Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all 2618 articles
Browse latest View live

Inspirasi Ramadan: Membumikan Islam di Indonesia

$
0
0

Masjid Salman ITB melalui Panitia Pelaksana Program Ramadan (P3R) menyelenggarakan kegiatan Inspirasi Ramadan (Irama) yang pertama, Kamis (18/6), di Ruang Utama Masjid Salman. P3R mengangkat materi mengenai “Membumikan Islam di Indonesia” yang dibawakan oleh Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) Dr. Adian Husaini, M.A. Menjelang Irama berakhir, P3R membagikan kurma untuk takjil berbuka puasa.


Sambut Ramadan, Masjid Salman Gelar Program Para Penghafal Alquran

$
0
0

Ramadan yang telah tiba disambut oleh Panitia Pelaksana Program Ramadan (P3R) 1436 Hijriah Masjid Salman ITB dengan kembali mengadakan berbagai acara. Salah satunya menyediakan wadah untuk menghafal Alquran lewat kegiatan Para Penghafal Al-Quran (PPA). Acara ini dibuka mulai dari 1 sampai 17 ramadhan dan bertempat di Masjid Salman ITB. Semua kalangan yang ingin menghafal sekaligus memperbaiki bacaannya dapat menjadi peserta dalam acara ini.  (Foto: Bustomi)

Pengajian Wanita Salman ITB Gelar Kajian Intensif Ramadhan

$
0
0

Divisi Pelayanan dan Dakwah Pengajian Wanita Salman ITB menggelar Kajian Intensif Ramadhan, Jumat (19/6), di Gedung Serba Guna (GSG) Masjid Salman ITB. Kajian ini merupakan suatu rangkaian acara yang dikemas dalam enam pengajar dan materi, yang akan diselenggarakan selama dua pekan. Kajian pertama dibawakan oleh dr. Lina Karlina,SPOG yang membahas tentang “Kesehatan Ibu Hamil, Menyusui, Lansia dan Anak”.

Inspirasi Ramadan Bersama Penulis Buku Api Sejarah

$
0
0

Masjid Salman ITB kembali gelar kajian Inspirasi Ramadan (Irama) di Ruang Utama Masjid Salman ITB, Jumat (19/6). Pemateri pada Irama kedua ini adalah Ahmad Mansur Suryanegara, penulis buku best seller Api Sejarah. Pada kesempatan kali ini beliau memaparkan tentang “Sejarah Islam di Nusantara”. (Foto: Salim Rusli)

Nyamannya Salat Tarawih Salman di Mata Jemaah

$
0
0
???????????????????????????????

Suasana ceramah tarawih hari pertama di Masjid Salman. (Foto: M. Ambang)

Pelaksanaan salat tarawih pertama Bulan Ramadan 1437 H, Rabu (17/6), di Masjid Salman ITB berjalan lancar. Ruangan utama masjid berikut koridor-koridornya penuh terisi jemaah.

Beragam pendapat pun muncul dari jemaah. Baroto Ikhsan (25) mengungkapkan kenyamanannya saat mengikuti pelaksanaan tarawih di Salman. “Alhamdulillah sejak dahulu saya memang enjoy ikut tarawih di Salman. Di sini, suasananya dingin dan imamnya bagus-bagus,” ujar alumnus Teknik Telekomunikasi ITB 2008 ini.

Ia melanjutkan, tarawih di Masjid Salman tidak terlalu cepat maupun terlalu lama. Ke depannya, Ikhsan berencana terus tarawih di Salman hingga tiba waktu mudik.

Pendapat senada juga muncul dari Nur Mustain (50), pegawai Pos Indonesia. Ia mengatakan, pelaksanaan tarawih di Salman dilakukan oleh orang-orang profesional. Baik imam maupun jemaah, mengetahui tata cara ibadah dengan baik.

“(Orang) yang tarawih di sini bukanlah sembarang orang. Saya kira mereka itu orang-orang yang terpilih,” ungkapnya. “Selain suasananya yang bikin enak, manajemen pelaksanaannya juga baik.”

Mustain, yang bekerja di bidang transportasi Pos Indonesia, selalu menyempatkan tarawih berjamaah di Salman. Kebiasaan ini  ia lakukan sejak tiga tahun terakhir. Dengan sengaja, Mustain memilih Masjid Salman sebagai tempat tarawih meskipun tempat tinggalnya terletak di daerah Terusan Buahbatu.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ketua Panitia Pelaksanan Program Ramadan (P3R) Salman, Handy Tri Handoko. Ia mengatakan, suasana salat tarawih Salman semakin baik dari tahun ke tahun. Fasilitas yang selalu diperbaiki dan pembelajaran dari tarawih pada tahun-tahun sebelumnya menjadi bekal untuk menunjang kenyamanan jemaah.

“Sehari sebelum pelaksanaan (salat) tarawih, pihak yayasan telah memperbaiki sound system. Dengan begitu suara yang keluar pun lebih mantap,” ujarnya. “Selain itu, default yang sudah baik seperti kebersihan, karpet-karpet, dan toilet selalu dikontrol dan ditingkatkan pengelolaannya.”[ed: Dh]

Kajian Inspirasi Ramadan Bahas Sejarah Islam di Nusantara

$
0
0
IMG-20150619-WA0024

Ahmad Mansur Suryanegara (kanan), penulis buku best seller Api Sejarah menjadi narasumber pada kajian Inspirasi Ramadan (Irama) ke-2 di ruang utama Masjid Salman ITB, Jumat (19/6).

Oleh: Salman (Relawan Ramadan Salman ITB)

Kajian Inspirasi Ramadhan (Irama) yang berlangsung di ruang utama Masjid Salman ITB, Sabtu (19/6), mengangkat tema “Sejarah Islam di Nusantara”. Ahmad Mansur Suryanegara, penulis buku best seller Api Sejarah menjadi narasumber pada kajian ini. Pada kajian menjelang berbuka ini, Ahmad membahas buku Api Sejarah tersebut yang bercerita tentang sejarah dan perkembangan Islam di Nusantara.

“Indonesia merupakan bangsa yang besar untuk diperjuangkan, namun semua tidak akan terjadi tanpa kehendak-Nya. Berkat rahmat Allah, Sang Pemberi Kemenangan,” ujar lelaki yang telah dikenal luas sebagai dosen sejarah di Universitas Padjajaran (Unpad) dan Universitas Islam Indonesia (Unisba) sebelum ia aktif menulis.

Menurut Ahmad, perjuangan bangsa Indonesia pra dan pasca kemerdekaan tidak lepas dari para ulama yang berjasa seperti, Hos Cokroaminoto, Abdul Muis, Sam Ratulangi dan lainnya. Beberapa nama tersebut memulai gerakan pemberontakan terhadap sekutu dan berjuang demi bendera Islam dan Indonesia.

“Jumat, 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan kala itu merupakan usulan Kiai Abdul Mukim untuk melaksanakan proklamasi,” jelasnya. Ia juga menegaskan kemerdekaan Indonesia merupakan perjuangan, bukan belas kasihan atau pemberian dari sekutu.

Ahmad turut menjelaskan jasa-jasa para ulama untuk Indonesia. Di antaranya, cetusan naskah proklamasi atas saran Syeikh Musa dari Cianjur dan Pancasila sebagai pedoman negara atas diskusi bersama para ulama dari Majelis Ulama Islam (Masyumi). Bahkan, semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” merupakan hasil buah pikiran Sunan Kalijaga.  “Burung garuda Indonesia diilhami dari burung rajawali milik Khalifah Ali,” tambah Ahmad merangkum konsep-konsep di negara Indonesia yang disumbangkan oleh para ulama.

Dalam perjalanan sejarah Nusantara, menurut Ahmad, terdapat usaha-usaha penyingkiran Islam (deislamisasi) yang sudah dilakukan sejak lama -bahkan, lebih frontal dan kejam. Misalnya, lewat Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dahulu membantai para alim ulama dan pahlawan. (Ed: EA)

Pertemuan Perdana Course on Intellectual Writing Skills (CIWS)

$
0
0

Masjid Salman ITB melalui Bidang Pengkajian dan Penerbitan menggelar pertemuan perdana  Course on Intellectual Writing Skills (CIWS) di ruang GSS A Masjid Salman ITB, Sabtu (20/6). Pertemuan ini merupakan pengenalan tentang CIWS dan diskusi terkait minal dan tema penulisan yang akan diambil oleh peserta. CIWS ini akan berlangsung selama 14 kali pertemuan yang di antaranya kan diisi oleh para pemateri yang ahli dalam bidang keilmuan dan kepenulisan. (Foto: Eko)

Amien Rais Isi Kajian Inspirasi Ramadan Salman ITB

$
0
0

Amien Rais, Guru Bangsa sekaligus Ketua MPR RI Tahun 1999-2004, mengisi kajian Inspirasi Ramadan di ruang utama Masjid Salman ITB, Sabtu (20/6). Dalam kesempatan ini, Amien memberikan materi dengan tema “Menjadi Muslim Negarawan”. (Foto: Eko)


Ngabuburit Ramadan Masjid Salman ITB

$
0
0

Oleh: Faisal Ahmed Mukhlis

Pada bulan Ramadhan, kita sering sering sekali mendengar istilah ngabuburit atau jalan-jalan sambil menunggu waktu magrib. Masjid Salman ITB pun mengadakan acara Ngabuburit yang dilakukan lewat Panitia Persiapan Program Ramadhan (P3R), Sabtu (20/07). Dalam Ngabuburit ini, P3R memberikan takjil gratis kepada masyarakat yang ditemui sepanjang rute perjalanannya. Adapun rute Ngabubrit ini dimulai dari Jalan Gelap Nyawang, Taman Sari, Dago hingga berakhir di Masjid Salman ITB. (Foto: Faisal)

Kegelisahan Terhadap Orang-orang Terdidik Hadirkan CIWS

$
0
0
IMG_3353

Salim Rusli (depan kelas) sedang membimbing diskusi pada pertemuan perdana Course on Intellectual Writing Skills (CIWS) di ruang GSS A Masjid Salman ITB, Sabtu (20/6)

Masjid Salman ITB melalui Bidang Pengkajian dan Penerbitan menggelar pertemuan perdana  Course on Intellectual Writing Skills (CIWS) di ruang GSS A Masjid Salman ITB, Sabtu (20/6). Pertemuan ini merupakan pengenalan tentang CIWS berikut diskusi terkait minat dan tema penulisan yang akan diambil oleh peserta. Salim Rusli, selaku penanggung jawab program CIWS, memimpin jalannya pertemuan perdana tersebut.

Pada saat diwawancarai oleh Salman Media, Salim mengungkapkan bahwa CIWS hadir dari kegelisahan terhadap orang-orang terdidik yang kurang memberi kontribusi terhadap masyarakat. “Beras kita impor, ada gak solusi agar kita dapat kembali melakukan swasembada beras,” ujar Salim memberi contoh salah satu permasalahan di masyarakat Indonesia yang mesti diselesaikan mereka yang terdidik tersebut.

“Orang terdidik harusnya menggunakan ilmunya untuk memberi konstribusi dan manfaat kepada publik. Karunia berupa ilmu adalah nikmat sekaligus kelebihan yang diberikan Allah dan mesti dipertanggungjawabkan,” papar Salim.

Dengan adanya CIWS ini, ia berharap para peserta dapat memberikan kontribusi lewat tulisan. Tulisan tersebut menjadi media penyampaian pemikiran mereka untuk mengatasi berbagai permasalahan di masyarakat. “Jadi dalam CIWS ini, peserta itu benar-benar menulis,” tambah Salim. Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa dalam kursus ini terdapat sesi presentasi tulisan yang akan dibuat peserta.

Kegiatan CIWS direncanakan berlangsung selama 14 kali pertemuan setiap hari Sabtu, dari tanggal 20 Juni hingga 3 Oktober. Sekitar 10 pertemuannya akan menghadirkan para pemateri yang ahli dalam bidang keilmuan dan kepenulisan. Antara lain Prof. Yasraf Amir Piliang (Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain [FSRD] ITB), Prof. Bambang Sugiarto (Guru Besar Fakultas Filsafat Universitas Parahyangan), Islaminur Pempassa (Pemred Harian Umum Pikiran Rakyat), dan para ahli lainnya.

 

Dari Semarang ke Bandung Demi CIWS

Salah seorang peserta, Faisal Hatami, mengaku sengaja datang ke Bandung dari Semarang demi ikut CIWS. Lelaki yang sedang kuliah di Sekolah Pascasarjana Universitas Dipenegoro (Undip) Semarang ini akan secara rutin tiap hari Jumat beranjak menuju Kota Bandung.

“Saya tertarik ikut CIWS untuk menunjang perkuliahan. Semester ini saya akan menulis tesis sehingga ingin mendapat suplemen dari kelas CIWS, baik dalam hal tulis-menulis maupun cara berpikir,” ujarnya.

Faisal berharap, selama ia mengikuti kegiatan ini, kemampuan menulisnya dapat bertambah. Selain itu, CIWS juga menjadi wadah pertemuannya dengan para intelektual Indonesia yang akan diundang untuk memberi materi kuliah di CIWS.

“Walaupun mesti bolak-balik Semarang-Bandung, akan saya kejar,” tegas lelaki yang pernah menjadi aktivis Masjid Salman ITB selama perkuliahan Strata 1-nya.

[KulTube Eps. 2] Yanuardi Syukur: Pria Pantai yang Ingin Menjadi Profesor

$
0
0
2. Yanuardi

Yanuardi Syukur, pria pantai yang bercita-cita jadi profesor ini akan memaparkan tentang pentingnya menjaga kebersihan toilet di KulTube episode 2.

Yanuardi Syukur lahir dan besar di pinggir pantai Tobelo, Halmahera Utara, Maluku Utara. Masa kecilnya kerap diisinya dengan mengaji dekat pantai. Walaupun ada tempat belajar Islam, nilai Islam di lingkungannya sebenarnya belum tersosialisasikan dengan baik. Terdapat banyak orang di daerahnya yang masih mabuk-mabukan. Apalagi dtambah kehidupan pantai yang agak keras.

“Kadang pulang ngaji jam 12 malam,” ujarnya. “Sendiri megang Alquran lewati pasar tua yang ada di kuburan dan tempat orang mabuk di malam hari.”

Perjuangan masa kecilnya tersebut telah membawanya menjadi pria yang terlatih menghadapi tantangan. Ia pun berhasil menempuh menempuh pendidikan S1 Antropologi di Universitas Hassanuddin (Unhas) Makassar dan S2 Kajian Timur Tengah.

“Saya ingin menjadi profesor dan menulis banyak buku,” ujar Yanuardi. “Terutama buku-buku yang berhubungan dengan budaya, Islam, dan inspirasi.”

Untuk menggapai cita-citanya tersebut, Yanuardi kini menetap di Bandung. Ia tengah mengikuti kursus IELTS di Pusat Bahasa ITB untuk persiapan studi doktoralnya ke Australia. Hal ini merupakan perjuangan yang sekarang dilakukannya demi menuntut ilmu seperti halnya kisah masa kecilnya ketika mengaji dahulu.

Pada KulTube episode 2 ini, Yanuar yang berhasil lolos casting Salman TV akan berbicara tentang “Toilet Bersih, Cermin Masa Depan Sehat”. Ia sendiri mengetahui adanya program pencarian talent ini karena kerap salat berjemaah di Masjid Salman ITB.

Ceramah lengkap dari pria pantai yang ingin jadi profesor ini dapat dilihat bersama pada link https://www.youtube.com/watch?v=nJ5i0UfHMPA.

[KulTube Eps. 3] Sari Asih Rahmawati: Gadis Aktivis yang Gemar Fotografi

$
0
0
3. SARI ASIH RAHMAWATI 2

Sari Asih Rahmawati, gadis aktivis yang gemar fotografi akan menyampaikan tema “Indahnya Idul Fitri di Papua, Indahnya Toleransi Antarumat Beragama” di KulTube Salman Episode 3.

Oleh: Nurul Nurjanah (Relawan Salman Media)

Gadis kelahiran Nabire yang sangat menggemari fotografi ini bernama Sari Asih Rahmawati. Majalah-majalah seperti RZMagz, GeoMagz, dan National Geographic Traveler Indonesia telah memuat beberapa hasil karyanya. Selain itu, hasil jepretannya pun sering dimuat di akun Twitter resmi komunitas National Geographic Indonesia.

Selain gemar fotografi, Sari juga merupakan aktivis di berbagai organisasi. Sarjana lulusan Jurusan Teknologi Informasi Universitas Komputer Indonesia (Unikom) ini sedari bangku kuliah sudah aktif berkegiatan.Mulai pers kampus, Korp Salman (Korsa) ITB, Aksara ITB, hingga Synersia Foundation ia ikuti. Selain itu, Sari bersama rekan-rekannya di Salman juga  mengampanyekan gerakan parenting yang dinamai Selamatkan Generasi Emas Indonesia (SEMAI) 2045. Gerakan tersebut mengakat isu tentang keadaan pemuda serta tantangan yang harus dihadapi generasi emas di masa mendatang.

Ditengah berbagai kegiatan dan kesibukannya, Sari mencoba hal yang baru dengan menjadi penceramah untuk KulTube Ramadan di Salman TV. “Saya liat pengumumannya, lalu tertarik mencoba,” kata Sari saat dihubungi Salman Media, Sabtu (20/06).

Pada KulTube Ramadan episode 3 Salman TV ini, Sari menyampaikan materi dengan tema toleransi, khususnya di wilayah Papua. Sari yang sejak kecil tinggal di Papua melihat toleransi antarumat beragama yang baik. Saat malam takbiran, warga muslim di Biak, Papua, seringkali mengadakan acara-acara seperti pawai. Sementara itu, para warga nonmuslimnya menghormati—bahkan—mengikuti rangkaian acaranya. “Saat lebaran rumah saya terbuka dan banyak warga yang datang, baik itu muslim atau bukan,” pungkas Sari.

Mari saksikan penampilan ceramah dari Sari di channel Salman TV: https://www.youtube.com/watch?v=6r_MbpT3mHA(Ed: EA)

[KulTube Eps. 4] Ahmad Ikhyari: Muazin Salman yang Berani Tampil

$
0
0
4. AHMAD IKHYARI (2)

Ahmad Ikhyari, muazin Masjid Salman ITB yang tampil di KulTube episode 4 di Salman TV.

Oleh: Salman (Relawan Salman Media)

Ahmad Ikhyari lahir 22 Februari 21 tahun silam di Gresik. Lelaki yang biasa dipanggil Kang Ari ini merupakan salah seorang penerima beasiswa muazin di Masjid Salman ITB. Sehari-harinya, ia bertugas untuk mengumandangkan azan dan kadang menjadi imam salat Masjid Salman ITB. Pada Ramadan kali ini, Ikhyari memberanikan diri untuk tampil di KulTube setelah lolos casting yang dilakukan Salman TV.

“Inisiatif untuk daftar sendiri, pada hari pertama pendaftaran Open Casting,” ujar mahasiswa Jurusan Teknik Telekomunikasi ITB ini ketika diwawancarai oleh Salman Media, Sabtu (20/06). Dari pernyataannya tersebut, tampak Ikhyari yakin dan berkeinginan untuk mencoba sesuatu yang dapat menambah pengalamannya.

Tema yang akan disampaikan Ikhyari pada KulTube episode 4 ini adalah “Azan, Seruan Penguji Iman”. Ia memaparkan bahwa dalam azan terkandung kalimat-kalimat thayyibah, sehingga pendengar dan muadzin seharusnya dapat me-refresh keimanan. Sayangnya, menurut Ikhyari, pada kenyataannya tidak sedikit juga orang-orang yang mengabaikannya. “Tetaplah mengikuti tuntunan Rasul untuk menjawab adzan. Bagi ikhwan, jangan canggung untuk tetap menjaga keikhlasan dalam mengumandangkan azan,” harapnya.

Ikhyari sendiri selain menjadi muazin, telah aktif di Salman ITB sejak tahun 2013 di Unit Pengembangan Tilawatil Quran (UPTQ) Al-Muhandis dan sekarang menjabat sebagai Ketua Divisi Pembinaan. Pada Ramadan 1436 Hijriah ini, ia juga bertanggung jawab sebagai ketua Subdivisi Tarawih Panitia Pelaksana Program Ramadan (P3R) Salman ITB.

Yuk, kita simak KulTube dari sang muazin Masjid Salman ini di https://www.youtube.com/watch?v=KH1kO6O_WW4(Ed: EA)

PENGUMUMAN TAHAP 2 BEASISWA SALMAN ITB PERIODE JULI-DESEMBER 2015

$
0
0
sumber gambar http://nagoro.wordpress.com/

sumber gambar http://nagoro.wordpress.com/

Bismillahirrahmanirrahim

Setelah dilakukan proses seleksi administrasi dan wawancara, Alhamdulillah kami tetapkan nama-nama penerima beasiswa Salman periode Juli-Desember 2015.

Kepada seluruh mahasiswa yang dinyatakan lolos beasiswa, diwajibkan datang untuk kumpul perdana pada hari Jumat (3 Juli 2015) jam 15.30 WIB di GSS E masjid Salman ITB, dan dilanjutkan MABIT di Masjid Salman ITB.

Untuk mengetahui selengkapnya penerima beasiswa klik di sini.

Ini Cara Bumikan Islam di Nusantara

$
0
0

 

Dr. Adian Husaini sedang mengisi Inspirasi Ramadan. (Foto: M. Ambang)

Dr. Adian Husaini sedang mengisi Inspirasi Ramadan. (Foto: M. Ambang)

Sejarah mencatat, pada awalnya Indonesia bukanlah negara berpenduduk muslim. Kehadiran para ulama muslim dari Timur Tengah kemudian memberi dampak besar. Persentase jumlah muslim berangsur naik menjadi mayoritas.

Berikut pernyataan Ketua Dewan Dakwah Islam Indonesia Dr. Adian Husaini, M.A., dalam diskusi ngabuburit Inspirasi Ramadan (Irama), Kamis (18/6), di Masjid Salman ITB. Ia menegaskan, hasil yang dicapai para ulama terdahulu merupakan buah dari pekerjaan yang luar biasa. Tujuan yang ingin diraih pastinya direncanakan dengan strategi yang sebaik-baiknya.

“Malah pendidikan sejarah kita itu yang menjadikan dakwah Islam, seakan-akan pekerjaan sambilan. Kita diajarkan bahwa datangnya Islam di Indonesia itu lebih dipengaruhi oleh perdagangan,” ujarnya. “Masa hasil sebesar ini dicapai dengan pekerjaan sampingan, sambil dagang ya, sambil dakwah.” Maka ia menegaskan jawaban tidak terhadap pernyataan itu.

Berdasarkan hal tersebut ada dua cara untuk membumikan Islam di Indonesia, yaitu secara lahiriah dan substansial. Adian menyebutkan, secara lahiriah gerakan islamisasi di Indonesia sudah berkembang. Hal ini dapat dilihat dari makin terbukanya peluang untuk berjilbab, keinginan orangtua menyekolahkan anaknya di sekolah Islam dan menjamurnya bank syariah.

Secara substansial, islamisasi di Indonesia dapat ditempuh dengan cara pendidikan. Ia mengatakannya dengan istilah dakwah berbasis ilmu dan riset. “Yang penting itu bukan jargon-jargon islami, tetapi bagaimana kita mengkaji pendidikan sebagai basis dari keislaman kita,” jelasnya.

Meski demikian, Indonesia sudah tertinggal jauh dalam masalah pendidikan. Dengan begitu, Adian menyatakan, gerakan islamisasi harus berdasarkan keilmuan yang mendalam disertai riset-riset lapangan. Pasalnya, agama-agama lain sudah menerapkan cara ini sebagai bagian dari pengembangan agama mereka.

“Kita harus lebih semangat dalam mencari ilmu. Lebih dari itu kita pun harus tahu bingkai kerja kita mengarah kemana agar dakwah menjadi terarah. Kita bisa memengaruhi orang lain kalau kita bisa menjadi contoh yang baik bagi mereka,” pungkasnya.[ed: Dh]


Kajian Inspirasi Ramadan Salman Hadirkan Gus Solah

$
0
0

K. H. Salahuddin Wahid atau yang biasa disapa Gus Solah menghadiri kajian Inspirasi Ramadan (Irama) di ruang utama Masjid Salman ITB, Minggu (21/6). Tokoh Nahdatul Ulama (NU) sekaligus Pembina Ponpes Tebu Ireng Jombang ini mengisi materi dengan tema “Memadukan Keindonesiaan dan Keislaman”. Pada Irama kali ini, Radio Republik Indonesia Pro Dua Bandung ikut menyiarkannya secara luas lewat program “Titian Ramadan”.

[KulTube Eps. 5] Zayyan: Dai Cilik yang Kecil-kecil Cabe Rawit

$
0
0
5. ZAYYAN 1

Muhammad Zayyan Muhadzib, dai cilik yang masih kelas 6 SD ini akan tampil di KulTube episode 5 dengan tema “Yuk, bangun sahur tepat waktu”.

Oleh: Nurul Nurjanah (Relawan Salman Media)

Ada istilah, kecil-kecil cabe rawit, meski masih kecil tapi tak kalah hebat dengan orang yang lebih dewasa. Contohnya, Muhammad Zayyan Muhadzib atau lebih sering dipanggil Zayyan. Ia masih duduk di kelas 6 SD, tapi sudah bisa menjadi salah satu pemateri di acara KulTube Ramadan Salman TV.

Keseharian Zayyan sebenarnya tak jauh beda dengan anak-anak seumurannya; pergi ke sekolah, bermain, dan ikut les. Zayyan juga suka berenang dan ikut grup drumband. Seperti yang disebutkan di awal, zayyan ini kecil-kecil cabe rawit, meski masih kecil tapi sudah ikut banyak kegiatan.

Disamping kegiatan-kegiatan tersebut, Zayyan juga mengikuti Pembinaan Anak-anak Salman (PAS) di Masjid Salman ITB. Darisitulah Zayyan akhirnya dapat ikut menjadi pengisi KulTube di Salman TV setelah berhasil lolos seleksi. “Aku tahu infonya dari kakak PAS untuk ikut audisi dan alhamdulillah terpilih,” ujar Zayyan saat dihubungi di kediamannya, Sabtu (20/6).

Untuk acara KulTubeepisode kelima, Zayyan akan menyampaikan ceramahnya dengan tema “Yuk, bangun sahur tepat waktu.” Di dalamnya, dai cilik ini akan menyampaikan tips-tips agar tidak terlambat bangun sahur, seperti harus tidur cepat, jangan tidur dengan perut kekenyangan, dan masih banyak lagi. (Ed: EA)

Hari Ini, Salman Buka Pesantren Ramadan Anak

$
0
0

Pembinaan Anak Salman (PAS) ITB membuka penyelenggaraan Pesantren Ramadan untuk anak-anak, Senin (22/6), di lapangan rumput Salman. Kegiatan pesantren kilat ini bertemakan “Hemat Listrik dan Konveksi Teramah Lingkungan” atau disingkat “Helikopter”.

Peserta akan mendapatkan materi mengenai pengenalan penggunaan listrik dan konveksi yang baik untuk lingkungan. Selain itu, peserta akan mendapatkan suplemen spiritual dengan mengikuti kegiatan-kegiatan membaca Alquran, salat tarawih, kultum, dan lain-lain. Peserta akan menginap di Adventure Land, Lembang. Kegiatan ini akan berlangsung hingga tanggal 27 Juni 2015.

Tanggapan Jemaah Soal Irama Bersama Amien Rais

$
0
0
IMG_3413

Amien Rais tengah memberi materi tentang”Menjadi Muslim Negarawan”, Sabtu (20/6) di Ruang Utama Masjid Salman ITB. (Foto: Fathia U.)

Amien Rais, Ketua MPR RI periode 1999-2004, mengisi acara Inspirasi Ramadhan (Irama), Sabtu (20/6) di Ruang Utama Masjid Salman ITB. Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua umum Partai Amanat Nasional ke-1 tahun 1998-2005 itu menyampaikan kajian bertema “Menjadi Muslim Negarawan”.

Jemaah yang hadir berasal dari berbagai kalangan. Mereka juga memiliki berbagai tanggapan soal Amien Rais. Rusmita (61) misalnya. Ibu rumah tangga  yang mengaku sudah beraktivitas di Salman sejak tahun 70-an ini mengagumi sosok Amien Rais. Pasalnya, ia berada dalam organisasi keislaman yang sama dengan Amien.

Lain pula dengan  Fahmi (21), mahasiswi Fakultas Dakwah UNISBA. Setelah mengikuti materi yang dibawakan Amien, ia yang berkesimpulan bahwa seorang negarawan harus jujur.

Ramadan tahun ini, Panitia Pelaksana Program Ramadan (P3R) Salman memang sengaja mengundang tokoh-tokoh nasional. Tokoh yang akan hadir berikutnya dalam Irama yakni Azwar Annas, Muliaman D. Hadad, Sugiharto, Busyro Muqoddas, Ilham Akbar Habibie, Ahmad Mansur Suryanegara, Salahudin Wahid, Hatta Radjasa, Abah Iwan, Ricky Elson, dan M.S. Syamsuddin.[ed: Dh]

[KulTube Eps. 6] Nuramin: Aktor Film yang Punya Sekolah

$
0
0
6. Nuraiman

Nuramin Syahputra, lelaki yang akan akan menyajikan pengalamannya tentang “Ramadan Exclusive Month” pada KulTube Eps. 6.

Oleh: Nurul Nurjanah (Relawan Salman Media)

“Kesibukan saya menjadi Ade, Artis Dadakan” canda Nuramin dengan tertawa lepas saat dihubungi Salman Media, Senin (22/06).

Namanya Nuramin Syahputra, laki-laki humoris yang  jago berakting. Pengalamannya di dunia perfilman tidak lagi diragukan. Tercatat sudah banyak film yang dibintangi oleh Nuramin diantaranya, Penghulu (Salman Film), Urgen (Traffic Light Production), Operasi Rutin, Brunch Time Story (Sok Mangga Production), Selaksa Senja (Enlight Production), Love and Faith (E-motion), Pileuleuyan, Revive (Satu Layar Production). Lelaki yang sering dipanggil Kang Nur ini kini sedang menggarap film baru yang berjudul Love Tester, produksi Salman Film.

Selain menjadi aktor, ternyata Nuraiminbersama keluarganya juga mengelola sekolah untuk anak usia dini bernama TK Bunda Asih Nanda. Sekolah ini pun tak hanya ada di satu tempat, tetapi juga berdiri di beberapa tempat lainnya, seperti di Arcamanik dan Ujung Berung. Bukan waktu yang sebentar pula bagi Nuramin dan keluarganya merintis TK tersebut.Terhitung sudah 5 tahun TK Bunda Asih Nanda berdiri.

Untuk di KulTube Ramadan kali ini, Nuramin menceritakan pengalamannya syuting saat Ramadan. Nuramin pernah menghadapi beberapa kesulitan karena dalam satu tim produksi tidak semua orangnya yang berpuasa. Ditambah lagi kondisi fisik yang tidak seperti hari biasa dan cukup menguras energi akibat pendalaman karakter yang dilakukan. Ia juga berceritasampai harus pura-pura minum untuk keperluan adegan. Semuanya terangkum dalam KulTube berjudul “Ramadan is Exclusive Month”. (Ed: EA)

Viewing all 2618 articles
Browse latest View live