Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all 2618 articles
Browse latest View live

Sejarah Seru Islam di Nusantara (1): Kilas Sejarah Islam di Nusantara

$
0
0
IMG_8082

Prof. Ahmad Mansur Suryanegara sedang memberi orasi keilmuan di acara “Silaturahim untuk Kebangkitan Indonesia” yang diadakan Forum Doktor Indonesia, Sabtu (13/6) di Gedung Serba Guna (GSG) Masjid Salman ITB.

Dalam buku sejarah yang kita pelajari, dinyatakan Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi. Padahal, Islam sudah dikenal sejak abad ke-7 Masehi atau abad pertama Hijriah, lho! Yuk, simak kilasan sejarah seru Islam di Nusantara berikut!

Prof. Ahmad Mansur Suryanegara dalam buku Api Sejarah memaparkan sejarah masuknya Islam ke Nusantara. Guru Besar Sejarah Universitas Padjajaran (Unpad) ini menjelaskan beragam teori bagaimana Islam masuk ke Indonesia. Salah satunya, Islam masuk lewat jalur perdagangan laut oleh para pedagang Arab di awal abad ke-7.

Dalam perkembangannya, Islam lambat laun menguasai pasar-pasar di kepulauan Indonesia. “Islam menjadi kuat di Indonesia karena masuk dan menguasai pasar,” ujar Ahmad, saat diwawancarai Salman Media pada acara Deklarasi Forum Doktor Indonesia di Gedung Serba Guna (GSG) Masjid Salman ITB, Sabtu (13/6).

Ia menjelaskan, hal ini seperti Nabi Muhammad yang sebelum diangkat menjadi rasul telah membangun citra diri lewat perdagangan.

Setelah Islam tersebar di pesisir pulau, dakwahnya mulai beranjak menuju pedalaman. Alhasil, Islam kemudian banyak dianut masyarakat Nusantara hingga berkembang menjadi kerajaan-kerajaan. Ada sekitar 40 kekuasaan politik yang lahir pada masa tersebut, seperti Kesultanan Samudra Pasai di Sumatera bagian utara pada abad ke-13 dan Kesultanan Demak di Jawa Tengah pada abad ke-15.

Kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai sebagian besar wilayah Nusantara ini lalu direbut kekuasaannya oleh Kerajaan Protestan Belanda yang lebih dikenal dengan nama Verenigde Oost Indische Companie (VOC). “Para raja dan sultan dipaksa menandatangani perjanjian pendek. Ternyata mereka ditipu dengan perjanjian yang tidak sesuai dengan isinya. Akhirnya terjadi penyerahan kekuasaan yang mengakibatkan hilangnya kekuasaan kerajaan Islam di Nusantara,” jelas Ahmad yang telah menulis ratusan artikel dan makalah ilmiah terkait sejarah Islam di Indonesia ini.

 

Deislamisasi Sejarah Indonesia

Selama masa penjajahan Belanda, sejarah mulai banyak diselewengkan. Pemerintah kolonial Belanda membentuk citra negatif Islam pada generasi muda. Mereka mengisahkan kerajaan-kerajaan Islam menghancurkan kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia untuk memaksakan penganutan agama Islam. Padahal, para da’i berdakwah dengan jalan damai.

Setelah kemunduran kekuasaan, Islam bangkit kembali melalui para ulama dan santri yang ikut serta dalam memerdekakan Indonesia. Bisa dibilang, mereka punya kontribusi dalam lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 perumus pertamanya adalah ulama, yaitu Wahid Hasyim dari Nahdatul Ulama (NU), Ki Bagus Hadikusumo dan Kasman Singodimejo dari Muhammadiyah, serta Mohammed Teuku Hasan yang juga pemimpin Islam dari Aceh,” papar Ahmad. “Begitu pula dengan berdirinya NKRI atas jasa perjuangan Partai Islam Indonesia Masyumi lewat Perdana Menteri Mohammad Natsir.”

Pembina Yayasan Suryanegara Bandung ini kemudian mengutip kalimat Douwes Dekker atau Dr. Setiabudi, salah seorang pahlawan nasional Indonesia: “Jika tidak karena sikap dan semangat perjuangan para ulama, sudah lama patriotisme di kalangan bangsa kita mengalami kemunduran.”

Sayangnya, sejarah terkait pengaruh Islam tersebut banyak yang disembunyikan, bahkan diubah. Ada upaya deislamisasi sejarah di Indonesia. Itulah mengapa, penting untuk mengingatkan muslim Indonesia agar mengetahui dan mempelajari –bahkan menulis sejarah Islam di Indonesia. “Dengan sejarah kita mendapat pelajaran, peringatan, serta kebenaran yang menguatkan hati kita. Oleh karena itu, sebagai umat Islam mayoritas dan pelaku utama sejarah Indonesia, sangat perlu kita menuliskan sejarah Islam Indonesia,” pesan lelaki kelahiran 22 Zulhijah 1353 Hijriah ini.

***

Sejarah bukanlah sekadar dokumen untuk diarsipkan atau dikoleksi di museum. Sejarah adalah suatu yang harus kita ambil hikmah darinya. Ialah pengalaman yang tercatat, ialah pelajaran yang terangkum, dan ialah harta yang tak tergantikan. Alquran pun mengingat akan perlunya mempelajari sejarah, wal tandur nafsun ma qaddamat, li ghad – perhatikanlah apa yang telah diperjuangkan oleh para pendahulumu agar kamu dapat menentukan langkahmu yang benar di hari esokmu. (Q.S. Al-Hasyr [59]: 18)

Maka dari itu, “Yuk belajar sejarah!”


Hatta Rajasa Bicara Perihal Kepemudaan di Inspirasi Ramdan Salman ITB

$
0
0

Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia periode 2009-2014, mengisi acara Inspirasi Ramadan (Irama) di ruang utama Masjid Salman ITB, Selasa (23/6). Hatta pada kesempatan kali ini berbicara perihal kepemudaan dengan tema “Pemuda Penompang Bangsa”. (Foto: Eko)

Azwar Anas Isi Inspirasi Ramadan Salman

$
0
0

Jendral TNI (purnawirawan) Ir. H. Azwar Anas menjadi pembicara dalam kegiatan Inspirasi Ramadan (Irama), Senin (22/6), di Ruang Utama Masjid Salman ITB. Dalam talkshow menjelang berbuka puasa tersebut, Mantan Menkokesra RI periode 1993-1998 ini menyampaikan materi mengenai keindonesiaan. Ia menekankan pentingnya bangsa kita untuk mengetahui sejarah dan seluk beluk negara ini untuk membangun Indonesia di masa depan.

Gus Solah Bahas Perpaduan Indonesia dan Islam di Inspirasi Ramadan

$
0
0
IMG_3575

K. H. Salahudin Wahid atau biasa disapa Gus Solah sedang mengisi kajian Inspirasi Ramadan di ruang utama Masjid Salman ITB, Minggu (21/6).

Oleh: Faisal Ahmed Mukhlis

Acara Inspirasi Ramadhan (Irama) Masjid Salman ITB mengundang Wakil Ketua Komnas HAM periode 2002-2007, K.H. Salahuddin Wahid, Minggu (21/6).  Kyai yang biasa disapa Gus Solah ini membawakan tema “Memadukan Keindonesiaan dan Keislaman” pada kajian menjelang berbuka puasa tersebut.

“Masuknya Islam di Indonesia sangat menarik perhatian nusantara. Dalam tempo 250-300 tahun, penduduk Indonesia yang semula beragama Hindu atau Buddha sekitar 90% atau lebih masuk ke dalam agama Islam. Padahal, Islam disebarkan tidak dengan senjata, kekuatan politik, maupun uang,” ujar Gus Solah.

Menurutnya, umat Islam berperan dalam proses pembentukan negara Indonesia. Dimulai dari masuk ke dalam parlemen, Pembukaan UUD 1945, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika. Bahkan, walaupun Indonesia bukan negara berasaskan Islam, Undang-Undang Dasar-nya bisa menyerap ketentuan syariat Islam.

Dalam pemerintahan awal Indonesia, Kementerian Agama dengan memadukan Indonesia dengan Islam. Pada awal berdirinya, Kementerian Agama membuat MoU dengan Kementerian Pendidikan. Bentuk kerja sama yang dilakukan yaitu memberikan materi pelajaran agama di seluruh sekolah dan memberi status madrasah sama dengan sekolah.

Selain memaparkan materi perihal perpaduan Indonesia, Gus Solah juga memaparkan permasalahan yang sekarang dihadapi bangsa Indonesia. Mulai dari penegakan hukum, reformasi birokrasi, pemerataan hasil pembangunan dan pendidikan. “Penegakan hukum di Indonesia kalah oleh uang,” ujar pembina Ponpes Tebu Ireng Jombang ini.

Pada penutupan diskusi Irama, Gus Solah menghimbau kepada para peserta untuk mempelajari hal-hal yang bermanfaat daripada menghabiskan umur dengan hal-hal yang tidak berguna. (Ed: EA)

Azwar Anas: Pentingnya Membangun Jiwa Untuk Mencapai Tujuan Bangsa

$
0
0
???????????????????????????????

Jend. TNI (purn.) Ir. H. Azwar Anas (tengah) beserta arsitek Masjid Salman ITB, Prof. Ahmad Noe’man (kanan). (Foto: M. Ambang)

Indonesia adalah negara berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan satu bentuk kesetiaan terhadap negara. Maka pembangunan jiwa bangsa Indonesia harus disadari sebagai sesuatu yang mendesak untuk dilakukan.

Jend. TNI (purnawirawan) Ir. H. Azwar Anas menyatakan hal tersebut dalam acara Inspirasi Ramadan (Irama), Senin (22/6), di Masjid Salman ITB. Ia menekankan pentingnya sifat optimis dalam memperjuangkan nilai-nilai kenegaraan. Tantangan-tantangan berat bangsa Indonesia itu harus dihadapi, bukannya malah melarikan diri.

“Ini pentingnya membangun jiwa-jiwa besar bangsa kita. Sebagaimana lagu kebangsaan kita, ‘Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya’ perlu kita renungi,” ujarnya. “Karena kita selalu punya jalan untuk mencapai tujuan-tujuan bangsa ini dengan bersatu, dan sadar bahwa pembangunan jiwa itu penting.”

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) RI Periode 1993-1998 ini menjelaskan, “jiwa” terletak pada kecerdasan spiritual dan emosional seseorang. Selain kecerdasan intelektual, manusia juga mesti memiliki kedua kecerdasan itu.

Lebih lanjut Azwar menerangkan, kecerdasan spiritual ada pada pengamalan nilai-nilai agama. Sedangkan kecerdasan emosional terletak pada akhlak manusia itu sendiri.[ed: Dh]

Ngabuburit Asyik di Salman

$
0
0
Semangat berbuka puasa

Anak-anak peserta acara Ngabuburit Asyik semangat berbuka puasa di lapangan futsal Masjid Salman ITB setelah seharian berpuasa, Senin (22/6).

Oleh : Rheza Giannanda

Senyum anak-anak menghiasi lapangan futsal Masjid Salman ITB. Anak-anak tersebut adalah peserta dari acara Ngabuburit Asyik, acara yang diselenggarakan Masjid Salman melalui Panitia Pelaksana Program Ramadhan (P3R) 1436 Hijriah, Senin (22/6).

Kegiatan ini diperuntukkan kepada anak-anak disekitar Salman agar menghabiskan waktu menjelang magribnya dengan kegiatan yang bermanfaat. Dalam acara Ngabuburit Asyik ini, berbagai permainan akan dilakukan oleh anak-anak tersebut. Permainan yang tidak sekadar menghibur, tapi juga bernilai edukatif bagi mereka. Alhasil, seluruh anak-anak yang menjadi peserta sangat antusias mengikutinya.

“Acaranya kan ada 6 hari, jadi anak-anaknya tidak harus datang semua hari. Datang kapan pun mereka bisa,” ujar Indah Etikasari (19), Ketua Subdivisi Ngabubrit P3R. Menurutnya, kegiatan ini bertujuan mendekatkan anak-anak dengan kegiatan masjid sehingga mereka bisa belajar nilai-nilai Islam sejak dini.  Ia juga meyakinkan, berkaca dari acara serupa tahun lalu, acara tahun ini sudah dipersiapkan sebaik mungkin untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Acara Ngabuburit Asyik tahun ini diadakan setiap hari Senin dan Selasa selama Ramadan, kecuali pada minggu terakhir. Peserta yang ikut adalah anak-anak kelas 1-6 SD atau kisaran umur 5-12 tahun dari RW-RW sekitar Salman.

Setiap harinya, acara ini menyuguhkan permainan yang berbeda-beda, namun tetap mengajarkan nilai-nilai positifUntuk hari pertama ini, “menu” permainan yang disuguhkan adalah puzzle doa salat (perempuan) dan estafet sarung (laki-laki). Berdasarkan alur acara yang dibuat, setelah permainan berakhir, peserta diperbolehkan pulang atau buka bersama. Bagi yang berbuka bersama, mereka akan ngaji bareng menjelang magrib kemudian ditutup dengan salat berjemaah di lapangan futsal Salman setelah berbuka.

Mia Verawati (33), salah seorang orang tua peserta juga menyatakan antusiasnya untuk mendorong anaknya ikut acara ini. “Daripada di rumah bete, tidak ada kegiatan, jadi ke sini untuk ngisi waktu sebelum berbuka, ” jawabnya.

Beliau percaya kalau kegiatan yang dibina oleh mahasiswa bisa menjadi pengalaman tersendiri bagi anaknya. Bahkan, menurutnya, anaknya begitu senang saat mendapat undangan acara ini di masjid tempat ia mengaji.

Walaupun terdapat beberapa kendala teknis dalam pelaksanaannya, acara tetap berlangsung dengan seru. Anak-anak tetap terlihat menikmati setiap permainan yang disajikan, padahal terdapat permainan yang diadakan dadakan di tempat. Justru, hal tersebut menjadi keasyikan tersendiri. (Ed: EA)

Pesantren Ramadan Anak Salman Usung Tema Listrik dan Konveksi

$
0
0
???????????????????????????????

Suasana pembukaan Pesantren Ramadan ‘Helikopter’ di Lapangan Rumput Masjid Salman ITB. (Foto: M. Ambang)

Masa liburan ternyata tidak sepenuhnya dimanfaatkan untuk berlibur. Pesantren Ramadan yang digagas Pembinaan Anak Salman (PAS) ITB merupakan salah satunya. Dengan metode pesantren kilat, kegiatan ini mengusung tema “Helikopter” atau “Hemat Listrik dan Konveksi Teramah Lingkungan”.

Kegiatan yang rutin diselenggarakan lebih kurang 20 tahun terakhir ini dimulai, Senin (22/6), dan berakhir pada Sabtu (27/6). Peserta akan mendapatkan materi mengenai pengenalan penggunaan listrik dan konveksi yang baik untuk lingkungan.

“Pengenalan metode penggunaan listrik sejak dini menjadi penting karena listrik merupakan kebutuhan utama yang sudah tidak bisa dilepaskan. Maka dari itu perlu kontrol yang baik agar penggunaan listrik tidak terlalu menghabiskan energi,” ujar Ketua Pelaksana, Taufik Rhamdhani.

Begitu pun masalah konveksi sama pentingnya dengan listrik. Macam-macam konveksi seperti busana yang dipakai sehari-hari merupakan suatu kebutuhan yang tak bisa dilepaskan. Di samping itu, konveksi ini adalah bidang yang potensial untuk dikembangkan.

Berdasarkan hal tersebut, peserta akan mengikuti kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat pengembangan energi listrik maupun produksi konveksi. “Nanti peserta akan mengetahui bagaimana inovasi-inovasi kelistrikan dan diarahkan simulasi dengan membuat busana kecil-kecilan,” ungkap mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro UPI ini.

Selain itu, peserta akan mendapatkan suplemen spiritual dengan mengikuti kegiatan-kegiatan membaca Alquran, salat tarawih, kultum, dan lain-lain. Mereka juga akan diberi wawasan mengenai kewirausahaan. Peserta akan menginap di Adventure Land, Lembang. (Ed: EA)

Madinah, Tempat di Mana Hati Ditegakkan

$
0
0

adian husaini

oleh: Sitti Mauludy Khairina

Rasulullah SAW adalah contoh dan model yang diikuti oleh semua umat Islam, baik perkataan maupun perilakunya. Beliau adalah pribadi yang tangguh. Beliau menjadi pemimpin pertama yang dapat mengubah peradaban baru di Madinah.  Madinah, adalah tempat di mana hati ditegakkan.

Berikut disampaikan oleh Dr. H. Adian Husaini, MA Direktur Pascasarjana Ibnu Khaldun, selaku penceramah pada hari kedua bulan Ramadhan (18/06/15) di Masjid Salman ITB. Pada kesempatan kali ini Adian Husaini mengajak para jamaah untuk mengembalikan kemurnian islam, yaitu dengan melanjutkan perjalanan nabi untuk beribadah dan senantiasa bertakwa kepada Allah SWT.

Seperti yang Beliau kutip dari surat Al-Baqarah:183

“Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,”

Rasulullah SAW, lanjut Adian, dapat membuat masyarakat yang semula mencintai minuman keras menjadi masyarakat yang membenci minuman keras hanya dalam kurun waktu 20 tahun. Orang-orang yang mulia pada zaman itu adalah orang-orang yang soleh dan sederhana namun senantiasa bertakwa seperti Abdullah bin Mas’ud  ahli alquran, Ali bin Abi Thalib, bahkan Fathimah putri Rasullah SAW sekalipun.

Namun mengapa masih saja ada orang-orang yang belum semangat untuk meraih ketaqwaan? Adian menilai, hal ini disebabkan banyak yang menganggap memiliki uang banyak, jabatan, menjadi direktur, atau menjadi menteri itu lebih terhormat daripada menjadi manusia bertakwa. Padahal, apabila malaikat maut mengambil nyawa, yang dapat membantu kita adalah ketakwaan kita.

“Apakah yang terhormat itu kursinya (jabatan) atau manusianya?” tanya Adian. “Itulah tantangan umat Islam sekarang. Tantangan yang sama pada masa Jahiliyah dulu di mana masyarakatnya masih memuliakan jabatan dan kaum bangsawan.”

Tantangan yang dihadapi umat Islam tersebut tentunya dapat diselesaikan dengan pendidikan Islam yang memadai. Pendidikan seharusnya menanamkan kebaikan dan keadilan dalam diri seseorang. Apabila kebaikan juga keadilan sudah tertanam dengan baik, umat Islam dapat menghadapi tantangan di masa modern ini.

Banyak manusia di luar sana yang berniat jahat untuk merusak Islam dengan cara memengaruhi cara berpikir umat Islam terlebih dahulu. Salah satunya adalah dengan menjadikan umat Islam lalai nikmat. Kelalaian pada nikmat yang utama pada masa kini adalah melalaikan kesehatan dan waktu.

Terakhir, Adian Husaini mengatakan bahwa untuk menghadapi tantangan umat Islam kita harus meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. “Ketakwaan tersebut tidak hanya ketaqwaan yang bersifat individual tetapi juga sebagai satu kesatuan bangsa,” pungkasnya.[ed: Tr]

 

 


Salman ITB Serahkan Bantuan kepada Pengungsi Rohingnya

$
0
0

Masjid Salman ITB memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingnya di Aceh. Salah satu relawan Salman, Kiki Rudiansyah berkesempatan untuk mewakili Masjid Salman ITB. Disponsori Rumah Amal Salman, terhitung sejak Jumat (12/6) hingga Selasa (16/6) Kiki menyambangi Aceh untuk turut memberikan bantuan pagi pengungsi Rohingya. (Foto: Dokumentasi Rumah Amal)

Sapa Salman untuk Rohingya

$
0
0
IMG-20150622-WA0005

Kiki Rudiansyah, relawan Salman ITB sedang memandikan anak dari pengungsi Rohingnya. Lelaki yang biasa disapa Kido ini dikirim ke Aceh untuk menyerahkan bantuan kepada para pengungsi Rohingnya di sana dari Jumat (12/6) hingga Selasa (16/6).

Oleh: Tristia Riskawati

Jumlah lembar Alquran yang dibaca per harinya bertambah. Mata mengantuk dipaksa berjaga untuk menegakkan salat malam. Doa-doa lebih kencang dipanjatkan dari biasanya. Jelang Ramadan, sudah lazim kita mendengar orang-orang meningkatkan amalan ritualnya. Lantas, bagaimana dengan amalan sosial? Sudahkah kita memiliki perhatian khusus terhadapnya?

Salah satu relawan Salman, Kiki Rudiansyah memiliki kesempatan untuk menggiatkan amalan sosialnya. Disponsori Rumah Amal Salman, terhitung sejak Jumat (12/6) hingga Selasa (16/6) Kiki menyambangi Aceh untuk turut memberikan bantuan pagi pengungsi Rohingya.

Bersama Shafira Foundation dan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lainnya, Kiki mengerahkan jerih payah untuk memberikan bantuan berupa sembako,  trauma healing, pembangunan barak, dan lain sebagainya. “Sudah saatnya kita memberikan bantuan dari yang sifatnya konsumtif, menjadi produktif bagi mereka,” ujar Kido, panggilan akrab Kiki, mengutip kesimpulan obrolan dengan kawan-kawan relawan.

Koordinator Sinergi for Rohingya Aidil Fan mengatakan, dirinya dan segenap relawan tengah fokus untuk membangun barak bagi pengungsi Rohingya. Rencananya akan dibangun sembilan barak untuk 265 pengungsi. Satu barak membutuhkan dana sekitar 215 juta rupiah.

Kiki bertemu dengan Aidil pada Sabtu, (13/6) di Dayeun, Aceh Timur, untuk menggali informasi, diskusi, dan koordinasi terkait penyaluran dana dari Rumah Amal Salman ITB. “Bantuan diarahkan ke pembangunan barak. Alasannya, logistik sudah memenuhi bahkan berlebih,” terang Kido. Kido melanjutkan, Rumah Amal Salman menyesuaikan serta membantu menunaikan apa yang telah dirancang.

Untuk bantuan lainnya, lantas bagaimana Kiki melakoni trauma healing bagi pengungsi Rohingya?

“Saya coba kenalkan permainan tradisional Indonesia kepada anak-anak Rohingya. Saya kenalkan bakiak berkelompok,” ujar Kido menceritakan pengalamannya melakukan trauma healing di pengungsian Aceh Tamiang. “Saya juga juga mengajarkan kerajinan tangan bagi anak-anak perempuan Rohingya, memandikan anak-anak Rohingya jelang sore, mengajarkan berhitung, dan ajarkan berbahasa Indonesia.”

Solidaritas kemanusiaan dapat menembus batas apapun. Begitu yang diamini Kido merefleksikan perjalanannya selama di Aceh.  Konflik kemanusiaan bukan menyoal asal negara, suku bangsa, ras, atau agama sekalipun. “Hak hidup setiap manusia adalah asasi,” simpulnya.

Kido berharap, persoalan seperti ini dapat lebih baik untuk disinergikan dalam wadah kolaborasi indah untuk aksi peduli sesama. (Ed: EA)

Pembukaan Beasiswa Salman Gelombang 2

$
0
0
disdik.depok.go.id toga

(Sumber gambar: disdik.depok.go.id)

YPM Salman ITB dan Rumah Amal Salman ITB membuka kembali program Beasiswa Salman ITB untuk periode Juli-Desember 2015.

 

Syarat Umum :

  1. Mahasiswa muslim S1 atau D3 dari PTN / PTS di Bandung Raya dan Jatinangor
  2. Angkatan 2012 s.d. 2015
  3. IPK Minimal 2,75
  4. Belum menikah dan bersedia tidak menikah selama menerima beasiswa
  5. Bersedia mengikuti pembinaan di Salman ITB
  6. Mengikuti prosedur pendaftaran sesuai mekanisme yang telah ditentukan

 

Fasilitas

  1. Uang Beasiswa Bulanan
  2. Pembinaan Karakter

 

Jenis Beasiswa :

A. Beasiswa Pengajar Quran

  • Beasiswa ini merupakan beasiswa bagi mahasiswa yang bersedia mengajarkan Alquran kepada minimal 5 orang mahasiswa

B. Beasiswa Pemakmur Masjid

  • Beasiswa ini merupakan beasiswa bagi mahasiswa yang bersedia memakmurkan masjid atau musala di dekat tempat tinggal dan kampus
  • Syarat Khusus Beasiswa Pemakmur Masjid
    1. Tidak menerima beasiswa lain
    2. Memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu

C. Beasiswa Tutor Akademik

  • Beasiswa ini merupakan beasiswa bagi mahasiswa yang berkomitmen untuk membimbing mahasiswa TPB ITB untuk mata kuliah Kalkulus / Fisika Dasar / Kimia Dasar.
  • Syarat Khusus beasiswa Tutor
    1. Mahasiswa ITB
    2. IPK > 3

D. Beasiswa Aktivis Kampus

  • Beasiswa ini merupakan beasiswa bagi mahasiswa yang aktif berkegiatan di himpunan atau kemahasiswaan terpusat (Khusus ITB).
  • Syarat Khusus Beasiswa Aktivis Kampus
    1. Mahasiswa ITB
    2. Aktif berkegiatan di Himpunan atau Kemahasiswaan terpusat pada tahun 2015
    3. Memiliki surat rekomendasi dari himpunan atau Keluarga Mahasiswa

 

MEKANISME PENDAFTARAN

  1. 22 Juni – 3 Juli 2015             : Pendaftaran Online

Pendaftaran online di http://bit.ly/1FiSIMb

  1. 6 Juli 2015                              : Pengumuman Tahap 1 (Lolos Administrasi)

Pengumuman disampaikan via website www.salmanitb.com

  1. 7-11 Juli 2015             : Seleksi Wawancara

Seleksi wawancara dilaksanakan di kantor BMK (Bidang Mahasiswa dan Kaderisari) dengan membawa berkas–berkas berikut:

  1. Curulum Vitae
  2. Transkip akademik terbaru
  3. Fotocopy kartu keluarga
  4. Fotocopy KTP
  5. Fotocopy KTM
  6. Pass Foto 4 x 6 cm (2 lembar)
  7. SKTM (Surat keterangan tidak mampu) khusus Beasiswa Pemakmur Masjid
  1. 13 Juli 2015                : Pengumuman Akhir Lolos Beasiswa

Pengumuman disampaikan via website www.salmanitb.com

 

Mantan Rektor ITB Isi Inspirasi Ramadan Salman

$
0
0

Rektor ITB periode 2010-2014, Prof. Akhmaloka, mengisi kajian Inspirasi Ramadan (Irama) di ruang utama Masjid Salman ITB, Rabu (24/6). “Menuju Indonesia Emas”, itulah tema yang disampaikan oleh mantan rektor yang sempat menjadi pengurus YPM Salman ITB ini pada tahun 90-an. (Foto: Eko)

T.A. Sanny, Perantau dari Serambi Madinah

$
0
0
Dr. Eng. Ir. T.A. Sanny, M.Sc (kanan) (Foto: Dok. Salman Media)

Dr. Eng. Ir. T.A. Sanny, M.Sc (kanan) (Foto: Dok. Salman Media)

Tutur katanya yang tegas, ia balut dengan jiwa yang humoris. Di balik penampilannya yang sederhana, sosok ini mengantarkan saya pada pemikiran yang tajam dan mendalam. Tanpa mengetahui nama panjangnya, siapa sangka ia merupakan perantau dari Indonesia bagian paling utara. Bercanda, ia sebut dirinya sebagai GAM alias Gerakan Aceh Merantau. Ya, sosok ini adalah Teuku Abdullah Sanny atau yang biasa dikenal dengan T.A. Sanny, Ketua Dewan Pakar YPM Salman ITB.

Pria yang masuk ITB pada tahun 1979 ini merupakan seorang Ahli Geofisik. Salah satu pekerjaannya sekarang adalah sebagai staf ahli pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) DKI Jakarta. Setelah lulus dengan predikat Sarjana Teknik Geologi, Sanny melanjutkan studi post-doctoral di Jepang dalam bidang Engineering Geophysic. Kini lewat tangannya telah lahir ratusan buku mengenai bidang tersebut. Di antaranya sebuah dokumentasi dan penjelasan ilmiah mengenai bencana tsunami di Aceh yang berjudul “Tsunami Aceh”.

Di Salman, Sanny pun bukan orang yang asing. Sebagai Ketua Dewan Pakar, ia berperan dalam penyusunan Tafsir Salman. Kitab tafsir ini sendiri, membahas kajian Juz Amma ditinjau dari perspektif sains dan teknologi. Di antaranya Astronomi, Arsitektur, Biologi, Fisika, Kimia, dan sebagainya. Ia mengungkapkan, dua pertiga isi Alquran merupakan ayat-ayat kauniyah tentang alam semesta.

Kemudian pria yang pernah dinobatkan sebagai Inovator Paling Prospektif 2009 oleh Menristek RI ini memaparkan gagasan-gagasan Dewan Pakar terhadap kemajuan Islam di Indonesia. Hal yang sedang mereka kaji kini mengenai rekonstruksi peradaban Islam di Indonesia.

“Ini merupakan kajian mendalam mengenai ulama-ulama besar yang bisa menjadikan Islam sebagai agama mayoritas penduduk Indonesia,” ujarnya, Selasa (2/6), di Ruang Pertemuan Teknik Geofisika ITB.

Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia. Sebanyak 89 % penduduknya adalah Muslim. Menurutnya, ini bukan kebetulan tetapi merupakan keinginan Allah. “Yang menarik, padahal Indonesia negara Bhinneka Tunggal Ika, bersuku-suku bangsa, heterogen tetapi tidak saling berseteru. Saya yakin yang mengikat kita itu Islam.”

Selain itu Dewan Pakar juga sedang mengkaji korelasi Islam dengan Pancasila. Ia meyakini intisari nilai-nilai Islam yang dijadikan sila-sila Pancasila merupakan tetesan pemikiran para pemikir Founding Father Indonesia. “Kita syukuri dan renungi juga bagaimana toleransi tinggi dan kebersamaan bersatu padu bangsa ini bisa kokoh sepanjang masa. Kita perlu melakukan social engineering atau rekayasa sosial agar bangsa kita tidak terprovokasi untuk berperang satu sama lain dengan dalih keetnisan,” tegasnya. “Bukan berarti mengerdilkan suku-suku, tetapi dengan ini kita harus bangga karena perbedaan-lah kita saling mengagumi.”

Sebagai “Think Tank” Masjid Salman, mewakili Dewan Pakar Sanny berpesan agar para aktivis Salman bisa fokus dalam pengembangan sains dan teknologi. “Yang membedakan Salman dengan masjid lainnya yaitu sains dan teknologi,” tegasnya.

Ia berharap aktivis Salman dapat mengimplementasikan konsep-konsep keislaman dalam bidang ini. Sehingga Islam dapat mengejar ketertinggalan dan Salman pun bisa menjadi garda terdepan dalam pengembangan masyarakat. Selain itu Sanny menghimbau aktivis Salman bisa adaftif terhadap perkembangan zaman. Arus globalisasi menciptakan dunia internet dengan budaya sangat terbuka. Budaya apapun masuk ke sana. Salman harus aktif dalam dunia ini lewat gerakan dakwah virtual.

“Saya harap Salman bisa mengantisipasi datangnya globalisasi agar identitas kita sebagai bangsa berbudaya tidak lumat dengan arus ini. Karena pertarungan ini luar biasa besar peran kita adalah dengan pembangunan moral serta sains dan teknologi,” pungkasnya.[ed: Dh]

Rumah Amal Salman ITB Buka 24 Jam

$
0
0

Rumah Amal Salman ITB kini buka selama 24 jam pada bulan Ramadan. Rencananya, program ini dimulai dari awal Ramadan lalu sampai H-1 jelang lebaran.  Rumah Amal siap melayani para jamaah yang ingin menginfakkan sebagian hartanya yang datang kapan saja. Buka Rumah Amal selama 24 jam ini merupakan salah satu cara untuk mengajak orang-orang yang belum sempat berinfak. (Foto: Bustomi)

Hatta Rajasa: “Abad 21 adalah Abad Persaingan Sumber Daya Manusia”

$
0
0

IMG_0177

Hatta Rajasa saat memberikan pidatonya di acara Inspirasi Ramadan (Irama) di Ruang Utama Masjid Salman ITB, Selasa (23/06).

Oleh: Maulana Zahrawan

Pada acara Inspirasi Ramadhan (Irama) yang diselenggarakan oleh Panitia Pelaksana Program Ramadan (P3R) di Masjid Salma ITB, Selasa (23/06), Hatta Rajasa mengungkapkan bahwa sumber daya manusia adalah salah satu kunci kemajuan bangsa. Hal tersebut disampaikan berkaitan dengan tema talk show Irama hari ke-6 Ramadhan, yaitu “Pemuda Penopang Bangsa”.

“Abad 21 adalah abad persaingan sumber daya manusia,” ujarnya pada acara yang diselenggarakan dari pukul 16.00 WIB hingga menjelang waktu buka puasa tersebut.

Dengan orasi yang menggebu, Hatta berulang kali mengingatkan agar pemuda terus meningkatkan kualitas diri. Baik itu kualitas dari segi keilmuan maupun keimanan dan ketakwaan. Selain itu, alumni Masjid Salman ini juga menekankan pentingnya jiwa wirausaha dalam diri pemuda.

“Indonesia ini memiliki cukup prasyarat untuk menjadi bangsa yang besar,” tandasnya memotivasi hadirin yang sebagian besar adalah mahasiswa.

Dipenghujung acara, lelaki yang kerap dipanggil Bang Hatta ini ramai diserbu hadirin yang ingin meminta tanda tangan maupun foto bersama. (Ed: EA)


Etimologi Ramadan

$
0
0
Ramadan

(Sumber gambar: http://www.moroccoworldnews.com/)

Ramadan berasal dari kata akar ramadha, yang berarti “panas yang menyengat” atau “kekeringan”, khususnya pada tanah. Dari akar kata tersebut, kata Ramadan digunakan untuk menunjukkan adanya sensasi panas ketika seseorang kehausan.

Terdapat pula pendapat lain yang mengatakan bahwa kata Ramadan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Hal ini dikiaskan dengan umat Islam yang mengambil kesempatan Ramadan untuk serius mencairkan, memuhasabah diri dan memperbaharui kekuatan jasmani, rohani dan tingkah lakunya, sebagaimana panas mempresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi.

Penamaan Ramadan sebagai bulan yang panas ini terpengaruh bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab. Penggunaan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus) oleh bangsa Babylonia menempatkan bulan kesembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh sengatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Di malam hari, panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadan, bulan dengan panas yang menghanguskan.

Setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami “panas”-nya Ramadan secara metaphoric (kiasan). (Ed: EA)

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Ramadan)

Fikih Ringkas Puasa Ramadan (1): Pengertian, Syarat Wajib, Rukun dan Hikmah Puasa

$
0
0
Puasa-Senin-Kamis-dan-Puasa-Rajab

Pada bulan Ramadan, umat muslim wajib untuk melakukan puasa mulai dari terbitnya fajar (subuh) hingga terbenamnya matahari (magrib). (sumber gambar: http://cyberdakwah.com/)

Puasa diartikan sebagai kegiatan menahan diri dari perkara-perkara tertentu dengan niat, dari terbit fajar kedua/subuh hingga terbenamnya matahari (waktu magrib). Khusus pada bulan Ramadan, puasa menjadi ibadah wajib yang dilakukan selama sebulan penuh. Hal ini dinsyaratkan Allah dalam firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al Baqarah [2]: 183).

Wajibnya puasa Ramadhan ini dimulai ketika penanda masuknya bulan Ramadan telah diketahui. Salah satunya adalah dengan melihat hilal (bulan sabit pertama) Ramadhan, baik itu dengan mata telanjang atau bantuan alat. Apabila hilal tak terlihat, maka menggenapkan bulan Syakban menjadi 30 harilah yang dilakukan. Ada pula dengan cara hisab atau perhitungan secara astronomis dan matematis untuk menentukan sudah masuk atau tidaknya bulan Ramadan.

Ketika sudah masuknya bulan Ramadan ini, maka semua orang yang beragama Islam wajib untuk berpuasa. Selain berstatus muslim, terdapat syarat wajib orang yang berpuasa lainnya, yaitu baligh, berakal (waras), mampu, muqim (tidak berpergian), sehat sehingga sanggup melaksanakan puasa, dan terbebas dari halangan (khusus wanita).

Adapun rukun ketika berpuasa adalah dimulai dari niat sebelum melakukan puasa. Untuk puasa wajib, niat harus dilakukan sebelum masuk waktu salat subuh (berbeda dengan niat puasa sunah yang dapat dilakukan setelah waktu subuh jika belum makan/minum). Rukun berikutnya setelah niat adalah tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sampai waktu selesainya puasa.

Ketika seorang muslim yang telah memenuhi syarat wajib dan melaksanakan rukun dengan benar dan sungguh-sungguh, ada beberapa hikmah yang dapat diperolehnya. Pertama, melatih sifat jujur dan amanah, sebab puasa adalah rahasia anetara hamba dengan Allah Swt. Kedua, melatih sifat sabar dan pengendalian diri karena puasa melemahkan jalan setan. Ketiga, membiasakan zuhud terhadap dunia. Keempat, menumbuhkan kasih sayang kepada orang-orang miskin. Kelima, memberi manfaat kesehatan bagi yang melaksanakan saum dengan benar. (Ed: EA)

(Sumber: http://wahdah.or.id/ringkasan-fiqh-shiyam-ramadhan/ dengan ditambah dari berbagai referensi lainnya)

Baca lanjutannya: “Fikih Ringkas Puasa Ramadan (2): Adab-adab Puasa”

 

[KulTube Eps. 8] Hildha: “Menulis adalah Caraku Berbagi dan Dikenang”

$
0
0
8. HILDA

Hilda Rizky D.P., mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini akan berbagi tentang pengalamannya menulis di sela waktu luangnya di KulTube Episode 8.

Saat liburan seperti ini, hal apa yang bisa dilakukan? Paling pas kalau menghabiskan waktu luang dengan hal yang bermanfaat. Apalagi sekarang bertepatan dengan bulan suci Ramadan. Lebih baik jika digunakan dengan  mengaji, memperbanyak amalan ibadah atau bisa juga dengan menulis. Seperti halnya yang dilakukan gadis berkacamata bernama Hildha Rizky Dwita Putri yang tertarik dengan dunia menulis ini.

Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini pernah meraih juara 2 untuk lomba cerpen yang diselenggarakan oleh penerbit Inspimedia. Selain itu, ia juga menjadi kontributor untuk penerbit Ellunar dan AE Publishing. “Aku seneng banget sama dunia jurnalis, pengennya jadi news presenter,” ungkapnya saat dihubungi Salman Media, Senin (23/06).

Gadis asal Sukabumi iniseringkali mencari event-event lomba untuk diikuti, khususnya lomba menulis. Menurutnya, hal tersebut juga merupakan salah satu cara untuk mengisi waktu luang. Seperti sekarang, saat liburan semester ini Hildha lebih banyak mengahabiskan waktunya membaca buku dan browsing untuk mencari event-event seperti seminar dan lomba.

KulTube Salman kali ini mengangkat tema “Menulis Saat Ramadan”. Hildha akan membagikan pengalamannya dalam hal menulis yang dapat mengisi waktu luangnya. Namun, bagi Hildha, menulis tidak sekadar mengisi waktu luang, tapi juga menjadi kegiatan yang sangat bermanfaat.  “Menulis adalah caraku berbagi dan dikenang,” begitulah kata Hildha.

Akhmaloka: Indonesia Bisa Maju!

$
0
0
(Foto: Dokumentasi Salman Media)

(Foto: Dokumentasi Salman Media)

oleh: Sitti Mauludy Khairina

“Mengapa Indonesia yakin bisa maju?” tanya seorang pria pada jemaah yang hadir di Ruang Utama Masjid Salman ITB. “Seperti yang sering kita dengar waktu SD, potensi sumber daya alam di Indonesia itu nomor satu di dunia!”

Dialah Prof. Akhmaloka, rektor ITB 2010-2014. Dalam talkshow Inspirasi Ramadhan (Irama) Rabu (24/6) lalu, ia membandingkan Indonesia dengan Jepang dan Singapura. , Indonesia memiliki jumlah sumber daya manusia yang lebih banyak terutama pada usia produktif, yaitu sekitar 70%. Bukankah seharusnya Indonesia lebih maju dari kedua negara tersebut?

“Sumber daya yang melimpah tersebut tidak akan membuat Indonesia maju apabila tidak ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia,” ujar Akhmaloka. “Ternyata rata-rata usia produktif tersebut hanya lulus SMP. Kurang memadainya tingkat pendidikan di Indonesiamenjadi penyebab permasalahan yang bermunculan saat ini.”

Tak hanya masyarakat berpendidikan rendah saja yang bermasalah. Akhmaloka juga menyoroti budaya instan warga Indonesia yang terpelajar. Orientasi belajar hanya untuk mendapat nilai. Akhirnya, mereka menghalalkan proses dan esensi ilmu yang tentunya jauh dari moral agama.Sifat bersungguh-sungguh, kejujuran, dan kesabaran belum tumbuh dengan baik di lingkungan kita,” kata Akhmaloka.                                             

Akhmaloka menekankan, kita harus melakukan pembenahan dari akar masalah, yaitu dengan meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan dapat mengembangkan kecerdasan (intellectual), emosi (emotional), dan rohani (spiritual). Kecerdasan-kecerdasan tersebutlah yang akan membantu bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik dari segi pola pikir dan juga akhlak. “Kita harus mengesampingkan hal-hal yang bersifat materialistik menjadi holistik, transendentik, dan harmoni.”

Lebih lanjut Akhmaloka mengatakan, kita harus yakin belajar adalah untuk mendalami ilmu dan juga untuk beribadah. Kita tidak akan merasa terbebani ketika belajar karena kita sudah memiliki niat yang lurus hanya untuk Allah SWT.“Sudah seharusnya kita rajin menuntut ilmu agar bisa senantiasa menjadi makhluk yang bermanfaat,” katanya.

Akhmaloka meyakini bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.[ed: Tr]

 

 


 

Gapai Hikmah Alquran di Bulan Ramadan

$
0
0

 

alquran2

Alquran mempunyai nama seperti al-quran, al-kitab, dzikir, dan al-furqan. Keempat nama ini dapat kita ambil hikmahnya sebagai sarana memaksimalkan ibadah selama bulan Ramadan. (sumber gambar: coolchaser.com)

“Dengan iman kepada Alquran, umat Islam tampil sebagai umat yang paling bersatu, yang paling maju, dan yang paling besar.”

Begitulah pengantar K. H. Saiful Islam Mubarak membuka taklim jelang Ramadan, Rabu (17/6), yang diadakan di Gedung Serba Guna (GSG) Masjid Salman ITB.

Dalam acara yang menjadi rangkaian Program Penghafal Alquran (PPA) yang diselengarakan Panitia Pelaksanaan Program Ramadan (P3R) Masjid Salman ini, Saiful mengajak para peserta untuk mengenal empat nama Alquran dan menggapai hikmahnya, terutama di bulan Ramadan. Hikmah tersebutlah yang harusnya menjadi pegangan umat Islam apabila ingin menjadi umat yang maju.

Pertama, Alquran sebagai al-quran atau “bacaan yang terdengar”. Menurut Saiful, Alquran sebagai “bacaan yang terdengar” ini mempunyai hikmah sebagai hudallin naas atau petunjuk bagi siapa saja yang mendengarnya. “Alquran bacaan yang terdengar oleh semua orang walaupun ia belum beriman,” tutur Saiful. Lewat bacaan tersebutlah, manusia memilih apakah akan mengikuti petunjuk dari Allah atau tidak.

Kedua, Alquran sebagai al-kitab atau “tulisan yang terlihat”.

“Alquran sebagai al-kitab memang terlihat, tapi tidak semua orang mampu membaca dan memperhatikan tulisannya. Apabila seseorang sudah sampai perhatiannya pada tulisan, ia akan menemukan hidayah-hidayah yang akan meningkatkan ketakwaannya,” ujar Saiful. “Maka dari itu kitab disebut hudallil muttaqin (petunjuk bagi orang yang bertakwa) dan quran disebut hudallin naas (petunjuk bagi manusia).”

Ketiga, Alquran sebagai dzikir atau “yang diingat selalu”. Dari hikmah ketiga ini, menurut Saiful, jika kita ingin menghafal Alquran tidak cukup dengan mengandalkan otak saja tapi harus memohon kepada Allah juga. “Agar Allah yang menurunkan nikmat menghafal Alquran,” ujarnya.

Pembina Ponpes Maqdis Bandung ini juga memberi contoh bagaimana Allah memberi anugerah hafalan Alquran kepada anak-anak, seperti halnya Musa (6), bocah asal Bangka Belitung yang telah hafal 30 Juz. “Tak ada kitab lain yang dihafal anak usia itu selain Alquran,” tegasnya kembali.

Keempat, Alquran sebagai al-furqan atau “pembeda”. Mampu membedakan dalam mengambil yang haq dan menghindari yang bathil merupakan karunia Allah kepada orang yang mendapat hikmah Alquran keempat ini. “Ada orang yang pintar, paham Alquran, tetapi akhlaknya masih bertentangan dengan apa yang dia pahami dari Alquran. Artinya, ia belum mendapatkan nikmat Alquran sebagai furqan,” jelas Saiful.

Saiful menegaskan, pada Ramadan ini kita mesti berjuang menggapai keempat hikmah Alquran tersebut. “Punya qur’an, bacaan yang bagus; punya kitab, perhatian terhadap tulisan Alquran yang istimewa di atas sekian banyak tulisan; punya dzikir, bisa menghafal Alquran; dan punya furqan, dapat menjadikan Alquran sebagai pegangan hidup yang mengantarkan kita ke jalan lurus menuju Allah Swt,” pungkasnya.

Viewing all 2618 articles
Browse latest View live