Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all 2618 articles
Browse latest View live

8 Tempat Belajar Cihui di Salman

$
0
0

Selain terkenal sebagai tempat salat dan kantin ber-masakan murah-meriah, Masjid Salman juga dikenal sebagai tempat belajar. Saking terkenalnya Salman dengan tempat belajar -khususnya bimbingan belajar- banyak anak-anak SMA yang lebih tahu Karisma Learning Center (KLC) ketimbang unit Karisma-nya sendiri. Di sore hari, Masjid Salman ramai dikunjungi adik-adik SMA.

Tak hanya anak SMA. Masjid Salman pun sering dijadikan tempat belajar para mahasiswa. Mungkin karena suasananya yang asri dan tenang, mereka senang belajar di Salman. Nah, buat kamu-kamu yang kepingin juga kongkow di Salman sambil merenungi filosofi rumus fisika komputasi atau keindahan kompleksitas struktur membran sel, nih, spot-spot cihui yang bisa kamu gentayangi!

1. Koridor Timur (Kortim)

Koridor Timur

Koridor Timur

Koridor Timur atau yang biasa disingkat menjadi Kortim ini bisa dibilang merupakan tempat favorit para mahasiswa/siswa untuk belajar. Selain karena adanya bangku-bangku panjang dan stop kontak untuk men-charge laptop, pemandangannya juga asyik. Di ruang terbuka ini, kamu bisa mengerjakan tugas sambil menikmati udara segar dan pemandangan lapangan rumput Salman yang asri. Tak jarang tempat ini penuh sesak oleh anak-anak bimbingan belajar. Tapi jangan khawatir, masih banyak kok, tempat-tempat belajar lainnya!

2. Koridor Utara

Koridor Utara

Koridor Utara

Tak jauh dari Kortim, kamu bisa menemukan koridor lainnya, yaitu Koridor Utara. Bagi kamu yang menginginkan ketenangan sekaligus suasana asri tanpa terlalu terekspos, tempat inilah pilihannya! Biasanya, Koridor Utara ditempati oleh para ikhwan.

3. Di Samping Tempat Wudhu Akhwat

Samping Tempat Wudhu Akhwat

Samping Tempat Wudhu Akhwat

Butuh tempat belajar yang dekat dengan kamar mandi? Di sinilah tempatnya! Selain dekat dengan kamar mandi, tempat ini juga dekat dengan air minum serta kopi dan teh gratis. Di sini banyak akhwat-akhwat yang belajar, mentoring, atau sekadar berkumpul dengan teman-teman. Tapi eits, kawasan ini khusus bagi perempuan saja. Jangan sampai salah masuk, ya :D

4. Lapangan Rumput Salman

Lapangan Rumput Salman

Lapangan Rumput Salman

Lapangan rumput Salman tempat cocok buat kamu-kamu yang ingin belajar sambil berjemur. Tinggal gelar tikar bersama teman-teman, jadi deh tempat asyik buat diskusi dan kerja kelompok. Eh, tapi jangan jam 12.00 WIB banget, ya, berjemurnya… Nanti kering, kayak kerupuk…

5. Bangku Kayu di Samping Lapangan Futsal

Bangku Kayu di Samping Lapangan Futsal

Bangku Kayu di Samping Lapangan Futsal

Penat habis sekolah atau kuliah, enaknya nonton pertandingan futsal, nih! Bisa juga baca-baca materi kuliah/pelajaran di sini, walaupun lapangannya kosong. Siapa tahu aura enerjik dan bergairah khas lapangan futsal bikin kita semangat belajar lagi. Iya, nggak? 

6. Saung

Saung

Saung

Di sini, kamu bisa lebih konsentrasi belajar dibanding di bangku kayu tadi. Selain sejuk dan ada mejanya, kamu tetap bisa nonton futsal! Tapi sesekali lah, ya… Kan sayang diktat kuliah sudah dibawa-bawa tapi matanya ke lapangan futsal terus, hihihi…

7. Salman Reading Corner/Perpustakaan Salman

Salman Reading Corner/Perpustakaan Salman

Salman Reading Corner/Perpustakaan Salman

Perpustakaan Salman memiliki koleksi ratusan buku yang bisa kamu jadikan referensi tugas atau paper ilmiah. Selain itu, suasananya yang nyaman dan tenang, sangat kondusif bagi kamu-kamu yang butuh konsentrasi tinggi. Hmmm… jadi ingat Rangga AADC (lho)…

8. Kantin

Kantin

Kantin

Yang suka laper waktu belajar, hayo angkat tangan! Belajar di kantin ada plus-minus-nya. Plus, tentu saja karena banyak makanan dan minuman yang bisa dinikmati untuk menemani kamu belajar. Mejanya juga besar-besar dan lebar, nyaman dipakai diskusi atau ngobrol bareng teman-teman. Minus-nya? Laper bukan cuma di perut, tapi juga di mata! Hehehe. Nggak terlalu laper, sih, sebenernya… Tapi kayak-nya nggak afdhol deh kalau nggak sambil makan risol… atau lemper… atau pisang goreng… atau ayam goreng dan nasi sebakul…

Nah, itu tadi tempat-tempat belajar cihui di Salman! Sebelum belajar, jangan lupa baca basmallah dan doa sebelum belajar, ya! Sukses! [Ed: Dh]


Unit Kebencanaan Salman Siapkan Prosedur Tanggap Banjir

$
0
0
hujan-bikers-mogok

Ilustrasi: Didi Adiwidia

Oleh: Didi Adiwidia

Musim hujan telah tiba. Kapasitas air yang berlebih merupakan suguhan utama musim ini. Bencana banjir, kerap terjadi di daerah-daerah di Kota Bandung. Daerah tersebut seperti Baleendah, Bojongsoang, Dayeuhkolot, Katapang, Rancaekek, Majalaya, Ciparay, dan lain-lain. Hampir setiap tahun, penduduk di sana harus menghadapi banjir.

Bencana banjir sendiri, merupakan hasil dari sikap kita sendiri. Misalnya, membuah sampah sembarangan di jalan dan di sungai yang menyebabkan terhambatnya sirkulasi air. Bila banjir telah terjadi, mengeluh seolah tiada arti. Penyuluhan untuk menggugah keasadaran warga telah sering dilakukan.

Salman Disaster Management Centre (SDMC), misalnya. Program di bawah Bidang Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat (BP2M) Salman ini konsisten melaksanakan program tanggap bencana, termasuk banjir. “Kami siap turun, selama bencana itu terjadi di ring 1, yaitu di daerah Bandung Raya. Tapi jika di daerah luar Jawa Barat, kami hanya akan turun jika skala banjir sudah sangat besar,” kata Penanggung Jawab SDMC Darma Eka Saputra, Jum’at (28/11) lalu.

Kini, SDMC tengah menyusun Standard Operational Procedure (SOP) jika terjadi bencana. Misal, bila terjadi banjir di daerah Baleendah, sesuai prosedur mereka akan melakukan survey terlebih dahulu. Seperti seberapa besar skala banjir dan jumlah kerugian yang diakibatkan. Selanjutnya, SDMC akan menentukan tindakan seperti apa yang harus diambil. Dengan SOP, tindakan tanggap bencana banjir menjadi lebih efektif dan efisien. [Ed: Dh]

 

HASIL SELEKSI TRY OUT-II BEASISWA PERINTIS 5

$
0
0

 

Sebanyak 1281 siswa sekolah menengah di Kota Bandung mengikuti Try Out Beasiswa Perintis yang diadakan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Salman di Ruang Utama Masjid Salman ITB, Ahad (26/10). (Foto: Dokumentasi LPP Salman ITB)

Sebanyak 1281 siswa sekolah menengah di Kota Bandung mengikuti Try Out Beasiswa Perintis yang diadakan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Salman di Ruang Utama Masjid Salman ITB, Ahad (26/10). (Foto: Dokumentasi LPP Salman ITB)

Berdasarkan hasil Try Out-1 yang dilaksanakan pada tanggal 30 Nopember 2014 serentak di 4 lokasi, maka panitia pusat di lingkungan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Salman ITB menetapkan:

  1. Peserta yang lulus Try Out-2 (daftar bisa diunduh di sini.)
  2. Jadwal pelaksanaan seleksi (Try Out-3) Beasiswa Perintis 5 adalah sebagai berikut:

Hari        : Minggu, 21 Desember 2014

Jam        : 08.00 – 11.00

  1. Bagi peserta yang tidak ada dalam daftar, dinyatakan TIDAK LULUS di TO-2
  2. Peserta diharapkan hadir mulai pukul 07.00 untuk melakukan daftar ulang di Lokasi 1, untuk lokasi 2, 3, dan 4 daftar ulang mulai pukul 07.30 dengan membawa Kartu Tanda Peserta Ujian (KTPU)
  3. Alamat lokasi pelaksanaan TO-3 sama halnya dengan pelaksanaan TO-2
  4. Peserta yang tidak LULUS pada TO-1 dan TO-2 bisa mendaftar jalur WildCard BP-5 dengan catatan harus mendapatkan nilai =>25% jika ingin masuk 250 besar
  5. Jumlah soal yang diberikan adalah 105 soal dan mata pelajaran yang diujikan dalam Try Out Beasiswa Perintis 5 tahun 2014/2015 adalah:
    1. Tes Potensi Akademik (TPA) ; 15 soal
    2. Bahasa Indonesia ; 15 soal
    3. Bahasa Inggris ; 15 soal
    4. Matematika Dasar dan IPA ; 15 soal
    5. Biologi ; 15 soal
    6. Fisika ; 15 soal
    7. Kimia ; 15 soal
  6. Keputusan panitia pusat Beasiswa Perintis 5 tahun 2014/2015 tidak dapat diganggu gugat.

 

Demikian pengumuman ini disampaikan, untuk dimaklumi.***

Relawan Jangan Hanya Belajar Teori

$
0
0
Manajer BP2M Salman sekaligus Pembina KORSA, Septian Firmansyah.

Manajer BP2M Salman sekaligus Pembina KORSA, Septian Firmansyah.

Oleh: Fathia Uqim

Bagi seorang relawan, belajar lewat teori saja tidak cukup. Pengalaman langsung di lapangan tetap penting. Menurut Manajer Bidang Pelayanan dan Pemberdayaan Masyarakat (BP2M) Salman ITB Septian Firmansyah, menjadi relawan sendiri merupakan salah satu cara belajar menjadi pemimpin.

“Kalau pemimpin tumbuh dari belajar (teori –Red.) saja sangat disayangkan, karena mereka tidak akan tahu kondisi riil seperti apa,” ujarnya dalam acara Youth Leadership Talk, di Kampus UIN Sunan Gunung Djati, Selasa (2/12) lalu.

Septian juga memaparkan, “relawan” ialah istilah halus dari “mujahid”. Relawan pun berjuang untuk umat, Islam, dan negara. Itulah mengapa menjadi relawan merupakan cara untuk mengaktualisasi diri yang baik. Namun tetap saja, relawan mestinya bekerja di lingkup lokal terlebih dahulu, dan di sisi lain berpikir secara global.

Korps Relawan Salman (KORSA) yang dibinanya, Septian akui memiliki perbedaan dengan tim-tim relawan lain. Di antaranya, bahwa KORSA bergerak dengan landasan alQuran.

“KORSA itu berasal dari Salman, dan berlandaskan alQuran. Ada dalilnya,” pungkasnya.

Lebih lanjut ia pun menjelaskan, apa yang dilakukan KORSA merupakan realisasi prinsip Salman. Prinsip tersebut ialah Islam sebagai rahmatan lil alamin, atau “rahmat bagi seluruh alam”. [Ed: Dh]

 

Bobby Eka Gunara, Profesor yang Hobi Jalan Kaki

$
0
0
Bobby Eka Gunara, dosen Fisika ITB yang suka berjalan kaki dari rumah kekantornya. (Foto Bustomi)

Bobby Eka Gunara
(Foto: Bustomi)

Tas gendong dan sepatu, sudah siap. Kaos dan celana training pun telah dikenakkan. Tak lupa, baju ganti untuk kerja sudah dimasukkan ke dalam tas. Bobby Eka Gunara pun siap berangkat kerja. Tidak dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum, melainkan dengan berjalan kaki.

Profesor Fisika Matematika ITB itu bukannya tidak punya kendaraan. Berjalan kaki justru merupakan pilihannya untuk pergi ke kampus. Aneh, memang. Dosen jalan kaki dari rumah ke kampus, apa kata dunia?

Tetapi lain pula dengan Bobby. Meski dirinya seorang dosen, ia tidak merasa malu dan canggung. “Ini kan karena diperintahkan agama untuk menjaga kesehatan, karena orang yang kuat lebih dicintai Allah SWT,” katanya saat diwawancarai Sabtu (29/11) lalu.

Baginya, kuat berarti baik fisik dan rohani tidak mudah sakit. Jiwa yang sehat, akan membuat jasmani si empunya pun sehat. Tidak mungkin, kan, kita bisa bekerja bila jasmani kita sakit-sakitan.

Rutinitas ini sendiri telah Bobby jalani sejak 2 tahun lalu. Pada awalnya, Bobby berjalan kaki sebanyak 3-4 kali seminggu saat masih bertempat tinggal di kawasan Sadang Serang. Kini, setelah pindah ke daerah Dago, Bobby berjalan kaki hampir setiap hari. Jaraknya pun tidak main-main. Dari rumahnya di Dago Giri sampai ke kampus ITB, panjangnya sekitar 5-5,3 kilometer. Jarak sejauh itu ia tempuh selama rata-rata 55 menit.

Setiap hari menempuh jarak yang jauh dengan waktu yang lama, agar irit biayakah? Ternyata tidak. Berjalan kaki rupanya telah menjadi hobi Bobby, selain olahraga renang. Karena hobinya itu, ia hanya menggunakan kendaraan saat ada keperluan mendesak, seperti antar-jemput sang anak dari sekolah yang jaraknya cukup jauh.

Alasan lainnya, demi mengurangi pencemaran akibat polusi kendaraan bermotor. “Ya, saya sih tidak banyak memberikan. Tapi kan Allah tidak melihat banyaknya, tapi usaha kita untuk ke sananya,” tutur Bobby.

Berjalan Kaki Banyak Manfaatnya

Suatu hari, Bobby membaca jurnal penelitian Stanford Universityy. Ternyata, jalan kaki merupakan olahraga yang dapat meningkatkan daya kreativitas seseorang. Bagi Bobby sendiri, berjalan kaki ke mana-mana membuat ia tidak berpikir mainstream.

Jalan kaki itu sederhana, namun bila dilakukan secara massal dan berkelanjutan, dapat menimbulkan efek positif yang besar. “Saya lihat, kantor-kantor besar seperti Facebook dan Google, mereka membuatnya agar orang bisa berjalan kaki. Katanya, banyak ide-ide yang muncul itu ketika jalan kaki,” cetusnya.

Bobby sendiri mengaku telah membuktikannya. Ia pernah menemukan ide penelitian saat tengah berjalan kaki menuju kampus. Itulah mengapa, ia lebih memilih berjalan kaki dibanding bersepeda. Bersepeda membutuhkan konsentrasi, berbeda dengan jalan kaki yang lebih santai.

Di sisi lain, meski berjalan kaki Bobby tidak terhindar dari resiko kecelakaan. Ia kerap kesulitan menyeberang di zebra cross atau berjalan di trotoar. Lahan untuk pejalan kaki, kerap dihalangi mobil dan motor. Asap kendaraan yang lalu-lalang pun bikin sesak pernapasan.

“Walau pun banyak bahaya juga di jalan, tetapi sejauh ini Alhamdulillah tidak mengalaminya,” ujar Bobby bersyukur.

Ternyata, gelar profesor tidak menyurutkan niat Bobby untuk “diet” kendaraan bermotor. Jalan kaki tetap menyenangkan baginya. Kesehatan dan kebugaran tubuh, senantiasa terjaga. Karena itu, ia pun dapat berpikir positif dan menemukan ide-ide kreatif ketika berjalan kaki. [Ed: Dh]

Adik Karisma Belajar Kehidupan dari Orang Sekitar Salman

$
0
0
wawancara adik LS

Adik-adik Lingkar Sahabat Karisma ITB tengah mewawancarai salah satu pedagang mainan anak-anak. (Foto: Dokumentasi Lingkar Sahabat Karisma)

Oleh: Nadhira Nuha, Aktivis Keluarga Remaja Islam Salman (Karisma) ITB

“Tadi pas wawancara aku dipeluk sama Aki yang ngajar di Taman Bahasa,” cerita seorang adik ikhwan Lingkar Sahabat (LS) Karisma di depan adik-adik lainnya. “Padahal cuma ngomong, ‘Thank you for your information’ doang lho, terus tiba-tiba dipeluk,” lanjutnya sambil tertawa.

Adik-adik lain yang menyimak ceritanya tertawa geli. Sementara kelompok adik yang lain bercerita tentang bapak penjual susu murni di depan Salman. “Katanya anaknya tiga udah sarjana. Ada yang kuliah di IPB, yang paling kecil SMA, katanya mau masuk ITB!” cerita adik akhwat, Laelia Hasanah, dengan antusias. Lanjutnya, Bapak tersebut berpesan untuk rajin-rajin menabung agar bisa menyiapkan kehidupan yang baik.

Begitulah beberapa cuplikan cerita adik tentang hasil wawancaranya di kegiatan LS Ahad (7/12) kemarin. Adik-adik LS memang diajak untuk mewawancara orang-orang di sekitar Masjid Salman secara berkelompok. Ada yang mewawancara pedagang makanan, petugas kebersihan Salman, penjual mainan, sampai tukang kuda dan penjual CD di Jalan Ganesha. Masing-masing kelompok bebas membuat pertanyaan yang diajukan.

Mereka diarahkan untuk mencari informasi dan pelajaran dari kehidupan orang-orang sekitar. Suasana Lapangan Rumput yang sempat sepi selama dua pekan kembali ramai dengan adik-adik Lingkar Sahabat. Walaupun masih dalam pekan Ujian Akhir Semester (UAS), adik-adik tetap bersemangat mengikuti kegiatan LS pekan ini. Bahkan beberapa adik LS semester lalu sempat hadir dan ikut meramaikan lingkaran. Suasana pagi yang agak mendung pun jadi ceria.[ed: Tr]

Belajar Bahasa Asing Gratis di Taman Bahasa

$
0
0
Suasana belajar di Taman Bahasa Bandung. (Foto: Aikhalid N.)

Suasana belajar di Taman Bahasa Bandung. (Foto: Aikhalid N.)

Oleh: Ulfa Rizqi Fadhilah

Mang Odoy protes pada Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Mengapa di Bandung ada Taman Jomblo, Taman Film, Taman Musik, dan lain-lain, tapi tidak membuat Taman Bahasa? Lelaki sepuh berusia 75 tahun itu, memang pencetus kegiatan belajar bahasa asing gratis. Jumlahnya cukup banyak; 7 bahasa, yaitu bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Korea, Arab, Jerman, dan Perancis. Klub yang terbuka bagi semua usia dan kalangan ini biasa berkegiatan di depan Gerbang Utama ITB, setiap Ahad pukul 08.00 sampai 10.00 pagi.

Kenapa dilaksanakan di depan Gerbang Utama ITB? “Karena, banyak orang yang ke Car Free Day berlalu lalang di depan ITB. Jadi, ketika lelah habis olahraga mereka bisa mampir beristirahat sambil belajar bahasa,” kata Odoy, Ahad (30/11) lalu.

Metode pembelajarannya cukup menarik. Peserta belajar bahasa asing dengan menggunakan lagu. Menurut Odoy, belajar bahasa lewat lagu akan mempermudah proses belajar. Kini peserta Taman Bahasa Bandung telah mencapai 40 orang. Saat ramai, bahkan pesertanya membludak hingga 100 orang.

“Sekarang musim hujan, orang mau keluar rumah juga males, dingin. Jadi nggak begitu ramai,” ungkapnya.

Bisa dibilang Taman Bahasa Bandung membuktikan ungkapan bahwa belajar bisa dilakukan dengan cara apa pun, di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa pun. Kegiatan yang telah berlangsung dari bulan September lalu ini, memang tidak mensyaratkan usia, profesi, atau syarat apa pun. Peserta tertua pun adalah pasangan suami istri berusia 83 dan 75 tahun.

Lewat gerakan ini Odoy berharap akan lahir insinyur-insinyur yang tidak hanya hebat dalam bidang teknologi, tapi juga pintar berbahasa asing. Lokasi kegiatan sendiri pun akan dipindah ke Taman Maluku, yang akan dicanangkan sebagai Taman Bahasa atas rekomendasi Dians Pertamanan dan Pemakaman.

“Nanti kalau peserta belajarnya sudah banyak dan tetap, Mang Odoy akan pindah ke sana. Untuk sekarang, di sini dulu (depan Gerbang Utama ITB –Red.),” jelasnya. [Ed: Dh]

Pendaftaran Beasiswa Salman ITB Januari-Juli 2015

$
0
0
(Foto: Nadhira)

(Foto: Nadhira)

Bidang Kemahasiswaan dan Kaderisasi Salman ITB membuka kembali pendaftaran beasiswa periode Januari – Juni 2015.

Syarat Umum :

  1. Mahasiswa muslim S1 atau D3 dari PTN / PTS di Bandung Raya dan Jatinangor
  2. Angkatan 2012 s.d 2014
  3. IPK Minimal 2,75
  4. Belum menikah
  5. Bersedia mengikuti pembinaan di Salman ITB
  6. Mengikuti prosedur pendaftaran sesuai mekanisme yang telah ditentukan

 

Jenis Beasiswa :

A. Beasiswa Pengajar Quran

  • Bersedia mengajarkan Al-Qur’an kepada minimal 5 orang mahasiswa

B. Beasiswa Pemakmur Masjid

  • Bersedia memakmurkan masjid atau mushola di dekat tempat tinggal dan kampus
  • Syarat Khusus Beasiswa Pemakmur Masjid
    1. Tidak menerima beasiswa lain
    2. Memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu

C. Beasiswa Karya

  • Memiliki karya atau sebagai perintis kegiatan yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat
  • Syarat Khusus Beasiswa Karya
    1. IPK ? 3.25
    2. Memiliki karya di bidang pemberdayaan masyarakat

D. Beasiswa Tutor TPB ITB

  • Berkomitmen untuk membimbing mahasiswa TPB ITB untuk mata kuliah Kalkulus, Fisika Dasar dan Kimia Dasar.
  • Syarat Khusus beasiswa Tutorial
    1. Mahasiswa ITB
    2. IPK > 3

E. Beasiswa Aktivis Kampus

  • Aktif berkegiatan di himpunan atau kemahasiswaan terpusat (Khusus ITB).
  • Syarat Khusus Beasiswa Aktivis Kampus
    1. Mahasiswa ITB
    2. Aktif berkegiatan di Himpunan atau Kemahasiswaan terpusat pada tahun 2015
    3. Memiliki surat rekomendasi dari himpunan atau Keluarga Mahasiswa

Mekanisme Pendaftaran :

1.      9–27 Desember             : Pendaftaran online

Pendaftaran online di www.kaderisasi-salman.com atau bit.ly/beasalman2015

2.      28-29 Desember             : Seleksi tahap I (Seleksi administrasi)

Seleksi dilaksanakan oleh pihak panitia.

3.      30 Desember                  : Pengumuman tahap I

Pengumuman disampaikan via website www.kaderisasi-salman.com.

4.      5 – 9 Januari                   : Seleksi tahap II (Seleksi wawancara)

Seleksi wawancara dilaksanakan di kantor BMK (Bidang Mahasiswa dan Kaderisari) dengan membawa berkas – berkas berikut :

  1. Curulum Vitae
  2. Transkip akademik terbaru
  3. Fotocopy kartu keluarga
  4. Fotocopy KTP
  5. Fotocopy KTM
  6. Pass Foto 4 x 6 cm (2 lembar)
  7. SKTM (Surat keterangan tidak mampu) khusus Beasiswa Pemakmur Masjid

5.      12 Januari                      : Pengumuman Akhir

Pengumuman disampaikan  via website www.kaderisasi-salman.com

Contact Person :0857-3503-6969

(Mohon untuk tidak menggunakan tanda baca (‘, “, -, =, +) pada saat input data pendaftaran)


UPTQ dan Gamais Kembali Gelar Olimpiade AlQuran

$
0
0
(Ilustrasi: islamicdesktop.net)

(Ilustrasi: islamicdesktop.net)

 

 

Oleh: Fathia Uqim

Unit Pengembangan Tilawatil Quran (UPTQ) Salman ITB dan Keluarga Mahasiswa Islam (Gamais) ITB bekerja sama untuk kembali mengadakan Olimpiade Al-Quran ITB 2015. Acara yang diselenggarakan 2 tahun sekali ini untuk menjaring mahasiswa agar bisa mengikuti Lomba MTQ Nasional DIKTI. Menurut Kepala Divisi Pembinaan UPTQ Muhammad Firmansyah, jenis perlombaannya ada delapan.

“Ada MTQ, Musabaqoh Hifdzil Quran, Musabaqoh Fahmil Quran, Musabaqoh Syarhil Quran, Tilawah Qiroah Sab’ah, dan lain lain,” Jumat (28/11) lalu.

Para pemenang akan diberikan pembinaan lanjutan untuk ke jenjang yang lebih tinggi. Yakni untuk mempersiapkan lomba MTQ se-Nasional dari DIKTI.

Dua tahun sebelumnya, Kampus ITB pun meraih juara 2 hifdzil Qur’an dan juara 5 Tilawah Qiro’ah Sab’ah di perhelatan MTQ Nasional DIKTI. Di sisi lain, olimpiade ini terbuka bagi umum, tak hanya untuk mahasiswa ITB. Olimpiade Al-Quran yang diketuai oleh Khilda Husein Al-Anami, Mahasiswa Teknik Sipil ITB 2011ini sendiri akan diadakan pada bulan Februari mendatang.

“Tujuan kami mengadakan ini adalah syiar juga, dan memberi tahu bahwa ITB juga peduli lho dengan Al-Qur’an. Supaya kedepannya juga nanti yang menang akan melatih teman-temannya,” pungkas Firman. [Ed: Dh]

Tiga Tokoh Film Akan Isi Pelatihan di Salman

$
0
0
(Foto: http://entertainment.kompas.com/)

(Foto: http://entertainment.kompas.com/)

Bandung,  Salman Media – Bersiap-siaplah. Pada weekend ini, tiga tokoh perfilman nasional akan datang ke Salman. Mereka adalah Budiyati Abiyoga sebagai produser, Riri Riza sebagai sutradara, dan Didi Petet sebagai actor. Ketiga tokoh ini akan mengisi pelatihan “Master Class” workshop tentang Pengembangan Gagasan Film Layar Lebar Bertema Anak.

Workshop dari Salman Academy ini akan dilaksanakan pada tanggal 13-15 Desember 2014 di Gedung Sayap Selatan  (GSS) Salman ITB. Iqbal Al-Fajri selaku pimpinan Salman Film dan Pengarah Salman Academy mengungkapkan, workshop ini adalah pertarung para pemilik gagasan untuk membangun kebudayaan perfilman baru. “Kita butuh ide-ide segar untuk mengembangkan inovasi dalam dunia perfilman kita.”

Dalam workshop ini, akan diberlakukan metode segitiga  untuk pengembangan filmnya.  Metode segitiga adalah metode kerjasama antara produser, sutradara, dan actor. Dalam praktiknya, ketiga tokoh tadi akan berperan sesuai profesi untuk menularkan ide pada peserta workshop. Hasil dari workshop ini adalah lima buah skenario dengan genre yang berbeda-beda. “Film-film yang dibuat dari skenario kemudian akan menyebar di pasaran paling tidak pertengahan tahun 2015,” ujar Iqbal.

Master Class sendiri merupakan workshop rutin yang diadakan oleh Salman Films. Untuk tahun ini, tiga tokoh besar dapat mengisi acara tersebut. Workshop ini terbuka bagi siapa pun yang mempunyai ide dan gagasan terhadap dunia perfilman dimulai dari pelajar SMP, mahasiswa dan umum. Iqbal pun mengungkapkan, Master Class bisa menjadi inspirasi bagi lembaga dakwah yang lain. “Dengan zaman yang serba baru ini, kita mesti banyak melakukan pembaharuan atau inovasi dalam berdakwah.”[ed: Tr]

 

Untuk biaya registrasi, dikenakan sejumlah Rp3.000.000 untuk pendaftar yang ingin mengikuti workshop tiga hari dengan tiga pemateri yang berbeda serta produksi filmnya. Kemudian bagi yang tidak ingin mengikuti produksi film, hanya dikenakan Rp1.500.000.

Untuk pendaftaran dan info lebih lanjut, hubungi Noor di 0878 2542 2070. 

 

Ini Menu Favorit Pengunjung Kantin Salman

$
0
0
Soto Ayam, salah satu menu favorit di Kantin Salman. (Foto: Tristia R.)

Soto Ayam, salah satu menu favorit di Kantin Salman. (Foto: Tristia R.)

 

Kantin Salman, siapa yang tak kenal dengan tempat makan satu ini? Kantin andalan Masjid Salman ITB ini menjadi salah satu tempat bersantap favorit bagi para jamaah. Di waktu makan siang, Kantin Salman kerap dipenuhi pengunjung.

Kantin Salman memang menyediakan beragam variasi lauk yang lezat dan murah. Ada pula snack dan jajanan pasar sebagai kudapan. Dari banyaknya jenis makanan tersebut, apa saja makanan favorit jamaah Salman?

Menurut Budi (40), menu favoritnya di Kantin Salman adalah Soto Gule. “Ya, saya memilih soto karena makanan ini jarang ditemui di kantin-kantin lain,” katanya, Ahad (7/12).

Lain pula dengan Heindy (39). Gulai, daging cincang, terong balado, sering jadi pilihan setiap makan. Ia mengaku tertarik dengan sajian Kantin Salman dengan bumbu yang jarang ditemui dalam kuliner khas Bandung.

“Bumbunya berbeda dengan bumbu asli Bandung, lebih lekok,” ujarnya.

Tezar (24), memilih keripik kentang keju sebagai snack favorit. Untuk menu masakan, ia sering memesan nasi dengan ayam crispy atau dengan ati ampela. “Harganya pas di kantong,” akunya.

Nah, itu tadi menu-menu favorit di Kantin Salman. Tertarik mencoba? [Ed: Dh]

Aktivis Mesti Bijak Berteknologi

$
0
0
Peserta Latihan Mujtahid Dakwah (LMD) Salman tengah menerima pengarahan dari panitia. (Foto: Dokumentasi LMD 174)

Peserta Latihan Mujtahid Dakwah (LMD) Salman tengah menerima pengarahan dari panitia. (Foto: Dokumentasi LMD 174)

oleh: Rahmah Kusumayani, aktivis Keluarga Remaja Islam Salman (Karisma) ITB.

Perubahan terjadi sangat cepat, terutama di zaman serba instan seperti sekarang. Jika kita tidak dapat menghadapinya dengan bijak, bisa jadi kita lah yang akan terseret perubahan tersebut. Itulah salah satu bahasan pada program Latihan Mujtahid Dakwah (LMD) ke-174 pada tanggal 28-20 November kemarin.

LMD khusus 42 aktivis Keluarga Remaja Masjid (Karisma) ITB ini berlokasi di Tanah Wakaf Salman, Desa Cimenyan, Kabupaten Bandung. Berbeda dengan LMD sebelum-sebelumnya, LMD 174 menjadi LMD pertama yang diperuntukan bagi unit Masjid Salman ITB.

Dalam LMD kali ini, topik kemajuan teknologi dibahas cukup intens. Kemajuan teknologi yang begitu pesat memang berdampak banyak pada budaya masyarakat terutama pada budaya yang terbangun pada remaja. Budaya instan, tidak mau repot, tidak mau berpikir mendalam, mungkin banyak dijumpai sebagai efek buruk dari pemanfaatan teknologi yang tidak batasi oleh akal yang matang.

Adriano Rusfi selaku Master of Training (MoT) LMD mengatakan konsep remaja sendiri tak dikenal dari Islam. Konsep remaja sendiri baru ada awal abad 20-an. Zaman Rasulullah dulu belum dikenal istilah remaja, karena akil baligh seorang anak dapat langsung menuju tahapan dewasa muda. Istilah remaja dikenal ketika ada generasi yang sudah baligh (secara biologis, pen) tetapi belum matang akalnya.

Remaja memang aset penting dari sebuah negara. Bahkan Soekarno pun berkata, “Beri aku 10 pemuda, maka akan ku guncang dunia.” Tapi itu dulu. Mungkin kalau sekarang, yang sering beredar adalah, “Beri saya 10 pemuda, akan saya buat boyband.” Dari anekdot tersebut kita dapat melihat bahwa zaman berubah, dan masalah yang ada di remaja pun berubah.

 

Berada di alam, berguru langsung pada Allah.

Sebagaimana pelaksanaan LMD yang sebelumnya, LMD 174 pun diselenggarakan di alam terbuka. Kali ini peserta diajak tracking kurang lebih sejauh 12 kilometer selama 3 hari. LMD sendiri diselenggarakan di alam terbuka, karena alam merupakan guru terbaik.

Bagi Adriano, kita harus mencermati ayat yang berbunyi ‘sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan bagi mereka yang berpikir.’ Ayat tersebut mengajarkan pada kita bahwa Allah mempergilirkan siang dan malam, dari situ kita belajar bahwa kita harus memperhatikan perubahan. Tapi tidak hanya itu, dari penciptaan langit kita juga harus memikirkan prosesnya.

Dalam satu ayat, Allah menciptakan langit dengan membentangkannya, dan di ayat lain Allah menghancurkannya dengan menggulungnya. Dari situ kita belajar untuk membaca proses berawal dan berakhirnya suatu ciptaan-Nya. Dan hal tersebut hanya diajarkan oleh alam.

Dengan diselenggarakannya LMD 174 ini, Masjid Salman ITB berharap agar pembinaan Salman kepada remaja melalui karisma dapat berlangsung dengan baik dan solutif. Karisma ITB harus memperhatikan proses dan perubahan yang terjadi pada remaja dan lingkungannya agar dapat menghasilkan langkah yang tepat dan tahapan yang tadinya berorientasi pada problem solving pun diubah menjadi goal setting dan goal getting.

Perubahan memang diciptakan. Maka sebenarnya kita diberi kesempatan untuk memilih. Mau berubah atau diubah? [ed: Dh]

Intelektual yang Memberi Makna Pada Lingkungannya

$
0
0

 

Foto: http://open-stand.org/

Foto: http://open-stand.org/

Paradigma link and match. Begitu Pakar Semiotika Yasraf Amir Piliang menyebutkan paradigma pendidikan yang melanda Institut Teknologi Bandung (ITB). Paradigma ini menggiring mahasiswa agar match alias cocok dengan kebutuhan industri.

“Sekarang bisa dilihat kalau ITB mengadakan bursa kerja, maka yang datang berjubel. Namun jika ada seminar dan pidato ilmiah malah cenderung sepi,” ucap Yasraf saat diwawancarai Jumat (28/12). “Dengan paradigma link and match tersebut, mahasiswa diajarkan menjadi ‘tukang’ dengan hard skill tertentu.”

Menurut Yasraf, ITB kurang memberi tempat bagi mahasiswa untuk mengembangkan keilmuannya. Hampir tidak ada konsentrasi untuk menggiring bagaimana ilmu yang dipelajari dapat digunakan untuk menciptakan teori, sistem, konsep tertentu. Ciptaan teori, sistem, atau konsep ini diharapan bermanfaat orang lain. Yasraf berpendapat, akademisi seperti ini bisa dikategorikan sebagai intelektual organik.

“Intelektual organik kan memberi makna pada organ tempat ia hidup dan menghidupkan. Ia sendiri dihidupkan oleh organ tersebut,” kata pegiat Forum Studi Kebudayaan FSRD ITB ini. Intelektual organik ia simpulkan sebagai pribadi yang mandiri. Intelektual jenis ini berpikir keras agar bisa menyelesaikan masalah-masalah di lingkungan sekitarnya.

Selain paradigma perguruan tinggi, Yasraf menilai ada faktor-faktor lain yang mendorong mahasiswa lebih cenderung menjadi “tukang”. Pengaruh dari media bisa mempersuasi mahasiswa agar menyenangi tipe gaya hidup tertentu. Misalkan, jika makan di restoran tertentu, maka akan sangat terlihat bergengsi.

“Fokus untuk berpakaian, berkendaraan, lama-lama akan menjadi gaya hidup dan cara berpikir mereka. Mereka akhirnya menjadikan tugas utama di kuliah menjadi nomor dua,” ujar Yasraf.

Faktor selanjutnya adalah orang tua yang menggiring anaknya untuk cepat bekerja. Walhasil, mereka menjadi orang yang mencari kerja, bukan menciptakan kerja. Kebanyakan orang berpersepsi jika duit datang dari pekerjaan. “. Orang takut menjadi intelektual organik karena seolah-olah tidak punya masa depan. Padahal ya tidak juga. Banyak pemikir, yang bukan pekerja, seperti John Naisbitt kaya raya lewat hasil tulisannya,” ujar Yasraf.

Belum lagi, perguruan tinggi berpotensi menjadi instrumen pemuas industri kapitalis. Kriteria-kriteria pendidikan pun secara langsung dirumuskan oleh kapitalis. Soft skill, life skill, dan hard skill yang diajarkan di perguruan tinggi akhirnya sesuai dengan selera perusahaan. “Bahkan perguruan tinggi berbasis humaniora pun digiring untuk mencari kerja,” keluh Yasraf.

Untuk itu, Yasraf menawarkan opsi perubahan budaya di kampus. Perubahan budaya adalah perubahan dalam cara berlaku, berpikir, dan lain sebagainya. Yasraf ingin agar mahasiswa diberi ketertarikan untuk pengembangan keilmuan.  Menurutnya masa orientasi mahasiswa baru seharusnya berbulan-bulan dan  diarahkan untuk kegiatan diskusi, pidato, dan membaca.

“Saya melihat jenis orientasi mahasiswa baru ini di UPI pada tiap akhir pekan selama tiga hingga enam bulan. Lama-lama mereka bisa saja tertarik untuk berdiskusi, membaca dan menulis,” pikir Yasraf. “Saya pikir model tersebut bisa dipakai di ITB.”

Selain itu, Yasraf menyarankan kepada kaum intelektual untuk kompeten di satu bidang yang ia kuasai. Bahkan, dengan bidang yang ia kuasai pun ia akan bisa menghubungkan fenomena-fenomena umum sesuai dengan keahliannya. Apalagi, sekarang merupakan era informasi melimpah dimana orang-orang terdistraksi.

“Contohnya saya ahli semiotika,” Yasraf mencotohkan. “Saya masih tetap bisa menganalisis permasalahan-permasalahan lain seperti Ekonomi, Politik, dan lain sebagainya namun dengan sudut pandang Semiotika.”

Intelektual organik memang kini sesedikit sayuran organik. Untuk merawatnya pun, dua-duanya perlu perhatian dan kesabaran ekstra. Namun, keduanya menghasilkan manfaat luar biasa bagi manusia.***

GEA ITB: Kerjasama Donor Darah, Salman Bagai “Kakak”

$
0
0

 

Anggota dari Himpunan Teknik Geologi ITB (GEA) tengah melayani calon partisipan GEA First Blood di Selasar Hijau Salman, Jumat (12/12). (Foto: Tristia R.)

Anggota dari Himpunan Teknik Geologi ITB (GEA) tengah melayani calon partisipan GEA First Blood di Selasar Hijau Salman, Jumat (12/12). (Foto: Tristia R.)

Bandung, (Salman Media) – Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi ‘GEA’ ITB menganggap Salman bagai “kakak” dalam kerjasama pelaksanaan Donor Darah. Setidaknya hal tersebut diungkapkan oleh Koordinator GEA First Blood David Setianto.

“Salman itu salah satu kakak yang mau merangkul kita,” ujar David saat pelaksanaan acara donor darah , Jumat (12/12) kemarin. “Kita sama-sama terbuka. GEA yang awam pun jadi belajar tentang penyelenggaraan kegiatan donor darah ini.”

Mahasiswa Teknik Geologi ITB 2013 ini lanjut mengatakan, GEA First Blood bertujuan agar dapat meningkatkan kepedulian mahasiswa kepada masyarakat. Agar massa kampus semakin terpacu untuk membantu, ia menyarankan agar Salman menggencarkan publikasi acara-acara mereka.

“Kalau ada acara berhubungan dengan masyarakat, coba sebar ke kampus. Menurut saya publikasi dari Salman kurang,” sarannya.

Bahkan, ia sendiri mengetahui Salman rutin mengadakan donor darah bukan dari Salman atau ITB. Ia mengetahuinya dari Palang Merah Indonesia (PMI) Bandung. “Ketika ada perwakilan GEA ke PMI untuk kerjasama donor darah, malah disuruh kerjasama dengan Salman karena Salman rutin mengadakan donor darah.”

Melalui Bidang Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat (BP2M), Salman rutin mengadakan acara donor darah setiap dua minggu sekali. Selain GEA, himpunan yang pernah bekerjasama dengan Salman adalah Himpunan Teknik Geofisika (Hima TG Terra) ITB.***

 

 

Soal Faktor Aliran Sesat, Ini Kata MUI

$
0
0
Suasana diskusi Mewaspadai Penyimpangan dalam Berislam. (Foto: M. Ambang)

Suasana diskusi Mewaspadai Penyimpangan dalam Berislam. (Foto: M. Ambang)

Maraknya penyebaran aliran sesat yang mengatasnamakan Islam, membuat masyarakat mesti berhati-hati. Untuk itu, Sabtu (6/10) lalu, Masjid Salman ITB mengadakan diskusi publik bertema “Waspada Terhadap Penyimpangan dalam Berislam”, bersama Staf Khusus Komisi Fatwa MUI Pusat, Ustadz Irfan Helmi.

Dalam penjelasannya, Irfan memaparkan 10 karakter aliran sesat. Pertama, status aliran yang bersangkutan telah dinyatakan sesat oleh MUI berdadarkan dalil-dalil yang kuat. Kedua, aliran tersebut menyalahi hal-hal pokok dalam Islam.

“Misalnya tauhid, kenabian, dan aqidah,” kata Irfan.

Ketiga, aliran yang dimaksud meyakini adanya turunnya wahyu setelah alQuran. Poin selanjutnya, yakni mengingkari otensitas atau keaslian isinya. Kelima, aliran tersebut melakukan penafsiran alQuran dengan tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir.

“Poin enam sampai delapan, semuanya berkaitan dengan pengingkaran terhadap kenabian. Yang mana pertama, mereka yang mengingkari kedudukan hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam,” lanjutnya.

Ketujuh dan kedelapan adalah menghina, melecehkan, dan/atau merendahkan para Nabi dan Rasul, juga mengingkari Nabi Muhammad SAW Sebagai nabi terakhir.

Poin kesembilan, aliran tersebut mengubah, menambah, dan mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah. Lalu terakhir, mereka mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil yang syar’i. [Ed: Dh]


Tiga Tujuan Muktamar Keluarga Alumni Salman (KALAM) IV

$
0
0
Ketua YPM Salman ITB, Syarif Hidayat. (Foto: Tristia R.)

Ketua YPM Salman ITB, Syarif Hidayat. (Foto: Tristia R.)

Ihwal Muktamar Keluarga Alumni Salman (KALAM) IV Salman ITB, Ketua YPM Salman Syarif Hidayat menyebut ada tiga tujuan yang hendak dicapai. “Muktamar kali ini berfokus untuk mengawasi program, menentukan arah tujuan, serta memilih para pengurus,” ujarnya ketika diwawancarai Jumat, (12/12).

Semua rangkaian pun merujuk pada tiga tujuan tersebut. Syarif menyebutkan, persiapan acara sudah beres dan siap. Namun ia menanti kepastian peserta yang akan datang. “Semua sudah siap, tinggal perserta saja. Masih ada yang belum memberik kepastian akan datang Muktamar atau tidak.”

Ditanya mengapa publikasi dalam bentuk fisik terasa kurang, Syarif menjawab karena acara ini bukan untuk umum namun untuk anggota KALAM. Namun, Syarif akan mempertimbangkan publikasi fisik untuk publikasi Muktamar KALAM ke depannya. [ed: Tr]

 

Muktamar KALAM, Sarana Perkuat Kemampuan Organisasi

$
0
0
Foto: Aikhalid

Ketua Tim Pengarah Muktamar IV KALAM Salman ITB, Syarif Hidayat. (Foto: Aikhalid)

Muktamar ke IV Keluarga Alumni (KALAM) Salman ITB merupakan sarana untuk menguatkan posisi dan kemampuan organisasi, bukan untuk melakukan perubahan-perubahan mendasar. Hal itu disampaikan Ketua Tim Pengarah Muktamar IV Kalam Salman ITB, Syarif Hidayat, dalam sesi pemandangan umum yang disampaikan di sidang pleno muktamar tersebut, Sabtu (13/12).

“Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang akan dibahas kemudian diharapkan hanya berkutat pada hal-hal yang minor. Saat ini, bukan waktunya untuk melakukan perubahan radikal tapi mari kita arahkan pada pemantapan program kerja organisasi,” ujarnya.

Syarif yang juga merupakan Ketua YPM Salman ITB ini menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud dengan penguatan organisasi. Ada tiga hal yang menjadi fokus perubahan ke depannya.

“Pertama, dalam muktamar ini ada pembentukan unit-unit organisasi yang berperan sebagai sarana pembinaan dan kaderisasi organisasi. Kedua, pembinaan tersebut berada di titik peningkatan pemikiran dan wawasan kader dan anggota organisasi.”

Terakhir, ia mengharapkan, ada konsolidasi database dan administrasi diantara KALAM Salman ITB dan Masjid Salman. Hal ini akan meningkatkan integritas diantara kedua organisasi ini untuk saling menguatkan dan membesarkan ke depannya.[ed: Tr]

KALAM Salman Lebih Baik Jadi Non-Partisan

$
0
0
Pembukaan Sidang Paripurna I oleh Ir. Dasep Ahmadi, Buroqi Tariq Siregar, Ir. Ichwan Ishak & Dr. Syarif Hidayat  (foto: Aikhalid)

Pembukaan Sidang Paripurna I oleh Ir. Dasep Ahmadi, Buroqi Tariq Siregar, Ir. Ichwan Ishak & Dr. Syarif Hidayat (foto: Aikhalid)

Bandung, (Salman Media) – Ketua Tim Pengarah Muktamar ke IV Keluarga Alumni (KALAM) Salman ITB Syarif Hidayat mengungkapkan  mengutarakan pandangannya tentang posisi KALAM Salman ITB dalam kehidupan bernegara di Republik Indonesia. Baginya, Salman bisa melanjutkan posisinya saat ini sebagai non-partisan.

Hal ini ia sampaikan pada sesi pemandangan umum dalam sidang pleno muktamar tersebut, Sabtu (13/12), di Gedung Serba Guna (GSG) Masjid Salman ITB. “Untuk merubah peradaban dalam dua puluh tahun saja, belum pernah ada partai politik yang bertahan dalam satu koalisi,” kata Syarif.

Atas pernyataan itu salah satu peserta muktamar, Arif, menanyakan hal tersebut. Ia berpendapat, jika Kalam Salman ITB memilih untuk menjadi partisan maka organisasi ini akan mempunyai kesempatan yang lebih besar di ranah eksekutif.

Menanggapi hal tersebut, Syarif tetap berdiri pada pendirian sebelumnya. Ia mengatakan, posisi ini dipandang lebih baik dalam usaha mencapai cita-cita untuk merubah peradaban kearah yang lebih baik. Walaupun memiliki kelemahan tersendiri, menurutnya menjadi non-partisan akan mempermudah jalan untuk mencapai tujuan,

“Hal ini karena posisi non partisan lebih menitikberatkan pada gerakan kebudayaan,” pungkasnya.

Di samping itu, Syarif melanjutkan ada wacana besar untuk menyejajarkan posisi Kalam Salman ITB setingkat organisasi-organisasi besar lainnya. Sempat muncul wacana di antara pengurus KALAM untuk meningkatkan organisasi ini (Kalam Salman ITB) sejajar dengan organisasi besar lainnya seperti Muhammadiyah dan NU.

“Namun disayangkan, kita belum punya cukup sumber daya dalam bidang kemasyarakatan. Maka dari itu, perlu ada penguatan organisasi ini lagi ke depannya untuk mencapai hal tersebut.”

Setelah tiga periode berjalan, Syarif berharap muktamar ini jadi sarana refleksi dua belas tahun atas berdirinya KALAM Salman ITB. [ed:Tr]

 

 

 

 

 

Ijtihad Teknologi Khas Salman

$
0
0

Foto Sedang Santer

Dahulu, Umat Muslim Indonesia ditekan dari berbagai sisi dan tertindas. Namun sudah saatnya kita bangkit untuk tinggal landas. Pemikiran dan gagasan solutif, itulah yang harus menjadi fokus Umat Muslim masa kini. Hal ini menjadi dasar tranformasi LMD Salman; dari ‘Lembaga Mujahid Dakwah’, menjadi ‘Lembaga Mujtahid Dakwah’.

Di sisi lain, bagaimana pun Masjid Salman merupakan bagian tak terpisahkan dari ITB. Maka seyogyanya, Salman tak terpisah pula dari hal-hal yang bersifat teknologis. “Makanya alumni LMD itu harus punya komitmen teknologi,” kata Grand Master LMD Salman Adriano Rusfi, Ahad (30/11).

LMD Salman sendiri kini mengusung tagline “Ijtihad Teknologi, Menuju Kemerdekaan Hakiki.” Hal ini menjadi pendorong bagi aktivis Salman, yang Adriano nilai masih minim kontribusinya. Salman memang banyak melakukan upaya-upaya pemajuan umat. Tapi upaya tersebut, seringkali hanya berputar di dunia dakwah perubahan perilaku dan pikiran. Jika pun ada teknologi tepat guna yang disumbangkan pada masyarakat, itu masih belum terlihat.

“Misalnya mikrohidro di desa binaan. Itu sporadis saja, tidak terencana, tidak terukur,” sesalnya.

Meski demikian, bukannya tidak ada inovasi teknologi sama sekali dari tangan aktivis Salman. Mantan ketua unit Pusat Teknologi Tepat Guna (PUSTENA) Darso Sayat, sempat mengembangkan sebuah sistem penyokong pembangunan desa berbasis IT. Penduduk dapat mengakses media dalam jaringan demi mengetahui perkembangan pemerataan pembangunan desa.

“Dilatarbelakangi dengan pemerintah yang mengeluarkan peraturan mengenai otonomi desa. Tiap desa berhak membangun sendiri dan akan di-supply dengan dana  yang besar,” tutur Alumnus Elektro ITB tahun 1990 itu, Jumat (28/11).

Sesama mantan aktivis PUSTENA Niam Rizki, pernah pula membuat countdown timer Ramadhan pada 2010 lalu. Awalnya, alat ini sekadar demi membuat kesan Ramadhan yang berbeda. Namun, kemudian fungsinya bergeser menjadi suatu teknologi yang berguna sebagai pengingat waktu bagi warga Salman.

“Teknologi tepat guna itu tergantung kebutuhan. Jika kita dihadapi masalah, dan solusinya dengan teknologi, nah itu dikatakan teknologi tepat guna. Jangan menyerah untuk cari tahu,” ujarnya.

Informasi melimpah, namun mahasiswa bagai tak dibimbing untuk memanfaatkannya. Yang ada, mahasiswa hidup dalam kebingungan dan chaos. Seperti kata Niam, jangan pernah menyerah untuk mencari solusi tepat guna bagi permasalahan umat. Dengan perubahan paradigma perguruan tinggi; orang tua yang tak lagi menganggap keberhasilan diukur dari pekerjaan; hingga semangat intelektual untuk fokus mendalami ilmu—niscaya ilmu pun dapat diberdayakan dengan tepat. [Nadhira | Fathia]

Tips Jadi Pemuda Idealis a la Andri Rizki Putra

$
0
0
(Foto: jawapos.com)

(Foto: jawapos.com)

Jelang akhir tahun, banyak pelajar dan mahasiswa yang berjibaku dengan ujian akhir semester. Demi memperoleh nilai yang memuaskan, belajar mati-matian pun dilakukan. Tak jarang dalam prosesnya rasa penat dan bosan datang membayang. Mendapat nilai tinggi di tengah stres yang tinggi pula, tentu menjadi beban tersendiri. Menyerupa sosok idealis bagi sebagian anak akhirnya menjadi pilihan terakhir; “Ah, tak apa menyontek, yang penting nilaiku bagus.”

Fenomena menyontek di kalangan pelajar dan mahasiswa begitu lazim, hingga sosok idealis dan radikal macam Andri Rizki Putra menjadi buah bibir masyarakat. Penulis “Orang Jujur Tidak Sekolah” itu, ramai diberitakan media massa karena berani menentang sekolahnya yang memberi contekan saat Ujian Nasional. Hal luar biasanya, ia mampu belajar sendiri tanpa bersekolah di SMA formal, kemudian lulus dengan predikat cum laude dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Kuliahnya, yang ia tembus dengan berbekal ijazah paket C, hanya ia jalani selama 3 tahun.

Pribadi sekuat dan setegar itu, apa rahasianya? Inilah 6 hal yang menjadi kekuatan Rizki, yang ia bagikan dalam acara sharing “Yang Muda Berani Beda”, di Gedung Wakaf Pro Bandung Sabtu (15/11) lalu:

1. Faith

Sebagai Muslim, kekuatan terbesar kita adalah keyakinan pada Allah SWT, serta pada diri sendiri. Kadang kita memiliki stigma atas potensi diri, dan itu mengganggu. Namun yang dapat mengenali dan mengatasinya, tetap diri kita sendiri.

2. Do what you love

Lakukan apa yang kamu sukai. Jangan mengambil keputusan hanya untuk terlihat pintar, atau karena itu terkesan prestisius. Bila melakukan sesuatu berdasarkan bakat dan apa yang kita cintai, pasti hasilnya maksimal.

3. Open minded

Jangan tutup diri dari opini orang lain. Jangan sampai kita menjadi pribadi yang arogan.

4. Character

Karakter kita pun merupakan hal yang penting. Karakter kita sendiri, terbentuk saat kita mengambil suatu keputusan, itu pun tidak bisa dalam waktu yang sebentar. Kunci pertamanya, yakni mengenal diri sendiri.

5. Ikhlas dan pasrah

Manusia selalu punya ambisi. Namun di sisi lain, kita cenderung “mendikte”. Pada akhirnya, kemampuan untuk ikhlas dan pasrah atas hasil, itulah yang penting. Orang yang mampu menguasai keduanya, jelas punya kecerdasan emosional. Kecerdasan itu yakni kemampuan mendengar, menyerap, dan mengimplementasikan.

6. A duty to act

Semakin tinggi pendidikan, semakin besar kewajiban kita untuk membantu orang lain. Figur yang dibutuhkan dunia saat ini pun bukanlah mereka yang berpengetahuan luas atau memiliki IQ cemerlang. Tapi, mereka yang mampu mengimplementasikan atau merealisasikan.

 

Putus sekolah sendiri bagi Rizki, merupakan wujud kemarahannya. Sebelumnya, ia sempat sekolah di SMA formal selama 1 tahun. Namun akhirnya ia memutuskan keluar, menjalankan metode “unschooling”. Kini, ia tengah mengembangkan Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB), yang bertujuan untuk membantu anak-anak putus sekolah. Anak-anak itu, diajari dan dibimbing hingga meraih Ijazah Kesetaraan Paket A, B, dan C.

Meski sempat membuatnya sakit hati pada sistem, idealisme yang Rizki pegang erat-erat tak lantas dijadikan alasan untuk menyerah. Di tengah tekanan lingkungan, Rizki mampu bangkit sebagai contoh pemuda jujur, yang mengusahakan kebaikkan bagi sesama pelajar. Kalau Rizki bisa, masa kita tidak? [ed: Dh]

Viewing all 2618 articles
Browse latest View live