Kematian aktor dan komedian Robbin Williams (11/8/2014) yang bunuh diri karena tak kuat menghadapi penyakit Parkinson yang dideritanya, membuat fenomena depresi kembali mencuat. Masyarakat Indonesia, pada saat yang berdekatan pun digegerkan seorang pria lulusan S2 Universitas Indonesia, Ignatius Ryan, yang mengajukan hak bunuh diri pada Negara Penyidikan mengungkapkan, aksi itu ia lakukan karena stres oleh himpitan masalah ekonomi. Kedua kasus ini menyadarkan publik, bahwa depresi dapat menjadi masalah besar bila tak ditangani dengan serius.
Mastermind kaderisasi Leadership Motivational Days (LMD) Masjid Salman ITB, Adriano Rusfi mengatakan, gangguan kejiwaan menurut Islam disebabkan lemahnya aqidah (tauhid) dan lemahnya manajemen jiwa. Singkatnya, solusi gangguan kejiwaan ialah lewat membangun aqidah yang kuat, berbasis pada cinta dan ridha pada Allah, Rasul dan Islam.
“Dengan demikian, tidak ada yang mampu menjajah dan mendominasi jiwa kita,” kata Pria Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini, Senin (27/08).
Adriano yang akrab disapa Bang Ad menjelaskan, gangguan itu bisa berbentuk gangguan perilaku atau gangguan kepribadian. Gangguan perilaku misalnya fobia, takut ruang tertutup, dan gagap. Sedangkan gangguan kepribadian misalnya minder, mudah curiga, pesimistik dan lain sebagainya.
Gangguan kejiwaan pada dasarnya merupakan kondisi atau situasi abnormal pada kepribadian seseorang dalam merespons suatu keadaan, sehingga responsnya cenderung tidak adekuat. “Misalnya, setiap melihat orang berbisik, si A menganggap mereka sedang menggosipkan dirinya,” cetus Bang Ad.
Terhadap orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan, Bang Ad menyarankan untuk menerima kehadiran mereka secara tulus dan ikhlas, dan tidak menghujat dan mengucilkannya. Ini akan meringatkan beban mental mereka.
Seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan harus dikembalikan kepada realitas yang alami secara bertahap. Menurut Bang Ad, gangguan kejiwaan seringkali disebabkan karena seseorang hidup dalam realitas yang tak alami. “Seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan perlu melakukan terapi-terapi perilaku dan kepribadian melalui berbagai metode seperti dzikr, logotherapy, desensitisasi, flooding technique, client-centered therapy dan metode-metode lainnya,” ujarnya.
Mereka yang mengalami gangguan kejiwaan harus ditata ulang aqidahnya, terutama sisi tauhid uluhiyah, yaitu cinta dan harap kepada Allah. Mereka harus terus didorong supaya mendekatkan diri kepada Allah dalam bentuk dzikrullah, tilawah dan do’a.
Membentuk Karakter Kuat pada Anak
Penyebab dari gangguan kejiwaan ada banyak. Misalnya pengalaman traumatik masa lalu, pendidikan yang keliru, atau stres. Anak balita yang pernah dibentak polisi, misalnya, akan takut melihat orang berseragam. Bang Ad mengatakan, kita harus memberikan pendidikan kejiwaan dan pembentukan karakter kuat, sesuai dengan potensi dan tahap perkembangan Anak.
“Sehingga akan muncul pribadi yang kokoh, mentalitas yang tangguh, ego yang kuat, dan kepercayaan diri yang tinggi,” lanjutnya.
Kita pun harus melindungi anak dari kemungkinan mengalami hal-hal yang traumatik, terutama pada usia balita, dengan cara senantiasa menemani anak dalam bermain dan menghindari tindakan-tindakan yang keras dan kasar terhadap anak.
“Memberikan lingkungan kehidupan yang sehat kepada anak, yang seimbang antara kemudahan dengan kesulitan, antara keringanan dan beban,” pungkas Bang Ad. [Ed: Dh]