![Berpuasa tak cukup hanya menahan lapar dan dahaga apabila kita ingin mendapatkan nilai ibadah maksimal di mata Allah Swt.]()
Berpuasa tak cukup hanya menahan lapar dan dahaga apabila kita ingin mendapatkan nilai ibadah maksimal di mata Allah Swt. (Sumber gambar: aletheia.org)
Berpuasa di bulan Ramadan bukanlah sekadar menahan lapar dan dahaga dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari (waktu magrib). Puasa mempunyai adab-adab yang perlu diperhatikan apabila kita ingin mendapat nilai ibadah yang maksimal. Dalam tulisan kali ini, Salman Media menjabarkan ringkasan dari adab-adab puasa yang disadur dari artikel wahdah.or.id dan ditambahkan referensi lainnya. Mari kita simak!
1. Makan sahur
Kebanyakan orang yang bangun untuk makan sahur bisa jadi karena “terpaksa”. “Terpaksa” karena jika tidak makan sahur ia khawatir cepat lapar ketika siang harinya. Padahal, kita seharusnya makan sahur bukan disebabkan alasan tersebut, melainkan menyadari bahwa ada keberkahan di balik makan sahur.
“Makanlah sahur karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Makan sahur dengan kurma
“Sebaik-baik (menu) makan sahur seorang mukmin adalah tamr (kurma).” (H.R. Abu Dawud)
Tak hanya untuk berbuka, kurma juga dianjurkan oleh Rasulullah saw. untuk dikonsumsi di kala sahur. Kurma merupakan makanan yang mengandung fraktosa dan membantu kesehatan tubuh. Fraktosa ini akan diubah menjadi glukosa dengan cepat dan langsung diserap oleh organ pencernaan. Kemudian, glukosa tersebut dikirim ke seluruh tubuh, khususnya ke organ-oragn inti seperti otak, syaraf, sel darah merah dan sel pembersih tulang.
3. Menunda makan sahur hingga akhir waktu
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 187)
Dalam ayat tersebut, makan sahur dianjurkan dilakukan pada akhir waktu dan dibatasi hingga terbitnya fajar (subuh). Adapun waktu imsak merupakan anjuran mengakhiri sahur yang terdapat dalam hadis berikut.
“Kami pernah makan sahur bersama Nabi saw. kemudian kami berangkat salat (subuh). Maka aku (Anas) berkata: ‘Berapa lama jarak antara azan dan makan sahur?’. Ia (Zaid) menjawab: ‘Kira-kira bacaan lima puluh ayat dari Alquran.’” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Patokan lama membaca 50 ayat Alquran tersebutlah yang kini menjadi acuan waktu sahur.
4. Menyegerakan berbuka
Lekas berbuka puasa ketika azan magrib berkumandang merupakan sunah dari Rasulullah saw. Alangkah sayangnya apabila kita menyegerakan berbuka karena perut yang kelaparan bukan disebabkan anjuran dari beliau.
Rasulullah saw. bersabda, “Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka” (H.R. Bukhari dan Muslim)
5. Berbuka dengan ruthab (kurma segar), atau tamr (kurma kering), atau air putih
“Nabi Muhammad saw. berbuka puasa sebelum melakukan sholat magrib dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada ruthab maka beliau berbuka dengan beberapa butir tamr (kurma kering) dan jika tidak ada tamr maka beliau meminum beberapa teguk air putih”. (H.R. Tirmidzi)
6. Berdoa ketika sedang puasa dan setelah berbuka
Orang yang sedang berpuasa memiliki waktu mustajabnya berdoa sehingga jangan disia-siakan kesempatan tersebut. Adapun doa setelah puasa merupakan doa yang diajarkan Nabi saw. bukan doa sebelum berbuka yang dikenal luas oleh masyarakat sekarang.
“Dzahabazh zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah. (Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki)” (H.R. Abu Dawud)
7. Menjaga diri dari segala bentuk maksiat dan dosa
“Berapa banyak di antara manusia yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan hasil dari puasanya kecuali lapar dan haus.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Penyebab tidak mendapat hasil dari puasa (pahala) ini adalah karena maksiat dan dosa yang tetap dilakukan walaupun sedang berpuasa.
8. Bersedekah
Ketika bulan Ramadan tiba, Rasullah lebih menggiatkan sedekahnya.
“Rasulullah saw. adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Alquran. Dan kedermawanan Rasulullah saw. melebihi angin yang berhembus.” (H.R. Bukhari)
9. Membaca Alquran
Bulan Ramadan adalah bulan ketika Alquran diturunkan. Terlebih, pada bulan Ramadan amalan ibadah dilipatgandakan. Maka dari itu, memperbanyak membaca Alquran merupakan amalan yang baik untuk dilakukan.
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 185)
10. Bersungguh-sungguh dan meningkatkan ibadah pada sepuluh terakhir Ramadan
Pada 10 hari terakhir Ramadan terdapat malam lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Untuk memperolehnya, beribadah dengan sungguh-sungguh adalah caranya.
“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
11. Iktikaf
Dari Aisyah r.a., “Sesungguhnya Nabi saw. beriktikaf sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkannya. Kemudian istri-istri beliau beriktikaf sepeninggalnya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
12. Siwak
“Bersiwak itu akan membuat mulut bersih dan diridhai oleh Allah.” (H.R. An-Nasa’i, Ahmad, dll)
Berpuasa tak menjadi halangan bagi kita untuk menjaga kebersihan mulut, maka dari itu bersiwak ketika berpuasa tetap menjadi anjuran.
13. Tidak berlebih-lebihan dalam berkumur atau membasuh hidung ketika berwudu
Hal ini dimakruhkan karena berkumur atau membasuh hidung secara berlebihan dapat menyebabkan air tertelan atau terserap lewat rongga mulut. Maka dari itu, sebaiknya menghindari melakukan hal tersebut.
14. Tidak mendahului Ramadan dengan puasa nafilah satu atau dua hari
“Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa, maka bolehlah ia berpuasa.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
(Sumber: http://wahdah.or.id/ringkasan-fiqh-shiyam-ramadhan/ dengan ditambah dari berbagai referensi lainnya)
Baca lanjutannya: “Fikih Ringkas Puasa Ramadan (3): Penyebab Batal dan Tidaknya Puasa”
Sebelumnya: “Fikih Ringkas Puasa Ramadan (1): Pengertian, Syarat Wajib, Rukun dan Hikmah Puasa”