Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all 2618 articles
Browse latest View live

Pengumuman Hasil Seleksi Try Out 1 Beasiswa Perintis 5

$
0
0
(Foto: Dokumentasi LPP Salman ITB)

(Foto: Dokumentasi LPP Salman ITB)

Berdasarkan hasil Try Out-1 yang dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2014 serentak di 4 lokasi, maka panitia pusat di lingkungan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Salman ITB menetapkan:

  1. Peserta yang lulus Try Out-1 (Daftar peserta yang lulus Seleksi Try Out I Beasiswa Perintis 5 dapat diunduh di sini.)
  2. Jadwal pelaksanaan seleksi (Try Out-2) Beasiswa Perintis 5 adalah sebagai berikut:

Hari        : Minggu, 30 November 2014

Jam        : 08.00 – 11.00

  1. Bagi peserta yang memiliki nilai di bawah 10, dinyatakan LULUS dengan catatan harus memperbaiki nilai di TO-2 jika ingin masuk ke TO-3 Beasiswa Perintis 5.
  2. Peserta diharapkan hadir mulai pukul 07.00 untuk melakukan daftar ulang di Lokasi 1, untuk lokasi 2, 3, dan 4 daftar ulang mulai pukul 07.30 dengan membawa Kartu Tanda Peserta Ujian (KTPU)
  3. Alamat lokasi pelaksanaan TO-2 sama halnya dengan pelaksanaan TO-1
  4. Peserta yang mendapatkan keterangan TIDAK LULUS pada hasil TO-1 tidak berhak mengikuti Try Out-2 Beasiswa Perintis 5.
  5. Jumlah soal yang diberikan adalah 105 soal dan mata pelajaran yang diujikan dalam Try Out Beasiswa Perintis 5 tahun 2014/2015 adalah:
    1. Tes Potensi Akademik (TPA) ; 15 soal
    2. Bahasa Indonesia ; 15 soal
    3. Bahasa Inggris ; 15 soal
    4. Matematika Dasar dan IPA ; 15 soal
    5. Biologi ; 15 soal
    6. Fisika ; 15 soal
    7. Kimia ; 15 soal
  6. Keputusan panitia pusat Beasiswa Perintis 5 tahun 2014/2015 tidak dapat diganggu gugat.

Gabung di grup facebook resmi Beasiswa Perintis 5 “BEASISWA PERINTIS SALMAN ITB” dan twitter @bperintissalman untuk mendapatkan informasi terbaru seputar Beasiswa Perintis 5.


Yang Muda, Yang Berdakwah

$
0
0

 

(Ilustrasi: www.thinkingmomsrevolution.com)

(Ilustrasi: www.thinkingmomsrevolution.com)

Pemuda selalu diidentikan dengan perubahan. Betapa tidak, peran pemuda dalam membangun bangsa Indonesia sangat besar. Pemuda berperan dalam menegakan keadilan dan juga menolak kekuasaan yang sewenang-wenang. Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu, mereka selalu berjuang dengan penuh semangat biar pun jiwa raga menjadi taruhannya.

Indonesia merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Bung Tomo dan lain-lain. Satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa merupakan sumpah pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928.

Dalam dakwah Islam pun, pemuda mengambil tempat sentral. Salah satunya diperankan oleh sahabat Ali Bin Abi Thalib RA. Menurut Staf Ahli Yayasan Pengurus Masjid (YPM) Salman ITB, Samsoe Bassaroedin, sepanjang kehidupan Nabi Muhammad Saw sampai Khulafaur Rasyidin, Ali selalu memegang peran sentral dalam Dakwah Islam.

“Memegang peran sentral dalam artian, ia selalu memegang peran penting dalam setiap peristiwa, ia mengambil inisiatif dan juga memberikan kontribusi secara nyata,” tutur Samsoe (28/10).

Samsoe melanjutkan, dari tujuh orang yang diberi naungan oleh Allah SWT pada saat tidak ada naungan apapun (Kiamat –red), salah satunya pemuda. Dalam hal ini, yaitu pemuda yang dibesarkan, tumbuh dan taat dalam kecintaan kepada Masjid.

“Saat dia di dalam masjid, di luar masjid, dimana pun ia selalu rindu dan konsen memikirkan perkembangan Masjid,” terangnya.

Menurut Samsoe, perkembangan Masjid di sini mewakili umat Islam. Ini karena masjid merupakan pusat pembinaan masyarakat dan juga pembangunan peradaban Islam. Sehingga memakmurkan masjid di sini berarti turut serta mensejahterakan umat dan negara.

Jika dilihat lebih jau lagi, menurut Samsoe, makna memakmurkan masjid merupakan cermin dari dakwah islam, cermin dari masyarakat islam, sekaligus cermin dari peradaban islam. Tidak tergambarkan, dakwah bisa berlangsung, masyarakat islam bisa tegak, dan Negara islam bisa berdaulat, jika pemuda tidak memberikan kontribusi.

“Pemuda harus konsen terhadap pembangunan masyarakat islam, dan pemuda harus punya komitmen terhadap Dakwah Islam secara keseluruhan,” kata dia.

Rasulullah SAW pun meberi contoh dengan memberikan tanggung jawab sebagai panglima perang pada pemuda berumur 17 tahun. Samsoe mengungkapkan, dari hulu samapai hilir, pemuda harus mengambil peran dan memberikan kontribusi yang nyata.

 

Beri Ruang untuk Berkarya

Samsoe mengatakan, pemuda harus diberi ruang untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan ruang kebebasan, pemuda bisa berkreasi, berinovasi dan memberikan kontribusi kongkrit.“Pemuda bukan untuk direkayasa, bukan dinina-bobokan,” katanya.

Ia tidak setuju jika pemuda disatukan dalam lembaga tunggal seperti Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), itu akan mengebiri peran Pemuda pada tingkat tertentu. Nantinya pemuda akan tergantung pada orang lain, mereka hanya disuapi dan direkayasa, bukan tumbuh kembang.

Pemuda jangan diberi batasan yang berlebihan. Menurut Samsoe, pemuda harus diberi ruang gerak yang seluas-luasnya. Hal itu akan menumbuhkan potensi pada tiap diri Pemuda.

“Ia merasa ada ruang kebebasan untuk berkarya, untuk mengembangkan kepribadian, untuk mengembangkan kompetensi, untuk menumbuhkan kapasitas,” ungkapnya.

Kalau ada Kementrian Pemuda dan Olahraga, menurut Samsoe, itu tugas lembaga tersebut untuk menumbuhkan ruang kebebasan seluas-luasnya bagi pemuda. Sehingga para pemuda merasa tertantang untuk memberikan kontribusi bagi Negara. [Ed: Dh]

Duo Ambulans Salman Untuk Layani Jemaah

$
0
0
Dua armada ambulans yang siap melayani jemaah.(Foto: Hendi Rohendi)

Dua armada ambulans yang siap melayani jemaah. (Foto: Hendi Rohendi)

Bandung, (Salman Media) – Armada pertolongan darurat di Salman bertambah. Telah terparkir di basement masjid satu mobil ambulans Salman yang baru, Toyota High Lux di samping mobil ambulans yang lama, Daihatsu Gran Max.

Mobil ambulans yang lama akan diprioritaskan untuk layanan antar jemput jenazah. Sedangkan ambulans yang baru akan dikhususkan untuk layanan darurat. Demikian dipaparkan oleh Manajer Bidang Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat (BP2M) YPM Salman ITB, Septian Firmansyah.

“Dengan mobil baru, kita ingin memberikan pelayanan ekstra. Kita ingin bisa melayani daerah pelosok dengan mobil yang baru,” terang Septian saat ditemui di sekretariat BP2M, Kamis (30/10).

Sebenarnya, mobil ambulans yang lama bisa saja disetir hingga ke wilayah pelosok. Namun, konsekuensinya mobil tersebut akan cepat rusak. Oleh karena itu, mobil ambulans yang lama akan difokuskan pada layanan antar-jemput jenazah dalam kota. Mobil ambulans yang baru bisa digunakan untuk keperluan darurat, kendati Septian menjamin baru daerah sekitar Bandung Raya yang dapat dijamah.

“Hingga saat ini, sebagian besar masyarakat meminta layanan jemput antar jenazah. Per bulannya biasanya mobil ambulans yang lama beroperasi sebanyak lima belas kali,” kata Septian.

Untuk biaya pemakaian mobil ambulans, pihak BP2M tidak menggratiskannya. Namun, BP2M menerima biaya berapapun dari jemaah sesuai dengan kemampuan. Septian mengatakan, beberapa layanan di Salman sengaja tidak digratiskan.

“Kami ingin mengajarkan kepada masyarakat untuk tidak memiliki mental diberi, namun berupaya untuk memiliki mental berkontribusi. Tentu, biaya yang dibayarkan tergantung kemampuan dan sebesar rasa syukur kita,” pungkas Septian.

Untuk layanan ambulans, jemaah bisa menghubungi Kang Irman di 082217170211. [Ed: Dh]

 

Konsep Diri Kuat, Kunci Rumah Tangga yang Solid

$
0
0

 

(Ilustrasi: eng.dar-alifta.org)

(Ilustrasi: eng.dar-alifta.org)

Tak pernah terbayang dalam benak Elma Fitria (30) untuk menikah muda. Lahir dalam keluarga broken home, membuatnya bermimpi tinggi untuk menciptakan keluarga yang sempurna. Itulah mengapa dirinya tak menyangka bahwa ia akan dikhitbah pada usia 22 tahun, hampir 9 tahun yang lalu.

Aktivis unit AKSARA Salman ITB ini dilamar saat ia masih duduk di bangku kuliah, tengah menyelesaikan Tugas Akhir. Seminggu setelah dinyatakan lulus, ia langsung mengadakan pernikahan. Kala itu, ia tak memiliki bayangan tentang pernikahan. Bagaimana bentuk relasi dengan suami pun ia belum paham.

“Sepanjang hidup saya, saya belum pernah melihat keluarga yang rukun. Jadi waktu saya menikah, setiap harinya itu saya belajar, itu pun naik-turun,” kisahnya, Senin (14/10), saat diwawancarai di Kantin Salman.

Masih banyak yang ingin Elma capai. Ia ingin kuliah hingga jenjang S3, ia pun ingin membahagiakan keluarga lewat bantuan finansial. Namun akhirnya ia menyadari, yang paling dibutuhkan di tengah carut marut keluarga besarnya ialah contoh. Yakni, contoh keluarga yang baik.

Akhirnya, ia mencoba me-nol-kan diri dengan memaafkan masa lalu. Konsekuensinya, ia tak memiliki pengetahuan apa pun soal rumah tangga, apalagi parenting.

“Misalnya waktu hamil, bahkan saya nggak tahu mau nanya apa, dalam hal apa. Akhirnya saya baca buku, browsing, lalu saya tuliskan di jurnal. Jadi setiap ke dokter saya bawa jurnal,” tuturnya sambil tertawa.

Cobaan tak berhenti sampai di situ. Elma mengalami sindrom baby blues saat melahirkan si sulung. Kondisi cukup berat, karena tak ada yang mendampinginya secara penuh. Saat itu sang suami tengah mengambil pekerjaan ganda, praktis membuatnya sibuk hingga malam hari. Elma pun tidak tinggal dengan Ibunya sejak bayi, sehingga ia tak memiliki tempat untuk bertanya.

Meski begitu, dalam kondisi naik turun itulah ia menyadari pentingnya ikatan ibu dan anak. Ia menyimpulkan, dari orangtua yang “sehat”, akan tumbuh anak yang “sehat” pula.   Dari mana itu semua bermula? Elma mengatakan, itu berawal dari konsep diri kedua orangtua yang sudah kuat sebelum menikah.

“Ternyata pernikahan adalah bentuk kerjasama dengan lingkup terkecil, tapi dengan efek paling massive, paling kuat, paling nyata. Dari ketiganya ternyata bermula dari bagaimana keduanya (orangtua –Red) mempersepsi pernikahan,” katanya.

Menikah sendiri menurut Elma merupakan proses pematangan seseorang untuk melayani orang lain. Melayani di sini dalam arti berdedikasi, berbakti, dan berkomitmen. Bila seluruh anggota keluarga melaksanakan konsep ini, barulah keluarga tersebut dapat berbakti pada umat.

Ia mengutip sebuah ungkapan, “The highest destiny of people is serving other people.” Takdir tertinggi bagi seseorang ialah melayani orang lain. Orang-orang yang mampu mengalihkan fokus diri sendiri pada orang lain, sebenarnya telah naik ke level yang lebih tinggi.

“Kadang-kadang orang yang sudah menikah nggak sadar. Banyak yang masih menganggap ini masih tentang saya, tentang kamu sendiri, tentang anak-anak masing-masing. Jalan sendiri-sendiri, nggak ada sinergi,” sesalnya.

Kini banyak orang yang telah baligh –dewasa secara fisik, namun belum akil, yakni dewasa secara mental. Ia tumbuh dengan konsep diri yang lemah, tak tahu apa fungsinya di dunia.

Elma berpendapat, mayoritas konflik dalam rumah tangga masyarakat bermula dari masing-masing pasangan. Konflik muncul sebagai refleksi kekosongan dari dalam diri.

“Saya paling nggak suka dengan kalimat “she/he completes me”, berarti ada yang kurang dalam diri kamu. Tahu apa yang terjadi dalam pernikahan kalau kamu masih ada yang kurang? Kalian akan terus minta,” tambahnya.

Keluarga mestinya dipersepsi sebagai pondasi utama masyarakat, bukan pemenuh syahwat belaka. Ternyata dari keluarga yang solid, akan terbangun masyarakat yang saling menguatkan pula. Meski lingkupnya kecil, membangun rumah tangga adalah hal yang serius dan patut direncanakan dengan matang, bahkan dari konsep diri sekalipun.[Ed: Dh]

Seleksi Pertama Beasiswa Perintis 5 Telah Digelar

$
0
0
Suasana seleksi Beasiswa Perintis 5, Minggu (26/10) lalu.

Suasana seleksi Beasiswa Perintis 5, Minggu (26/10) lalu.

Program beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) YPM Salman ITB, Beasiswa Perintis, telah sampai pada tahun ke-5. Seleksi pertama calon penerima beasiswa tahun ini digelar pada Ahad (26/10) lalu. Seleksi ini oleh siswa-siswi se-Bandung Raya.

Beasiswa Perintis sendiri merupakan beasiswa pembinaan non-tunai bagi pelajar menengah atas untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Penerima beasiswa akan mendapat materi pembinaan berupa kepemimpinan dan bimbingan belajar. Mereka juga akan mengikuti stadium general dari dosen-dosen berpengalaman dan learning camp selama satu bulan. Lebih lanjut, penerima beasiswa akan diarahkan untuk mendapat beasiswa Bidik Misi.

Penanggung Jawab Teknis Beasiswa Perintis 5 Bandung Raya Irfan Ramdani mengatakan, beasiswa di periode ini diikuti oleh siswa dari beberapa daerah di Jawa Barat, yaitu Cililin, Garut dan Majalengka.

“Tahun ini siswa yang mendaftarkan diri terhitung sekitar 1.300 orang. Di Salman sendiri, ada 800 orang peserta yang mengikuti seleksi. Jumlah ini lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya,” ujar Irfan. Ia juga berharap, 90% peserta tahun ini dapat diterima di perguruan tinggi negeri.

Pendaftar yang lolos pada seleksi pertama akan diumumkan pada tanggal 10 Nopember mendatang di situs SalmanITB.com. Seleksi selanjutnya akan digelar pada tanggal 30 Nopember 2014. [Ed: Dh]

 

KARISMA dan SEMAI 2045 Kerja Sama Tanggulangi Pornografi

$
0
0
(Ilustrasi: id.muslimvillage.com)

(Ilustrasi: id.muslimvillage.com)

Oleh: Haifa Afifah

Jumlah kasus asusila dan bullying di kalangan remaja Bandung terus meroket. Untuk itu, Gerakan Selamatkan Generasi Emas Anak Indonesia (SEMAI) 2045 menggaet Keluarga Remaja Islam (KARISMA) Salman ITB untuk terlibat dalam penelitian keterpaparan remaja Bandung akan pornografi. Divisi Tanggap Dinamisme Remaja (TDR) dan Lembaga Pengkajian dan Penelitian (LP2K) KARISMA pun mengadakan pertemuan dengan pihak SEMAI 2045 dan Ikatan Mahasiswa Muslim Psikologi (IMAMUPSI), Ahad (19/10) lalu.

Pornografi sendiri bukan satu-satunya masalah. Masih banyak persoalan yang tidak terlihat.

“Pornografi itu kalau diibartkan seperti puncak gunung es-nya. Tapi itu juga merupakan gejala yang paling bisa dilihat,” papar Koordinator Umum Gerakan SEMAI 2045, Elma Fitria.

Dengan hasil riset kolaborasi SEMAI 2045, KARISMA, dan IMAMUPSI, diharapkan asumsi tadi dapat terbukti dan bisa segera dicari solusinya. KARISMA, sebagai organisasi yang fokus dalam pembinaan remaja pun, dapat merancang strategi untung menanggulangi hal tersebut. [Ed: Dh]

Hijriah atau Masehi Dua-Duanya Bermanfaat

$
0
0

 

Foto: pixabay.com

Foto: pixabay.com

Kalender merupakan unsur yang begitu erat dengan peradaban manusia. Pasalnya, hidup manusia selalu tergantung pada waktu. Kini, ada tiga jenis kalender yang umum digunakan, yaitu Kalender Solar atau Masehi, Kalender Lunar atau Hijriyah, serta Kalender Lunisolar.

Berhubung kalender yang disepakati sebagai acuan dunia ialah Kalender Masehi, Umat Muslim hanya dapat menggunakan Kalender Hijriyah sebagai penentuan waktu ibadah. Sedangkan untuk kepentingan administrasi pemerintahan dan transaksi bisnis, misalnya, belum dapat terpenuhi.

Hal tersebut ditulis dalam blog pribadi Pofesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, 6 Januari 2011 lalu. Menurut Anggota Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama itu, ada tiga syarat untuk sistem kalender yang mapan. Syarat itu yakni, ada otoritas tunggal yang menetapkan, ada kriteria yang disepakati, serta ada batasan wilayah keberlakuan, baik nasional maupun global.

Kalender Masehi perlu waktu 19 abad menuju kemapanan. Kalender Hijriyah sendiri baru ada selama 14 abad, sehingga belum dapat dijadikan sistem kalender untuk urusan pemerintahan dan bisnis. Meski begitu, upaya menuju kemapanan harus terus dilakukan.

“Jangan terlalu jauh mencita-citakan kalender hijriyah global. Mulailah dari yang sudah ada di depan mata kita, kalender hijriyah nasional,” tulis Thomas.

Ia memaparkan, Indonesia telah memenuhi tiga syarat. Syarat pertama, adanya otoritas tunggal, telah dimiliki Menteri Agama sebagai wakil pemerintah. Syarat kedua, batas wilayah keberlakuan, yaitu wilayah hukum Indonesia. Terakhir, tinggal kesepakatan kriteria yang mesti diusahakan.

“Kalau kita berhasil mencapai kesepakatan kriteria hisab rukyat nasional, maka kita akan mempunyai kalender hijriyah yang memberikan kepastian. “Kepastian” adalah kunci menjadikan sistem kalender terpakai dalam urusan lebih luas, bukan hanya ibadah,” tuturnya.

Lebih lanjut Thomas menjelaskan, bila kalender Hijriyah mapan di Indonesia berhasil terpenuhi, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sistem kalender tersebut dapat dijadikan prototipe global. Masyarakat sendiri dapat menyepakati kriteria yang bersifat global, yang ditentukan oleh otoritas kolektif negara-negara Islam. Batas wilayahnya pun bukan batas wilayah tetap, namun batas wilayah yang dinamis sesuai kemungkinan terlihatnya hilal.

“Itu mudah ditetapkan berdasarkan kriteria yang disepakati. Saya kira sebelum melewati tahun 1500 H, Kalender Hijriyah global yang mapan bisa kita wujudkan. Insya Allah,” tutupnya optimis.***

Ada Konsultasi Bisnis Gratis di SEC!

$
0
0

 

Suntree, salah satu unit bisnis binaan Salman Entrepreneur Club (SEC). (Foto: https://www.facebook.com/suntreesandang)

Suntree, salah satu unit bisnis binaan Salman Entrepreneur Club (SEC). (Foto: https://www.facebook.com/suntreesandang)

Oleh: Fathia Uqim

Semakin menjamurnya online shop di dunia maya membuat persaingan para pengusaha semakin ketat. Tajamnya persaingan masa kini membuat Salman Entrepeneur Club (SEC) terus mempersiapkan para anggota demi menghadapi hal tersebut. Untuk itu, klub unit binaan Bidang Kemahasiswaan dan Kaderisasi (BMK) Salman ITB ini mengadakan training kewirausahaan rutin setiap dua minggu sekali.

“Setelah training ada sesi coaching atau konsultasi permasalahan bisnis. Lamanya empat bulan, dan program ini bisa dikatakan gratis. Daftar di awal saja sebesar 25 ribu Rupiah,” ungkap Ketua SEC Fathonah Fitrianti, Sabtu (2/11).

SEC juga berkomitmen akan selalu membimbing para pengusaha yang aktif sebagai anggota. Tujuannya, agar para anggota memiliki rumah konsultasi sehingga memupuk semangat dalam berusaha. “Hasil akhir dari training ini berupa terbangunnya mindset dan mental yang tangguh dan ada progress dalam usahanya,” jelas Fathonah.

SEC juga telah terkoneksi dengan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) dan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. “Kami arahkan anggota SEC ikut menjadi anggota binaan dinas tersebut untuk memperluas jaringan juga,” pungkasnya.

Program SEC sendiri bertujuan untuk menghimpun potensi mahasiswa -khususnya aktivis unit Salman- yang ingin berkarya lewat kegiatan wirausaha. Program ini berjalan dengan memfasilitasi dan memberikan pembinaan kepada para anggotanya. Lewat SEC, anggota tak hanya berkesempatan menjadi donatur, melainkan juga sebagai investor. [Ed: Dh]


Selamat Datang, Jama’ah Haji Salman!

$
0
0
Puluhan jama'ah haji KBIH Salman ITB menghadiri acara pelepasan di depan sekretariat KBIH Salman, Senin (3/11). (Foto: Fathia U.)

Puluhan jama’ah haji KBIH Salman ITB menghadiri acara pelepasan di depan sekretariat KBIH Salman, Senin (3/11).
(Foto: Fathia U.)

Oleh: Fathia Uqim

Bandung, (Salman Media) – Jama’ah haji Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Salman ITB telah kembali ke Tanah Air, Senin (3/11) kemarin. Dalam acara pelepasan di depan sekretariat KBIH Salman, Staf KBIH Didin Wahyudin menyatakan, tali sillaturrahim antar peserta dan KBIH tidak akan lepas begitu saja. Dua bulan setelah pulang dari Tanah Suci, para jama’ah akan dikumpulkan kembali untuk menghadiri ta’lim bersama.

“Biasanya jama’ah akan turut diundang di manasik haji selanjutnya, pada periode haji di bulan Januari, atau kita mengundang mereka untuk berbagi pengalaman dengan calon jama’ah haji yang baru,” tuturnya.

Pelayanan KBIH Salman sendiri berkonsep semi-plus. Jama’ah cukup mendaftar ke Departemen Agama. Kebutuhan haji yang lain seperti pengurusan paspor, akan diurus oleh pihak KBIH.

“Pelayanannya seperti haji plus, lebih optimal dan prioritas ke jama’ah,” ungkap Didin.

Adik PAS, Mainkan Alat Musikmu!

$
0
0
Inilah performance dari satu kelompok adik TK yang membawakan lagu 'Balonku', Ahad (2/10) di Pavling Block Masjid Salman ITB. Foto Bustomi.

Inilah penampilan salah satu kelompok adik TK yang membawakan lagu ‘Balonku’, Ahad (2/10) di Pavling Block Masjid Salman ITB. (Foto: Bustomi)

“Drum drum drum, tok tok, srek, srek, srek”. Adik-adik Pembinaan Anak Salman (PAS) ITB bermain alat musik dari kaleng dan botol bekas. Irama lagu ‘Balonku’ terdengar di Paving Block Masjid Salman, Ahad (2/11) kemarin. Alat-alat musik sederhana yang mereka mainkan, mereka buat sendiri.

“Jadi dengan adanya seni dan bernyanyi bareng, mereka bisa menambah wawasan akan seni musik dan juga mengenal temannya,” ujar Kepala Divisi Taman Kanak-Kanak PAS, Rizky Ayu Aulia.

Mentoring PAS saat itu bertema ‘Seni Itu Kebersamaan’.Tak hanya belajar musik dan bersosialisasi, adik-adik PAS juga dikenalkan pada dakwah lewat seni musik. Kegiatan tersebut senada dengan tema semester kali ini, yaitu ‘Menapaki Jejak Islam’.

“Dengan alat musik sederhana ini kita tanamkan juga nilai-nilai Islam,” ujar Ayu.

PAS sendiri adalah unit Salman yang mengkhususkan diri di bidang pembinaan anak-anak. Perkembangan PAS dimulai sejak tahun 1982, ketika masih berupa pengajian anak-anak rutin di bulan Ramadhan.

Sejak awal terbentuknya, PAS memiliki ciri khas yang tidak dijumpai pada model pengajian anak lain, yaitu pola pembinaan dan kegiatannya. PAS juga berkomitmen untuk membuat kreasi serta inovasi baru dalam pembinaan anak-anak. Metode penyampaian materi dan dakwah tak hanya berbentuk ceremah, tapi juga musik, teater, tadabur alam, permainan, simulasi, dan sebagainya. Pengadaan media-media pendidikan itu terbukti efektif dalam menunjang keberhasilan pembinaan. [Ed: Dh]

Bagi Remaja, Dakwah Personal Itu Penting

$
0
0
Susana talkshow "Come Back To Masjid", salah satu rangkaian acara Sampurasun Ririungan Rohis se-Jabar 2014, Jum'at (24/10) lalu. (Foto: Fathia U.)

Susana talkshow “Come Back To Masjid”, salah satu rangkaian acara Sampurasun Ririungan Rohis se-Jabar 2014, Jum’at (24/10) lalu. (Foto: Fathia U.)

Oleh: Fathia Uqim

Lembaga dakwah jangan hanya fokus pada dakwah jama’iyah atau dakwah yang bersifat kolektif. Anggota lembaga dakwah pun harus memiliki keberanian untuk melakukan dakwah fardiyah atau dakwah secara perorangan. Dari hal tersebut, anggota lembaga dakwah pun dapat mengetahui kapasitas dirinya masing-masing. Hal itu disampaikan oleh dr. Hanandhito Yudhitia, salah satu pemateri talkshow “Come Back To Masjid”, dalam acara Sampurasun Ririungan Rohis se-Jabar 2014, pada Jum’at (24/10) lalu di GSG Masjid Salman ITB.

“DKM, Rohis, dan apapun itu jangan fokus pada rapat saja, tetapi dakwah fardhiyah juga. Kita dapat mengajak mereka mentoring bersama,” ujarnya.

Remaja kini lebih memilih bersenang-senang di pusat perbelanjaan atau menumpahkan masalahnya ke media sosial. Bisa dibilang, mereka semakin jauh dari nilai-nilai Islam. Maka, Rohis merupakan wadah penting untuk berbagi dan diskusi di tiap sekolah. Menurut Ketua Pelaksana, Linda Studiyanti, acara ini bertujuan untuk menyemangati dan menginspirasi anak-anak Rohis.

“Ke depannya, Rohis punya program bersama untuk maju dan lebih kreatif lagi agar bisa merangkul lebih banyak teman,” tuturnya.

Pada Sampurasun yang kedua kalinya ini, Fornusa bekerja sama dengan Yayasan Rumah Rohis, Gerakan Ayo Mengaji Tiap Hari, Syammil Qur’an, serta Keluarga Remaja Islam (KARISMA) Salman ITB. Selain mengundang dr. Hanandhito, Fornusa juga mendatangkan Meyda Safira sebagai Duta Rohis sekaligus motivator, dan Fathiatus Syafigah, penulis buku “Breaking The Limit”. [Ed: Dh]

Beasiswa Perintis: Wujudkan Mimpi Kuliah di PTN Favorit

$
0
0

Beasiswa Perintis Salman ITB adalah beasiswa bimbingan belajar selama satu bulan di sebuah kemah (camp). Selama satu bulan peserta dikarantina di sebuah asrama. Dalam karantina peserta belajar untuk menghadapi SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri), mendapat pelatihan mental, dan bimbingan rohani sehingga siap menjadi mahasiswa yang unggul.

Beasiswa Perintis: Program Unggulan Salman ITB

$
0
0

Beasiswa Perintis Salman ITB adalah beasiswa bimbingan belajar selama satu bulan di sebuah kemah (camp). Selama satu bulan peserta dikarantina di sebuah asrama. Dalam karantina peserta belajar untuk menghadapi SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri), mendapat pelatihan mental, dan bimbingan rohani sehingga siap menjadi mahasiswa yang unggul.

Lebih Unggul Mana, Masehi atau Hijriah?

$
0
0
Foto : pixabay.com

Foto : pixabay.com

Miringnya bumi yang mengitari sang surya mencipta ragam musim. Dengannya, manusia dipandu untuk mengetahui kapan ia mengembangkan layar kapalnya, atau kapan ia menanam benih padi di lahannya.  Ditetapkanlah perhitungan jadwal musim tersebut dalam kalender masehi.

Sementara itu, rembulan mengorbit bumi. Rembulan bagai titik mini ketimbang matahari. Namun, ia kuasa meneruskan cahaya pada bagian bumi yang tengah membelakangi matahari. Dengannya, manusia dipandu untuk mengetahui kapan ia harus menyiapkan diri untuk pelbagai ritus spiritual. Disusunlah kalender lunar untuk memudahkan penganut agama menentukan jadwal ritual.

Kalender merupakan unsur yang begitu erat dengan peradaban manusia sedari dulu. Kini, ada tiga jenis kalender yang umum digunakan, yaitu Kalender Solar atau Masehi, Kalender Lunar atau Qamariyyah, serta Kalender Lunisolar. Kalender Hijriah termasuk ke dalam kalender lunar yang perhitungannya didasarkan pada bulan.

Berhubung kalender yang disepakati sebagai acuan dunia ialah Kalender Masehi, Umat Muslim hanya dapat menggunakan Kalender Hijriyah sebagai penentuan waktu ibadah. Sedangkan untuk kepentingan administrasi pemerintahan dan transaksi bisnis, misalnya, belum dapat terpenuhi.

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan, baik kalender masehi maupun kalender lunar memiliki keunggulan. Pada awalnya, kalender lunar atau qamariyyah lebih banyak dipakai karena mudah ditentukan penanggalannya. Manusia dapat menentukan hari ini tanggal berapa dengan melihat bulan.

“Pada tanggal 1 di bulan dengan penanggalan qamariyyah, muncul bulan sabit di ufuk barat. Hari berikutnya, sabitnya makin besar ke arah barat,” ungkap Djamal ketika diwawancarai melalui telepon, Jumat (24/10) lalu.

Dari hari ke hari, bulan bergeser sebesar 12 derajat. Pada tanggal 7, bulan bergeser menjadi setengah lingkaran. Pada tanggal 14, terjadilah bulan purnama. Sedangkan pada tanggal 21, bulan kembali menjadi setengah lingkaran di pagi hari namun ke arah timur. Hingga tibalah saatnya di akhir bulan dimana bulan menjadi sabit di pagi hari.

Thomas mengatakan, kalender qamariyyah atau lunar biasanya digunakan untuk menentukan ritual-ritual keagamaan. Tidak hanya umat Islam saja yang berpegangan pada kalender lunar, melainkan umat beragama lainnya seperti Hindu, Buddha, bahkan Kristiani.

“Hari Raya Nyepi dilakukan ketika bulan mati. Sedangkan Waisyak umat Buddha dilaksanakan pada bulan purnama. Tentu saja, kriteria penentuan penanggalannya berbeda satu sama lain,” papar Thomas.

Kalender hijriah untuk muslim dicanangkan oleh Umar bin Khattab untuk urusan hisab, rukyat, dan hari raya. Patokan tahun pertama pada kalender hijriah ditentukan pada tahun dimana umat Islam melakukan hijrah ke Yastrib. Jumlah bulannya 12 bulan karena mengikuti Alquran. Kalender hijriah pun diterapkan di Arab Saudi dan tidak dibuat untuk tujuan penentuan tanggal hari raya semata, melainkan untuk juga untuk sipil.

“Dampaknya, kegiatan sipil pun mengikut jadwal kegiatan ibadah. Misal kegiatan pemerintahan akan disesuaikan dengan ritme musim haji karena memang pemerintah Arab Saudi menerima keuntungan besar dari haji,” ungkapnya.

Thomas memaparkan, ada tiga syarat utama untuk merancang sistem kalender hijriah yang mapan. Pertama, adanya otoritas tunggal. Kedua, adanya kriteria tunggal. Ketiga, harus ada adanya batasan wilayah yang disepakati.

Bagaimana dengan kalender masehi? Thomas mengungkapkan, kalender masehi memiliki keunggulan tersendiri untuk penentuan musim. Penentuan musim ini erat kaitannya dengan pertanian dan pelayaran. Kriteria kalender masehi sendiri sudah sama.

“Dalam Islam, kalender masehi dan kalender hijriah bisa bermanfaat dua-duanya. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda untuk kehidupan masyarakat,” Thomas berpendapat.

Thomas menjelaskan, masyarakat Indonesia dapat memakai dua jenis kalender tersebut. Apalagi, Indonesia merupakan negeri agraris yang bergantung pada musim. Begitu juga, masyarakat Indonesia pun menganut ritual agama tertentu dan membutuhkan perhitungan bulan untuk menentukan jadwal. Baik kalender masehi maupun hijriah memiliki peranan dan keunggulannya masing-masing. [Ed: Dh]

Salman Academy Siap Dirintis!

$
0
0
Suasana workshop instruktur film Salman Academy bersama produser senior Budiyati Abiyoga di ruang VIP Masjid Salman ITB.

Suasana workshop instruktur film Salman Academy bersama produser senior Budiyati Abiyoga di ruang VIP Masjid Salman ITB.

Ceritanya berawal di Singapura. Beberapa waktu lalu, pengusaha sebuah rumah makan padang ternama berencana mengembangkan bisnis di Negeri Singa tersebut. Sayang, niatnya ditolak lantaran tak punya koki masakan Padang bersertifikat. Karenanya, dibentuklah sebuah Akademi Komunitas yang fokus pada pembinaan juru masak kuliner khas Padang di Batam.

Begitulah kisah dari koordinator Salman Films, Iqbal Alfajri, saat ditemui di ruangan VIP Masjid Salman ITB, Kamis (16/10) lalu. Berdasarkan cerita itu, Ia mengatakan, akan ada kebutuhan sertifikasi pada tiap profesi di Indonesia. Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB pun merintis ‘Salman Academy’ sebagai solusi.

Secara legal, Salman Academy merupakan program Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud RI. Program ini merupakan antisipasi pemerintah terhadap indeks serapan pelajar ke perguruan tinggi yang kurang dari dua puluh persen. Angka itu rendah dibanding negara-negara maju yang berjumlah sekitar empat puluh persen. Dikti pun mengundang pihak swasta dan pemerintah daerah untuk membentuk banyak perguruan tinggi. Maka, dirancanglah program ‘Akademi Komunitas’ sebagai lembaga pendidikan yang setara dengan pendidikan D1.

“Jika selama ini orang menganggap Salman itu besar, harapan di luar jauh lebih dari itu. Dengan tercapainya program ini, Salman sebagai lembaga dakwah sudah naik satu tingkatan menjadi lebih besar,” ujar Iqbal.

Pada tahap awal, Salman Academy akan fokus pada studi ilmu perfilman. Iqbal mengatakan, Salman tak melihat film hanya sebagai suatu produk seni. “Film merupakan sarana dakwah, itulah mengapa Salman memandang pembinaan perfilman itu perlu. Di samping, Salman Films sudah lebih siap menjadi pionir perintisan akademi ini,” lanjutnya.

Lebih lanjut lagi, menurut Iqbal, Salman bisa saja membentuk program studi khusus pendakwah. Kelak, ada standar dan sertifikasi bagi para da’i.

Iqbal sendiri menargetkan Salman Academy dapat diresmikan di tahun 2015 mendatang. Sebagai persiapan, kini Salman Films tengah menyiapkan tenaga pengajar tetap strata dua dan fasilitas belajar-mengajar yang layak. [Ed: Dh]


Yang Luput, Namun Ketidakhadirannya Begitu Terasa

$
0
0
Kepala Biro Rumah Tangga (BRT) YPM Salman ITB, Tatik Moestain (ketiga dari kiri)

Kepala Biro Rumah Tangga (BRT) YPM Salman ITB, Tatik Moestain (ketiga dari kiri)

Tersebutlah Tatik Moestain. Perempuan yang sudah empat tahun berdedikasi di Salman sebagai Manajer Biro Rumah Tangga (BRT) ini bagai ibu dari pegiat Salman. Tiap hari, ia mengawasi agar masjid tetap aman, nyaman, bersih, serta rapi. Menurutnya, peran ini benar-benar mewadahi fitrah kewanitaannya.

“Sebagai perempuan, ibu kan senang keindahan, kebersihan, dan ketertiban. Ibu ingin melayani jemaah dengan sepenuh hati dan senyum,” ujar Tatik ketika diwawancarai di Front Office YPM Salman ITB, Senin (3/11).

Walau fasilitas yang disediakan di Salman masih terbatas, yang terpenting adalah dapat melayani dengan sepenuh hati. Ia pun mengajak seluruh aktivis Salman untuk menjaga fasilitas yang ada. Ia ingin melayani sesuai dengan standar kebersihan yang diinginkan. “Saya lihat keset miring saja tidak enak. Jadi keset, kursi, dan fasilitas-fasilitas lainnya harus pada posisinya,” imbuh Tatik.

Tatik mengetahui betul bahwa tiap pekerjaan punya hambatan tersendiri. Namun, ia menganggapnya sebagai tantangan. Tantangan yang sedang ia hadapi ialah perilaku jemaah Salman ketika meminum teh.

“Mereka ambil minum teh gratis suka kebanyakan sehingga tumpah-tumpah. Saya tegur langsung saja agar jangan ambil kebanyakan, karena nanti bisa tambah lagi teh-nya,” ujar Tatik.

Menyenangkan. Begitu Tatik menyimpulkan kelebihan pekerjaannya. Apalagi, jika itu dilakukan karena Allah semata. “Selalulah rencanakan yang terbaik. Saya ingin agar semua fasilitas terjaga setelah semuanya terpakai,” ujar Tatik.

Perempuan lain yang turut menopang pelayanan Salman adalah Raden Roro Rini Setiawati. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri di Masjid Salman sebagai khadimat atau penjaga keamanan bagian akhwat. Hal yang mengagumkan, dia menikmati dan melaksanakan pekerjaannya dengan ikhlas.

Menjadi khadimat akhwat Salman bukan berarti tanpa tujuan. “Setidaknya, saya pingin shaf di masjid Salman ini sama rapi dan rapatnya seperti di Madinah,” tukas Rini penuh harapan.

Biasanya, Rini bertandem merapikan shaf dengan Idar. Sejak Februari 2004, Idar bekerja di Masjid Salman sebagai penanggungjawab kebersihan toilet perempuan dan mukena. Idar setiap hari membersihkan toilet perempuan, menjaga mukena, dan kadang membantu meluruskan shaf salat jamaah perempuan bersama Rini.

Idar mengaku sangat bersyukur dengan keadaannya sekarang. Sebelum bekerja di Salman ITB, suaminya kerja serabutan. Untuk mendapatkan tambahan penghasilan, dulu Idar sering membantu tetangga-tetangganya mencuci. Sementara itu, bekerja di Salman ITB sekarang diakui Idar banyak nilai tambahnya.

“Kerja di sini kalau ada pengajian atau ceramah bisa ikut denger juga, nambah ilmu,” ujar ibu 10 anak ini senang. “Kan kata pak ustadz juga, harus bersabar, bersyukur, dan ikhlas.

Kantin Salman pun menjadi saksi atas dua belas orang pekerja perempuan cekatan di samping adanya enam orang pria. Salah satunya adalah Zuhrotun Ni’mat. Perempuan ini sudah bekerja selama 29 tahun di Kantin Salman. Ditanya suka atau duka di kantin Zuhrotun dengan sederhana menjawab.

“Ada suka atau duka. Tapi lebih banyak sukanya. Kalau hati kita niat untuk bekerja, ya jadi kita senang saja.”

Zuhrotun yang sehari-hari bekerja sebagai penata makanan di kantin mengungkapkan, kebutuhan lah yang membuat ia bertahan bekerja di Salman. Butuh di sini bukan hanya makan, sandang, dan papan. Baginya, hakikat hidup ini juga berasaskan kehidupan.

“Kebutuhan juga termasuk kebutuhan kasih sayang serta perlindungan. Bekal di Salman pun bisa juga dijadikan rintisan usahanya,” ujar perempuan yang lahir lima puluh tahun silam ini.

Dalam lingkup Salman, sosok para perempuan di atas luput dibicarakan. Namun,  ketidakhadirannya bisa jadi akan sangat terasa. Mari mulai menghargai dan mengikuti semangat berdaya a la mereka. [Ed: Dh]

Sejarah Masjid Kampus di Indonesia 1/3

$
0
0

Masjid kampus pertama di Indonesia adalah Masjid Salman ITB yang berdiri sejak 1963.

Sejarah Masjid Kampus di Indonesia 2/3

$
0
0

Pada tanggal 30 Mei 1964, Presiden Soekarno yang merupakan alumni ITB, menyetujui pendirian masjid di kampus ITB.

Sejarah Masjid Kampus di Indonesia 3/3

$
0
0

Latihan Mujahid Dakwah (LMD) adalah sistem pengakedaran yang berhasil menumbuhkan kader-kader aktivis masjid kampus di Indonesia.

Yang Muslimah, Yang Alumni Salman, Yang Berdaya!

$
0
0
(Foto: lifestyle.viva.co.id - Courtesy of: Arselan Ganin)

Salah satu peragaan busana Shafira. (Foto: life.viva.co.id – Courtesy of: Arselan Ganin)

‘Sumur, Dapur, Kasur.’ Katanya, tiga hal itu yang paling menggambarkan takdir hidup seorang perempuan Muslim. Biasanya stigma tadi disebut-sebut dengan nada nyinyir, bahwa harga diri muslimah tidak lebih ‘tinggi’ dari bersih-bersih, masak, dan melayani kebutuhan biologis suami. Sungguh terkesan rendah sekali.

Benarkah?

Ah, siapa bilang. Tengok saja pernyataan Produser Film Senior Indonesia, Budiyati Abiyoga. Perempuan yang telah menyabet berbagai penghargaan di kancah perfilman nasional itu justru mengaku sangat bersyukur. Ia bersyukur masih diberi kesempatan untuk mengurus suami yang tengah sakit.

Budiyati sendiri dikenal sukses menggarap film-film berprestasi. Pergi pagi-pulang malam, baginya dan suami, telah menjadi makanan sehari-hari. “Sebelumnya kami sama-sama sibuk. Sekarang Tuhan ngasih saya kesempatan,” ujarnya saat dihubungi pada Senin (3/11).

Kini masa kritis suami tercinta telah lewat, membuat Budiyati leluasa mengurusnya dan anak-anak tercinta. Tentu saja, ia tidak melupakan dunia film yang ia jadikan sebagai ajang dakwah. Namun, rumah tangga tetap yang terpenting.

“Hidup ini semua terdiri atas sistem sosial dan ekologi, skala terkecilnya yaitu rumah tangga. Yang penting dia (seorang istri –Red) bisa me-managae ini,” katanya tenang.

Karir Budiyati memang cemerlang. Alumnus Teknik Penyehatan ITB ini memulai karir sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 1968. Posisinya terus menanjak, hingga ia dipercaya menjadi Kepala Proyek Pusat Informasi Teknik Pembangunan Jakarta di tahun 1974.

Namun lantaran tak ingin anak-anak kekurangan perhatian, Budiyati pun memutuskan untuk mengundurkan diri. Seperti yang dikutip dari inspirasi-insinyur.com, suaminya juga berhenti menjadi pelaut, lalu beralih menjadi marine consultant dan surveyor. Agar tetap dapat membaktikan ilmunya, perempuan asal Sumenep, Madura ini mendirikan sebuah perusahaan konsultan yang bergerak di bidang engineering, manajemen, lingkungan, dan komunikasi massa.

Selain aktif di bidang teknik, Budiyati juga aktif di bidang seni. Kecintaannya pada dunia film, membuatnya mendirikan PT Prasidi Teta Film dan PT Mutiara Eranusa Film. Dari kedua perusahaan film inilah banyak film bermutu dihasilkan, seperti “Kejarlah Daku Kau Kutangkap”, “Cas Cis Cus”, “Cinta Dalam Sepotong Roti”, “Badut-Badut Kota”, “Oeroeg”, serta “Nagabonar” dan “Nagabonar Jadi 2”.

Atas kiprahnya sebagai produser film, ia pernah mendapat beberapa penghargaan. Misalnya, penghargaan Djamaluddin Malik dari Departemen Penerangan, Penghargaan Seni dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, serta Penghargaan Seni dan Kearifan Lokal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Itulah apresiasi pemerintah atas kerja keras Budiyati meninggikan martabat Indonesia lewat film.

“Lewat film kan kita bisa menunjukkan peace, equality, dan dignity. Kita bicara dengan dunia internasional, itu (dengan film –Red) paling mudah untuk menunjukkan martabat kita,” katanya.

Salah satu perintis Pramuka Salman ini berkomitmen, film-film yang ia garap memiliki misi empowerment atau pemberdayaan. Misi dakwah, khususnya, ia nyatakan lewat film. Menurutnya, film memiliki dampak yang sangat besar. Proses pembuatan film pun sangat menggugah kreativitas. Kini ia berencana untuk menggarap sebuah produksi film dengan Unit Salman Film.

“Salman, menurut saya suasananya menawarkan keteduhan. Kalau Anda menularkan sesuatu yang positif di Salman, pasti banyak yang tertarik, bukan menjauh,” pungkasnya optimis.

Berawal dari Prihatin

Lain Budiyati, lain pula Fenny Mustafa. Penyabet penghargaan Indonesia Women Entrepreneur dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2005 itu, memilih bidang busana muslimah sebagai medium dakwah. Di awal tahun 80-an, ia pun merintis brand fashion muslimah, Shafira, yang kini telah berkembang menjadi usaha terpadu dengan showroom dan counter di Bandung, Jakarta, Surabaya, serta Kalimantan.

Alasannya sederhana saja.

“Pada masa itu, tidak banyak wanita yang tertarik mengenakan busana penutup aurat. Dari situlah saya terdorong menciptakan pakaian muslimah yang rapi, tertutup, namun juga cantik dan indah,” ujarnya, seperti dikutip dari wolipop.detik.com.

Tak banyak yang menyangka bahwa sosok pendiam tersebut pernah aktif di Departemen Sosial Keluarga Remaja Islam (KARISMA) Salman. Namun karena sering dijadikan tempat curhat masyarakat dan para pembina KARISMA, mau tidak mau ia harus mengasah kemampuan dakwahnya. Salah satu keluhan yang sering mampir, yakni masalah seputar jilbab dan topik kewanitaan lainnya. Inilah yang menginspirasi Fenny untuk terjun ke dunia fashion.

Berangkat dari inspirasi saat di-curhat-i, otodidak belajar mendesain, hingga mampu menggaji desainer untuk merancang busana Muslimah, kini Shafira dikenal sebagai ritel busana Muslim terbesar di Indonesia. Ratusan gerainya tersebar di seluruh penjuru negeri, bahkan sampai ke Malaysia. Keprihatinan Fenny akan ketidakbebasan Muslimah Indonesia dalam berjilbab, telah mengantar namanya sebagai salah satu tokoh penting dunia busana muslim nusantara.

‘Banyak jalan menuju Roma’, orang bilang. Banyak pula jalan untuk berdakwah. Status sebagai perempuan, lebih-lebih sebagai seorang ibu, tak menghentikan semangat dakwah Budiyati dan Fenny. Kini mereka dapat menuai hasilnya. Tak hanya sukses di bidang pekerjaan masing-masing, mereka pun sukses membumikan kembali nilai Islam ke tengah masyarakat Indonesia.

Berawal dari prihatin, berasal dari Salman, berakhir dengan Islam yang teduh. Ayo, Ukhti, kita sama-sama berprestasi! [Ed: Dh]

Viewing all 2618 articles
Browse latest View live