”Acara ini bukan sekedar jalan-jalan, tapi harus merealisasikan program yang dibuat selama di Jepang,” ungkap Sandra, pemimpin delegasi Indonesia.

Bagi KORSA yang bergerak di bidang kerelawanan khususnya seputar bencana, hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk meningkatkan kompetensi relawannya. Rizkia (20), salah satu delegasi KORSA, berharap dengan keikutsertaan dirinya dalam program ini dapat meningkatkan pengetahuannya seputar bencana. “Banyak hal yang bisa dipelajari dari Jepang. Terutama saling menolong saat terjadi bencana,” tutur mahasiswi Farmasi ITB ini.

Tim KORSA tidak sendiri, ada lima tim lain yang juga pemenang YCDE. Ada tim Himapsi UnSyiah (Aceh), PMR Mania (Jogja), Book For Mountain (Jogja), EGO PENS (Surabaya), serta Situlung-tulung (Makassar). Selain itu delegasi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Indonesia juga turut serta dalam program ini. Total 107  peserta mengikuti kegiatan ini.

Japan International Cooperation Center (JICE) sebagai penyelenggara berharap kegiatan ini dapat mempererat persahabatan antara Jepang dan 41 negara yang terlibat dalam program Kizuna. Mereka pun berkeinginan untuk memulihkan kondisi pariwisata Jepang. Geliat pariwisata negeri Sakura ini sempat menurun sejak dihantam gempa dan tsunami, dua tahun silam.[ed:Tr]

Di Jepang, Delegasi KORSA Tingkatkan Wawasan Kebencanaan from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Olimpiade Al Quran ITB 2013 : Cemerlang Bersama Alquran

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Jajaran pemenang Olimpiade Quran. (Foto: Mochamad Bukhori Zainun)

Jajaran pemenang Olimpiade Quran. (Foto: Mochamad Bukhori Zainun)

Jumat hingga Ahad (22-24/2) diselenggarakan Olimpiade Al Quran (OA) ITB 2013. Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Majelis Ta’lim Salman dan Gamais ITB. Ada sebelas cabang yang dilombakan, yaitu Tilawah, Tartil, Tahfizh 1 juz, Tahfizh 2 juz, KTIQ (Karya Tulis Ilmiyah Alquran), Pidato Kandungan Alquran, Pidato Bahasa Arab, Pidato Bahasa Inggris, Kaligrafi, LCC Alquran, dan Puitisasi Alquran.

“Semoga Olimpiade Al Quran ini, bisa menjadi syiar Alquran untuk massa kampus, sehingga mereka yang sekedar lewat teringat kembali untuk membuka dan membaca Qurannya,” ujar Abdurrahman Dihya Ramadhan (IF09) Ketua Komunitas MTQ ITB pada penutupan OA ITB 2013.

OA ITB adalah agenda dua tahun sekali yang diselenggarakan dalam rangka mempersiapkan kontingen ITB menuju MTQ Nasional. Pemenang lomba OA ITB memperoleh uang pembinaan dan juga akan dibina untuk menjadi perwakilan ITB ke MTQ Nasional. Selain melalui OA ITB, rencananya akan dibuat unit MTQ yang akan dibina oleh Ustad Aceng (BD Salman ITB). [ed: Tr]

Olimpiade Al Quran ITB 2013 : Cemerlang Bersama Alquran from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Image may be NSFW.
Clik here to view.
Viewing all 2618 articles
Browse latest View live