Quantcast
Channel: Masjid Salman ITB
Viewing all 2618 articles
Browse latest View live

Comic Flood “Happy Birthday Dear Prophet!”: #2 Not Starve You Again…

$
0
0
Fitra Sukrita

“Friend, I will not starve you again…” oleh Fitra Sukrita

 

Dengan era keterbukaan informasi, benak kita dan masyarakat dunia dibanjiri dengan pemberitaan media, terutama media barat. Mau tidak mau, kita semua telah ‘dibanjiri’ dengan informasi negatif mengenai Islam. Perlu ada penyeimbangan berita yang positif tentang Islam, terutama tentang Rasulullah SAW.

Terlepas dari perbedaan pendapat tentang Maulid Nabi, Rumah Qurani mengajak teman-teman untuk memanfaatkan momen maulid ini untuk mem-posting dan mengkreasikan informasi tentang islam yang positif lewat media komik yang ringan, ramah, dan mudah dicerna. Comic flood ini juga dipersembahkan sebagai hadiah untuk Rasulullah SAW yang telah mengorbankan segalanya untuk kita.

SalmanITB.com bekerja sama dengan Rumah Qurani sebagai kanal penyalur komik-komik yang dibuat dalam proyek Comic Flood ini.

Comic Flood “Happy Birthday Dear Prophet!”: #2 Not Starve You Again… from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami


Comic Flood “Happy Birthday Dear Prophet!”: #3 Rasulullah and Cold..

$
0
0
oleh Dian Yustisiana

oleh Dian Yustisiana

Dengan era keterbukaan informasi, benak kita dan masyarakat dunia dibanjiri dengan pemberitaan media, terutama media barat. Mau tidak mau, kita semua telah ‘dibanjiri’ dengan informasi negatif mengenai Islam. Perlu ada penyeimbangan berita yang positif tentang Islam, terutama tentang Rasulullah SAW.

Terlepas dari perbedaan pendapat tentang Maulid Nabi, Rumah Qurani mengajak teman-teman untuk memanfaatkan momen maulid ini untuk mem-posting dan mengkreasikan informasi tentang islam yang positif lewat media komik yang ringan, ramah, dan mudah dicerna. Comic flood ini juga dipersembahkan sebagai hadiah untuk Rasulullah SAW yang telah mengorbankan segalanya untuk kita.

SalmanITB.com bekerja sama dengan Rumah Qurani sebagai kanal penyalur komik-komik yang dibuat dalam proyek Comic Flood ini.

 

Comic Flood “Happy Birthday Dear Prophet!”: #3 Rasulullah and Cold.. from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Studia Humanika: Menyajikan Tema-Tema Filosofis Tentang Humaniora

$
0
0
Suasana kuliah umum studi humanika (Foto: Dokumentasi BPP)

Suasana kuliah umum studi humanika (Foto: Dokumentasi BPP)

Hakikat manusia beserta persoalan-persolan manusiawinya perlu dikaji. Tujuannya untuk meraih kualitas kehidupan yang lebih baik.  Inilah yang coba dikaji dalam Studi Humanika.

Studia Humanika adalah program kuliah umum di Masjid Salman ITB. Siapa saja boleh mengikuti kuliah ini. Tidak mengenal apakah ia dosen, mahasiswa, ataupun masyarakat umum. Tidak memandang apa agamanya, sukunya maupun rasnya. Di sini adalah tempat siapapun untuk belajar.

Studia Humanika berisi tentang kajian-kajian humaniora. Misalnya membahas tema filsafat, bahasa, sastra, sejarah dan seni. Selain itu, diperluas lagi dengan membahas ilmu-ilmu sosial seperti politik, sosiologi, dan komunikasi.

Filsafat mengkaji manusia melalui pemikiran-pemikiran bijaksananya. Bahasa mengkaji manusia melalui perilaku komunikasi verbal yang dilakukannya. Lalu Sastra mengkaji manusia melalui karyanya, berupa tulisan-tulisan bernilai tinggi yang mencerminkan kedalaman berfikir dan olah rasa. Sedangkan sejarah mengkaji manusia dengan menyelidiki segala hal yang ditiggalkannya. Sejarah dapat memberikan gambaran mengenai kondisi, kehidupan, ataupun peristiwa yang terjadi di masa lalu. Dan seni mengkaji manusia dengan melihat karya-karyanya yang artistik dan bernilai estetika tinggi.

Kuliah umum ini diselenggarakan oleh Bidang Pengkajian dan Penerbitan (BPP) Masjid Salman ITB. Salim Rusli, selaku Manajer BPP memberikan penjelasan saat diwawancarai salman media, Sabtu (19/01). Ia menjelaskan, setiap bahasan dalam Studia Humanika selalu ada dimensi filosofisnya, tidak terlalu mengarah kepada hal-hal yang teknis.

“Ketika kita belajar komunikasi biasanya sampai pada level yang teknis. Seperti bagaimana mengukur terpaan media. Kalau ekonomi ada ekonomitri, kalau psikologi ada pengukuran-pengukuran dan observasi. Sementara dalam Studia humanika ini kita belajar tentang konsep-konsep dasar. Misalnya, apa itu fenomenalogi? Apa landasan filosofi fenomenologi sebagai metode? Tapi bagaimana riset detail fenomenologi itu dan turunannya tidak dibahas,” lanjut Salim.

Tema-tema Studia Humanika secara umum dibagi tiga. Pertama, fenomena sosial, contohnya seperti Beragama dalam Pergolakan Budaya. Kedua yaitu pemikiran tokoh, misalnya Mengupas Marxisme, Mengkaji Pemikiran Ibnu Rusyd, dan Slavoj Zizek. Ketiga tentang mazhab pemikiran, metodologi, dan berbagai studi seperti Studi Media, Fenomenologi, dan lain-lain.

Tema-tema yang sifatnya fenomena sosial, biasanya disiapkan untuk menjadi buku, sehingga rangkaiannya menjadi panjang dan pembicaranya pun banyak. Selain tema Beragama dalam Pergolakan Budaya, tema yang disiapkan menjadi buku adalah Kelisanan dan Literasi (tahun 2011) dan Media Budaya, Budaya Media (tahun 2012).

Sedangkan tema-tema yang sifatnya mazhab pemikiran atau pengenalan terhadap tokoh biasanya lebih ringkas. Sehingga produk akhirnya tidak sampai menjadi buku, tetapi menjadi kumpulan DVD rekaman kuliah.

Studia Humanika pertama kali dilaksanakan pada Oktober 2010 dengan tema Beragama dalam Pergolakan Budaya. Tema ini membahas kaitan agama dengan beragam aspek budaya seperti media, politik, ekonomi, film, dan lain-lain. Setelah itu ada banyak tema yang dibahas sepanjang 2010-2012.

Kuliah terakhir yang dilaksanakan pada 2012 adalah Media Budaya, Budaya Media yang total direncanakan sebelas pertemuan. Namun yang berlangsung hanya delapan pertemuan saja. Sisa tiga pertemuan yang tidak terlaksana, sedang diupayakan agar para pembicaranya menyerahkan  makalah saja.

Studia Humanika biasanya diadakan insidental tergantung tema yang diusung dan kapan pematerinya dapat mengisi. Namun, untuk tahun 2013 ini, Studia Humanika rencananya akan dirutinkan setiap hari Sabtu.

“Minggu pertama akan mengkaji tentang tokoh P.H.H Mustafa, minggu kedua tentang Interdisipliner Religion, minggu ketiga tentang Etika Produksi-Konsumsi, dan minggu keempat tentang Pemikiran Klasik Islam,” jabar Salim.

Studia Humanika: Menyajikan Tema-Tema Filosofis Tentang Humaniora from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Diklat Bea Guru: Cetak Guru Profesional Lewat Menulis

$
0
0
Beaguru

Suasana kelas Diklat Bea Guru (Foto: Ade Lukman)

Untuk kedua kalinya, Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Salman ITB mengadakan Diklat Bea Guru pada Kamis-Sabtu (24-26/1). Bertempat di GSS Salman. Peserta adalah guru honorer dari Madrasah Tsanawiah yang tersebar di seluruh Jawa Barat. Diklat Bea Guru kali ini mengambil tema “Guru Profesional, Guru Menulis”.

“Kita sering berfikir, punya gagasan dan punya ide. Namun, menulis itu sesuatu yang orang jarang mau lakukan.” Ujar Jam’ah Halid, ketua pelaksana Beaguru Salman yang ditemui di kantor LPP, usai penutupan acara tersebut Sabtu (26/1). Program Bea  Guru ini mengajak guru-guru honorer untuk meningkatkan kompetisi mereka melalui pembinaan yang berkelanjutan.

Selama tiga hari berturut turut mereka diberikan pembinaan sekaligus pemantapan materi penulisan untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada hari pertama Guru-guru ini diberikan materi awal yang memaparkan tentang bagaimana menjadi guru yang professional. Kemudian, hari kedua mempresentasikan langsung proposal PTK. Dan di hari ketiga di adakan workshop hasil produk berupa proposal riset yang telah mereka buat.

“Karena pengalaman kami dulu, ketika kita menyelenggarakan diklat tentang PTK  juga, ketika guru diminta follow up  dari kegiatan membuat tulisan, itu tidak ada. Semoga melalui kegiatan ini mereka bisa memulainya.” Papar Jam’ah.

Diharapkan dari Diklat Bea Guru ini, para guru bisa terbiasa menulis  dan mencatatkan semua yang di upgrade dari proses pengajaran mereka.

Dira, salah satu guru honorer yang mengikuti Diklat Bea Guru mengatakan, sangat terbantu dengan adanya Diklat Bea Guru. Ia semakin terbuka dan menyadari bahwa guru professional itu harus menulis.

Dari diklat kemarin, LPP Salman telah memilih 5 proposal terbaik yang akan ditindaklanjuti dan direalisasikan segera. Kedepannya diklat seperti ini akan semakin banyak diselenggarakan. Pada Desember tahun lalu Diklat Bea Guru diselenggarakan dengan tema IT.

 

Diklat Bea Guru: Cetak Guru Profesional Lewat Menulis from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Beasiswa Salman : Tidak Sekedar Menerima Uang

$
0
0
scholarship-300x219

Sumber: salmanitb.com

Beasiswa Salman kembali dibuka semester ini, dari sekitar 400 mahasiswa yang mendaftar, kemudian disaring menjadi 180 orang untuk di wawancara. Wawancara dilaksanakan dari tanggal 14-19 Januari 2013. Dari wawancara tersebut akan diambil 125 orang yang terdiri dari pendaftar lama (yang sebelumnya sudah mendapat beasiswa) dan pendaftar baru.

Ada kategori banyak jenis beasiswa yang ditawarkan Masjid Salman ITB, antara lain Beasiswa Ekonomi, Biaya Hidup, Pengajar Tutor, Pengajar Quran, Adzan, Wirausaha, Aktivis dan Riset. Setiap jenis beasiswa mempunyai ketentuan lain, misalnya untuk beasiswa biaya hidup diprioritaskan untuk mahasiswa ITB, sedangkan beasiswa riset diperuntukkan bagi mahasiswa jurusan Planologi, Teknik Lingkungan atau Sipil dari universitas manapun. Meski Masjid Salman adalah masjid kampus ITB, namun pendaftar beasiswa Salman tidak hanya dari ITB, perbandingan pendaftar ITB dan non-ITB 50:50, bahkan ada yang dari luar pulau Jawa.

Selain mendapatkan beasiswa (uang) setiap bulannya, nantinya akan ada pertemuan rutin untuk para penerima beasiswa. Pertemuan rutin berupa kegiatan usroh ba’da shubuh di Masjid Salman ITB. Pertemuan ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada para penerima beasiswa, bahwa uang yang mereka terima setiap bulannya adalah uang umat. Ada beban moral tersendiri, agar uang tersebut tidak disalahgunakan.
“Harapannya mereka bisa lebih berkontribusi di masyarakat dan membantu syiar Islam ke luar”, ujar Milaty Mustaqima (salah satu pewawancara Beasiswa Salman). Kontribusi itu bisa dalam bentuk kepedulian penerima beasiswa terhadap kondisi mushola/masjid di sekitar kos/rumah mereka.

Sumber dana beasiswa Salman yaitu dari Rumah Amal dan uang infaq di Masjid Salman. Adapun besarnya beasiswa dan kuota penerima beasiswa diperbarui setiap tahunnya pada pembahasan RKA YPM Salman ITB.

Beasiswa Salman : Tidak Sekedar Menerima Uang from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Family Gathering : Keluargaku dan Asramaku

$
0
0
asrama

Foto dari: flickr.com

Libur semester sudah selesai. Baru satu minggu perkuliahan kembali dilaksanakan di ITB. Namun uniknya, Jumat lalu (25/1) hampir semua orangtua anggota Asrama Salman datang ke Bandung. Mereka ternyata diundang ke acara Family Gathering yang diselenggarakan anak-anak Asrama Salman 25-26 Januari 2013.

Family Gathering merupakan program baru Asrama Salman yang diusulkan oleh anggota Asrama Salman periode 2012/2013. Tujuan dari acara bertema “Keluargaku dan Asramaku” ini adalah untuk menjalin silaturahmi dan memberi informasi tentang kegiatan yang dilakukan di Asrama Salman.

Acara pertama Family Gathering adalah penyambutan pada Jumat malam di GSG. Acara utama berlangsung pada hari Sabtu, mulai dari Usroh ba’da Subuh, pemutaran video profil penghuni asrama, presentasi kegiatan di asrama dan di kampus, serta penampilan dari penghuni Asrama Salman.

“Kegiatan yang baik, semoga acara ini dilanjutkan,” harap salah seorang keluarga ketika ditanyai pendapatnya mengenai family gathering. Kebanyakan yang hadir adalah mereka yang berdomisili di pulau Jawa, hal ini wajar mengingat kendala jarak dan waktu bagi mereka di luar Jawa.

Meski belum saling mengenal acara kekeluargaan Family Gathering berlangsung dengan baik. Hal ini terlihat dari senyum dan tawa yang kerap hadir sejak acara perkenalan (25/1). Keluarga asrama yang perempuan menginap di asrama putri, sedangkan keluarga asrama yang laki-laki menginap di asrama putra. Adapun jika ada anggota asrama putri yang membawa ayahnya, maupun sebaliknya, ada sistem LO untuk memudahkan komunikasi.

Suasana haru pecah saat sesi Usroh ba’da Shubuh. Ada seorang ibu yang menangis terharu, karena bersyukur anaknya bisa masuk ITB dan menjadi salah satu yang terpilih untuk tinggal di Asrama Salman. Setelah usroh, penghuni asrama dan keluarga sarapan pagi bersama setelah sebelumnya mengambil foto di tangga koridor timur.

Acara utama baru dimulai sekitar pukul 9.00 di GSG Salman. Acara dibuka dengan sambutan dari pengurus YPM Salman, Pak Syarif dan beberapa pengurus lain.

Video perkenalan anggota asrama dan presentasi kegiatan Masjid Saalman, diikuti sesi pertanyaan. Di sesi tanya jawab, satu demi satu keraguan terkikis. Pendapat masjid yang sempat dikabarkan menjadi “sarang teroris” adalah pendapat yang keliru. Karena di Salman, anak-anak asrama bukan sekedar belajar ilmu sesuai bidang/jurusannya, tapi juga belajar untuk melayani umat melalui kegiatan takmir. Mereka juga belajar membina diri melalui serangkaian pembinaan yang dilaksanakan.

Sesi sebelum zuhur di tutup dengan penampilan anak asrama berupa menyanyikan lagu asrama, dan hymne salman serta foto bersama. Makan siang bersama dan pembagian souvenir menjadi akhir dari acara formal Family Gathering. “Selanjutnya, dipersilahkan bagi yang mau jalan-jalan di ITB atau disekitar Bandung,” ucap Tito Febriyanto (Asrama Putra, MS10) selaku ketua panitia acara Family Gathering.

Family Gathering : Keluargaku dan Asramaku from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Moedji Raharto, “Mikirin Alam Semesta Nggak Ada Nganggurnya, Ya..”

$
0
0
Moedji Raharto. (Foto: Tristia R.)

Moedji Raharto. (Foto: Tristia R.)

Pagi menjelang siang pada Senin (21/1), anggota tim tafsir ilmiah Salman saling berargumen perihal pemetaan istilah-istilah kiamat. Perbedaan pendapat walau sedikit tidak dapat dihindari. Terdapat seseorang yang semangat berpendapat melalui ilmu kebahasaan yang dikuasainya. Terdapat pula yang berapi-api menekankan pentingnya manfaat mengaitkan kiamat dengan ilmu-ilmu sains.  Uniknya, bukan ketegangan yang meruncing, melainkan gelak tawa yang akhirnya lahir. Seolah mereka semua mafhum, perbedaan merupakan sunatullah  yang wajar.

Di antara segelintir yang hadir, tampak seorang pria bertemperamen tenang. Ia memang tak terlalu vokal menyuarakan pendapatnya. Sesekali ia berbicara, suaranya lirih. Namun betapa ia dihormati oleh anggota tim tafsir lain. Semua berkat keilmuannya yang mumpuni. Semangatnya dalam mengintegrasikan astronomi dan sains, mutlak tertera dalam tiap ucapnya. Moedji Raharto, begitu nama pria itu.

Seorang teman yang rajin mengikuti diskusi tafsir ilmiah menyarankan saya untuk mewawancarainya. Dosen Jurusan Astronomi FMIPA ITB ini pun bersedia untuk diwawancarai empat jam setelah diskusi tafsir Senin (21/1) berakhir. Ditemui di ruangannya di kompleks Jurusan Astronomi, Moedji  mulai memaparkan alasannya memilih astronomi.

“Dulu, waktu kecil, saya tertarik pada konfigurasi bintang-bintang. Saya suka melihat langit bersih di kota saya dibesarkan, Surabaya, pada saat itu,” papar pria kelahiran Blitar, 8 November 1954 ini.

Menurutnya, pada tahun 1960-an belum ada revolusi industri besar-besaran. Polusi cahaya pada malam hari pun tidak ada karenanya. Selain memandang langit, Moedji belia gemar melihat gambar-gambar terbaru mengenai ruang angkasa. Ia pun senantiasa mengikuti berita-berita mengenai kegiatan ruang angkasa. Barulah mulai SMA, Moedji mempelajari ilmu falak. Bagaimana cara mengetahui posisi matahari, kapan matahari terbit dan terbenam, pun dipelajari.

“Karena suka, akhirnya saya memutuskan untuk masuk jurusan Astronomi. Pilihan yang membuat orang bertanya-tanya, buat apa kamu masuk astronomi, kerjanya jadi apa?” papar Moedji menirukan pertanyaan orang-orang di sekitarnya.

Orang tua Moedji sendiri bahkan kurang setuju atas pilihan Moedji. Mereka lebih mengharapkan Moedji mengambil jurusan arsitektur, elektro, atau sipil. Alasannya, ketiga jurusan itu sedang gencar-gencarnya meluaskan lapangan pekerjaan. Namun, rupanya Moedji punya cara pandang lain menyoal prospek kerja dari astronomi.

“Saya berpikir, kayaknya mikir alam semesta nggak ada nganggurnya ya. Lagipula, yang belajar astronomi kan lebih dikit, jadi lapangan kerjanya banyak juga ya…,” ujar Moedji.

Tekad sudah mewujud sempurna dalam diri Moedji. Pelbagai halangan pun tak mempan menghentikan asa Moedji dalam mempelajari ilmu astronomi. Ia pun resmi menjadi mahasiswa Jurusan Astronomi ITB angkatan 1974.

Pertautan Moedji dengan Masjid Salman pun terjadi. Semua bermula ketika Moedji mulai berinteraksi dengan kawan-kawan yang semangat dalam usaha mengintegrasikan sains dan Islam. Kala itu, di Salman sendiri terdapat beberapa tokoh kunci seperti Imaduddin, Ahmad Sadali, Latief Aziz, Almarhum Ustad Nurdin, dan sebagainya.

“Pak Nurdin pernah menyuruh hal yang simpel seperti, tolong hitung ini gerhana seperti apa.. Ternayata memang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya fardhu kifayah…” paparnya.

Semenjak itu, Moedji mulai tertarik mengutak-atik ilmu astronomi untuk dikaitkan dengan Islam. Ia meminta berbagai buku tentang astronomi dari Departmen Agama. Sayangnya, penelusuran itu sempat tertunda akibat tesis dan disertasinya. Namun, kunjungannya ke Belanda untuk tugas akhir ternyata menggugahnya kembali untuk mengaitkan sains dan Islam.

“Di Belanda pada waktu itu, satu masjid bahkan dipakai tiga kali salat raya dari jemaah yang berbeda. Ada yang berkiblat ke Maroko, berkiblat ke Timur Tengah, bahkan ada yang berkiblat ke Indonesia,” ujarnya.

Moedji menginkan adanya pengembangan tafsir ilmiah. Ia menyadari terdapat pihak-pihak yang pro dan kontra perihal ide ini. Namun kalau begitu terus, ilmu pengetahuan dan bahkan Islam akan kontraproduktif. Bagi Moedji, Islam tidak mempertentangkan sains. Justru sains dibutuhkan untuk menyempurnakan amal ibadah kita.

“Bagaimana membuat lingkungan yang bersih, karena kebersihan dari iman.. kan perlu ilmu pengetahuan yang khusus,” papar Moedji. “Sekarang kan sedang heboh-hebohnya penggunaan vaksin meningitis yang mengandung Babi. Apakah tidak ada obat lain? Kalau kita tidak menguasai bidang itu, ya terpaksa darurat terus.”

Selain untuk penyempurnaan amal ibadah, bagi Moedji, sains adalah jalan untuk mengetahui kemahabesaran Allah. Bagaimana tata surya bekerja, bagaimana fenomena gerhana terjadi, bagaimana dinamika atmosfer, atau tabrakan antar batu semesta baginya sudah direncanakan oleh Allah SWT.

“Allah menciptakan itu semua pasti ada tujuannya. Allah menunjukkan banyak jalan untuk menunjukkan kemahabesarannya,” papar Moedji.

Persoalan lain dalam dunia sains bagi Moedji adalah adanya reduksi besar-besaran yang membatasi pertautan sains dan Islam. Jadinya dilematis. Orang yang mempelajari atom, atomnya dapat digunakan sebagai pemusnah massal. Sains seperti ekonomi, bahkan psikologi, dapat dipakai untuk memusnahkan manusia.

Purpose-nya ada yang digunakan untuk menciptakan kekacauan di masyarakat.”

Terdapat beberapa orang yang tidak suka dengan konsep alam semesta yang tercipta karena adanya Tuhan. Walaupun terdapat banyak argumentasi, tapi menurut Moedji itu tidak menyelesaikan masalah. Ia mencontohkan sistem kapiltalis. Pertama kali muncul, sistem kapitalis terlihat bagus. Namun berpuluh-puluh tahun kemudian malah kolaps.

“Manusia diajarkan untuk tidak sombong. kadang-kadang kita sok tahu, ilmu pengetahuan tentang semesta yang kita dapat hanya sebagian kecil..dan itu sesuatu yang luar biasa,” simpul Moedji. “Sedangkan Islam itu natural resources. Datangnya berasal dari wahyu Allah.”

Moedji Raharto, “Mikirin Alam Semesta Nggak Ada Nganggurnya, Ya..” from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

DP2Q-1: Tanamkan Nilai Quran Dalam Keseharian

$
0
0
SAM_0335

Kegiatan DP2Q unit Mata’ (Foto: Isabella Julia Putri

Majelis Ta’lim (Mata’) kembali menyelenggarakan Dauroh Pembinaan Pejuang Quran (DP2Q). Bertempat di NF Maribaya, Jumat-Ahad (25-27/1). Daurah ini ditujukan untuk mereka yang telah mendaftar unit Mata’ atau disebut Anggota Muda (AM) Mata’. Kegiatan ini rutin diadakan tiap semester ini.

Kegiatan ini merupakan puncak dari pembinaan yang rutin diadakan setiap pekan. Tidak hanya camping, peserta juga melakukan outbond. Berbeda dari DP2Q tahun-tahun sebelumnya, kali ini konsep DP2Q lebih menyatu dengan alam. Hal ini terlihat dari tidur di tenda dan materi yang disampaikan di ruang terbuka (gazebo).

Sekitar 25 orang mendaftar untuk mengikuti kegiatan DP2Q ini. Terbagi ke dalam 12 orang ikhwan dan 13 akhwat. Para peserta saling berinteraksi satu sama lain. Tidak ada rasa malu dan canggung. Mereka terlihat bangga menunjukan jati dirinya sebagai seorang muslim.

“ Diharapkan dari Dauroh ini peserta dapat menerapkan nilai-nilai dalam Al-Quran. Dalam perilaku sehari-hari dan aktif mengajak teman di sekitarnya untuk berislam dengan benar,” kata Ipah salah satu Panitia DP2Q.

Selain dikemas dalam bentuk ceramah, penyampaian materi juga dilakukan dalam bentuk aktivitas outdoor. Games angkatan dan outbond menjadi pemungkas acara. Kemudian, peserta bersama-sama merumuskan komitmen angkatan yang meliputi kehadiran di Pembinaan Pekanan dan amal yaumi.

Ahad (27/1) sekitar pukul 15.00 wib, peserta dan panitia DP2Q kembali ke Masjid Salman ITB. “Tetap istiqamah, jangan gampang puas, jaga ukhuwahnya karena sehebat apapun strategi dakwah tapi ukhuwah kader dakwahnya buruk, itu semua menjadi sia-sia” pungkas Ipah salah satu Panitia DP2Q.

 

DP2Q-1: Tanamkan Nilai Quran Dalam Keseharian from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami


Sumber Air Baru Masjid Salman ITB

$
0
0
BenQ Corporation

Pembuatan instalasi sumur baru Salman (Foto: Tarlani)

Suara bising terdengar dari mesin genset. Terpasang tepat di samping jalan menuju Masjid Salman ITB. Mesin itu ternyaat digunakan untuk membuat sumur baru Salman. Sumur yang akan menjadi sumber air bersih di lingkungan Salman.

“Sumur ini buat sumber air bersih Salman,” kata Sutisna selaku Kepala Bagian Teknisi dari BRT Masjid Salman ITB, Jum’at (25/01). Selain itu, instalasi air yang sudah ada kerap kali dirundung masalah. Sehingga pasokan air bersih di Salman berkurang.

Salah seorang alumni Salman pun turut berpartisipasi dalam mengatasi masalah air di Salman. “Ada bantuan dari alumni asrama yaitu kang anwar,” tambah bapak yang kerap disapa Pak Entis ini. Sumur baru juga akan menjadi back up sumur yang sudah ada.

Menurut Pak Entis, sering sumur yang lama tertutup lumpur. Selama sumur dikuras membutuhkan air cadangan sebayak 16 tangki. Dari tangki-tangki itulah air mengalir, memenuhi kebutuhan air di lingkungan Masjid Salman.

Sumur yang sekarang di bor kedalamannya mencapai 70 meter. Pembuatan sumur baru berada 10 meter dari sumur lama. Karena tidak berfungsi secara maksimal, pipa pada sumur lama diangkat berikut mesinnya untuk diperbaiki.

Pembuatan sumur baru ditargetkan selesai pada minggu ini. “Harapannya semoga dengan penambahan sumur baru dan peremajaan instalasi air ini kita tidak ada masalah dengan air lagi di salman,” pungkas Pak Entis dengan nada optimis.

 

 

 

 

 

 

Sumber Air Baru Masjid Salman ITB from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Memoar Kegiatan Karisma Coco Camp

$
0
0

Oleh: Selma Nur Fauziah

Foto: Selma Nurul Fauziah

Foto: Selma Nurul Fauziah

Liburan merupakan waktu yang paling mengasyikan dan ditunggu-tunggu oleh semua kalangan, terutama anak sekolah. Namun di zaman modern ini biasanya mereka mengisi liburan hanya dengan duduk di depan laptop, komputer, atau handpone. Karisma Camp adalah salah satu solusi yang menawarkan siswa SMP, SMA, dan sederajat untuk berliburan seru ala Karisma. Liburan bermanfaat berisikan mentoring, wide games, training motivasi, muhasabah, dan kunjungan ke tempat wisata.

Untuk akhir tahun ini 2012 ini, Karisma mengadakan program Coco Camp. Program ini merupakan jenis Karisma Camp yang tujuannya yaitu mengisi liburan adik-adik dan mengarahkan mereka di akhir tahun 2012 untuk mempunyai mimpi di tahun 2013. Pantai Ujung Genteng Sukabumi dipilih menjadi tempat berlangsungnya acara Karisma Camp 32.1 . Dengan tema ‘Learn from The Past to Create The Future’, panitia telah menyiapkan rangkaian acara selama 4 hari 3 malam.

Keberangkatan adik dimulai pada tanggal 23 Desember 2012 sekitar pukul 01.00 dini hari dengan 2 bis pariwisata. Perjalanan ditempuh selama 9 jam. Hari pertama ini diisi dengan pengakraban dan pembagian kelompok di siang hari. Malam harinya adik mengikuti Muhasabah dari BKT (Badan Koordinasi Training) Karisma tentang kematian dan yaumul akhir.

Esok harinya semua bermain di pantai dan mengikuti training motivasi. Training ini bertujuan agar adik lebih mengenal dirinya sendiri dan membuat “100 Mimpi untuk 2013” dengan teknik bayangkan-renungkan-simpan-tulis. Selain itu, di hari ke dua ini, kami berkunjung ke tempat penangkaran penyu. Jarak dari penginapan sekitar 4 km, hal ini ditempuh dengan berjalan kaki dan melewati pos-pos pengembangan diri. Beberapa adik ada yang demam karena kelelahan. Namun, panitia medik telah menyiapkan obat-obatan yang dibutuhkan.

Sampai hari ke empat, adik-adik masih bersemangat dan makin memperlihatkan kekompakannya dengan kelompok masing-masing. Jika ada waktu kosong mereka melanjutkan lagi menuliskan 100 mimpinya dan berkumpul dengan kakak mentor masing-masing. Pukul 10.00 mereka dibawa ke cagar alam yang berada 2 km dari penginapan. Di sana panitia telah menyiapkan pos-posan bertemakan ‘Berani Bermimpi’. Dengan berbagai permainan yang disajikan, pembina menyampaikan hikmah dibalik permainan tersebut. Sebelum pulang ke penginapan, mereka membuat sebuah figura dari duplex dan berkreasi dengan benda-benda yang ada di pinggir pantai. Hasilnya,ada yang hanya menabur pasir sampai memilih cangkang kerang dan rumput laut dengan teliti untuk hiasannya.

Lembayung telah menghiasi pantai dengan warnanya yang menawan, tanda malam segera datang. Sebagian panitia telah menyiapkan arang dan pembakaran, sebagian lagi memasak di dapur. Ya, di malam terakhir ini acaranya dalah bakar ikan dan malam keakraban. Setiap adik bisa membakar satu ikan mereka dan menambah keakraban baik dengan pembina maupun sesama adik.

Belum sempat ayam berkokok, kami sudah melewati satu acara penuh haru. Muhasabah yang dibawakan pembina dini hari serta video pesan-pesan dari orangtua adik telah mengingatkan kita semua akan jasa-jasa orangtua. Hal ini semakin terasa saat kita semua jauh dari orangtua. Setelah salat subuh dan menntoring, adik kembali dikumpulkan di lapangan rumput sebelah utara. Saatnya Pentas Seni! Semua kelompok memberikan penampilan terbaiknya, ada yang musikalisasi puisi, vocal group, juga drama.

Tidak terasa inilah hari terakhir dari rangkaian acara Coco Camp. Beberapa adik mengatakan ingin tetap terus disiini dan acaranya harus ditambah harinya. Padahal di awal ada yang sampai homesick, karena baru pertama kali berpisah jauh dengan orangtuanya. Setelah sarapan dan beres-beres, kami pun meninggalkan penginapan dan melaju menuju kota sukabumi. Setelah 6 jam perjalanan, kami transit di daerah Bayangkara Kota Sukabumi untuk salat dan ke toko oleh-oleh. Dan perjalanan pun berakhir di Salman sekitar pukul 9 malam. [Tr]

Memoar Kegiatan Karisma Coco Camp from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Maulid Nabi: Meneladani Kepemimpinan Rasulullah

$
0
0
zulchizar.wordpress.com foto

Foto dari zulchizar.wordpress.com

Banyak orang yang mengingat Maulid Nabi bukan pada hakikat mengingat kenabian Nabi Muhammad, tapi hanya sekadar mengingat kelahiran Muhammad yang waktu itu belum diangkat menjadi Nabi. Seharusnya, kalau memperingati Maulid Nabi, akan lebih tepatnya mengingat 22 tahun perjuangan Rasulullah membangun Islam. Jadi, mengingat Maulid Nabi itu bukan hanya ketika tanggal 12 Rabiul Awal saja, melainkan setiap hari.

Kurang lebih seperti itulah awal percakapan Salman Media ketika mewawancarai K.H. Saiful Islam Mubarak mengenai hakikat Maulid Nabi Muhammad 1434 H kemarin (25/1). Ditemui selepas mengisi siaran malam di MQ TV pukul 20.40. Tidak terlihat aura letih dari beliau yang sudah beraktivitas seharian tadi.

Beliau melanjutkan, selain mengingat kenabian Muhammad, kita juga perlu merenungi kemimpinan Rasulullah. Kepemimpinan yang ada pada Nabi Muhammad merupakan gerakan kalbu melihat kondisi masyarakat ketika zamannya. Muhammad Saw membaca kehidupan umatnya, sehingga sering melupakan keluarganya. “Tapi keluarganya sudah siap dengan hal tersebut, karena Rasulullah telah membina keluarganya terlebih dulu sebelum terjun memikirkan umat,” papar kyai yang biasanya dipanggil Ustaz Saiful ini.

Rasul saat ingin menghayati keadaan umatnya, sampai melakukan pengorbanan diri. Mulai dari berpergian jauh dari Mekkah, naik ke Gunung Jabal Nur, masuk ke dalam Gua Hira, lalu merenung di sana hingga saat wahyu Allah turun kepadanya. Tentunya hal ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

Turunnya wahyu pertama kepada Rasul, ‘iqro, bismirabbikallazi khalaq’, merupakan wujud bimbingan Allah kepadanya. Ayat ini mengarahkan beliau membaca ciptaan-Nya dengan benar. “Jelas niat, jelas tujuannya. Tidak terpengaruh dengan apa yang ada di perjalanan,” timpal beliau menjelaskan bagaimana sosok pemimpin yang meneladani Rasul.

Mengingat Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat (Pilkada Jabar) yang akan berlangsung bulan depan, Salman Media merasa tergelitik untuk bertanya bagaimana pendapat ustaz yang dahulu sempat menjadi anggota DPRD Jawa barat ini. Beliau menjawab, sebelum memutuskan pilihan kepada salah satu calon, lakukanlah istikharah. Biar masyarakat serahkan kepada apa yang terbaik menurut Allah. Allah lebih tahu siapa yang lebih bagus untuk masa depan umat. Rasulullah Saw juga bersabda, “Tidak akan rugi orang yang mengerjakan istikharah dan tidak akan menyesal orang yang istisyarah (bermusyawarah).

Tentulah yang harus dipilih sebelumnya adalah pemimpin atau imam yang adil. Adil di sini berarti adil kepada Allah, masyarakat, dan dirinya sendiri. Selain itu, harus juga adil antara masalah dunia dan masalah akhirat. Banyak orang yang menilai adil itu sepihak, hanya dalam ranah materi saja. Padahal adil secara materi tanpa memperhatikan perbuatan rohani tidak dapat dikatakan sebagai adil.

Bahkan, Allah menjelaskan seperti apa sosok pemimpin yang akan membawa perubahan di dalam surat Ar-Ra’du ayat 11, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”. Kata ‘anfus’ dalam ayat itu mengacu pada sesuatu yang ada di dalam diri manusia yang cenderung tak terlihat dan tak dapat terukur seperti akidah dan akhlaknya. Jadi, pemimpin yang dibutuhkan ialah pemimpin yang baik dalam lahir dan batinnya yang akan membawa perubahan dari sana.

Rasul juga menegaskan tentang rasa tanggung jawab seseorang sebagai pemimpin. Apabila setiap muslim merasa tanggung jawab, berarti ia akan siap menegur dan juga siap ditegur. Intinya, adanya ‘watawa saubil haq, watawa saubil sabr’ atau saling menasehati dan mengingatkan dalam jiwa pemimpin itu. “Rasul yang maksum saja masih meminta pendapat pada sahabat,” tutup K.H. Saiful Islam Mubarok mengakhiri percakapan dengan Salman Media. [GR]

Maulid Nabi: Meneladani Kepemimpinan Rasulullah from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Fenny Mustofa, Founder Shafira: “Fashion adalah Jalan Dakwahku”

$
0
0

Oleh: Aliya Nur Zahra

Para pembina Karisma tengah berfoto bersama Fenny Mustofa.

Para pembina Karisma tengah berfoto bersama Fenny Mustofa.

Setelah bersilaturahmi dengan Pak Hamid Batubara, CEO PT. Chevron Pacific Indonesia, kini KARISMA ITB kembali berusaha memanjangkan rezeki dengan mengunjungi alumninya (Sabtu, 19/1) yang merupakan Founder Shafira, produk fesyen Muslim dan Muslimah yang kini cabangnya sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Pertemuan kali ini dilaksanakan di S28 Café, Jalan Sulanjana yang ternyata terletak tepat di samping showroom Shafira. Bu Fenny Mustofa datang dengan penampilan yang fashionable dan senyum cerah di wajahnya.

Pada kesempatan kali ini, beliau tak segan untuk berbagi kisah semasa beliau menjadi aktivis Masjid Salman hingga terintisnya Shafira, kepada kami.

Ternyata, pribadi Ibu Fenny yang pendiam dan tidak banyak bicara, bertolak belakang dengan amanah beliau di KARISMA ITB. Beliau aktif di Departemen Sosial KARISMA ITB yang tentunya sering berinteraksi dengan masyarakat. Ketika terjun untuk menolong masyarakat yang terkena bencana alam, mungkin tidak menjadi masalah besar buat beliau. Namun ternyata ada pekerjaan Departemen Sosial yang menjadi tantangan untuk beliau. Departemen Sosial ternyata menjadi ‘kotak curhat’ para Pembina KARISMA ITB di zaman itu. Mau tidak mau, tentu beliau harus mendengarkan dan memberi masukan-masukan kepada si pemberi curhat.

“Saya harus dakwah, tapi gak bisa bicara banyak karena memang orangnya pendiam,” tutur beliau.

Beliau pun mengaku bahwa dulu banyak pembina akhwat yang mengutarakan masalah-masalah seputar jilbab atau masalah keakhwatan lainnya. Hingga akhirnya, ketika beliau berkenalan dengan dunia desain fashion, beliau memutuskan bahwa inilah dunia yang akan digelutinya untuk berdakwah (dunia desain dan fashion). Ibu Fenny ingin menyampaikan secara tersirat kepada para wanita pesan menutup aurat yang telah diperintahkan oleh Allah dalam surat An-Nuur itu.

Berbagai langkah untuk merintis Shafira pun beliau tempuh, mulai dari belajar mendesain pakaian, mencari relasi, dan tentunya mencari nama yang tepat untuk produk fashion-nya. Akhirnya cerita di balik layar pemilihan nama Shafira pun keluar. Ketika itu, seusai sholat Ashar di Salman, Bu Fenny berehat sejenak menikmati angin sore di koridor Masjid Salman. Pikirannya melayang memikirkan apa nama yang tepat untuk produk dakwahnya ini. Saat brainstorming itulah, pandangan Bu Fenny terpaku pada tulisan arab ‘shaf’ sebagai penanda barisan sholat. Shaf, artinya barisan.

Dalam hal sholat, wanita menempati shaf kedua, setelah laki-laki. Begitu pula dalam peperangan, barisan wanita, ekonomi, masak-memasak, juga berada di barisan kedua setelah barisan para pejuang. Akhirnya, tercetuslah nama itu, Shafira (Shaf-ira), yang identik dengan nama wanita. Namun, karena pada era 80-an jilbab merupakan suatu yang tabu, maka ketika beliau ditanya arti nama Shafira, beliau hanya menjawab, ‘Shafira itu dari batu Safir. Batu yang indah, mulia, elegan, dan mahal. Maka saya ingin menunjukkan bahwa wanita itu mulia dan ‘mahal’. Oleh karena itu, ia patut dihargai’. “Padahal arti sebenarnya bukan seperti itu, “ akunya.

Bicara soal belajar ilmu desain, Ibu yang merupakan lulusan STKS Bandung ini mengaku mendalami ilmu desain secara otodidak. Baru setelah Shafira memiliki cukup dana untuk menggaji desainer, Ibu Fenny tak lagi terjun langsung ke ranah desain. Kini, desain produk Shafira yang menawan, merupakan hasil kreasi tangan-tangan tim kreatif Shafira.

Uniknya, ternyata kebiasaan beliau dan beberapa temannya sesama aktivis Salman ketika kuliah dulu tak jauh berbeda dengan aktivis Salman sekarang. Beliau mengaku dulu Salman itu bagaikan rumah pertama. Intensitas beliau berada di Salman lebih besar ketimbang di tempat kost. Pun seringkali beliau menginap di balkon Masjid Salman ITB karena tidak berani pulang malam. Ketika beliau menceritakan hal ini, kami hanya bisa tersenyum-senyum mengingat kejadian serupa masih sering terjadi di antara mahasiswa-mahasiswi aktivis Salman ITB.

Banyak sekali hikmah yang bisa kita petik dari kisah silaturahmi kali ini. Bahwa dakwah bukan merupakan suatu laguna yang sempit. Ia bagaikan lautan yang luas, yang menjamah ribuan kilometer daratan. Tak ada alasan untuk berhenti berdakwah walaupun kita memiliki suatu kekurangan. Justru kekurangan itulah yang akan menantang sanubari kita demi menemukan jalan terbaik untuk berdakwah. Dakwah bisa ditempuh dengan banyak jalan, disesuaikan dengan bahasa si penerima pesan, disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini. Dan tentunya, tak perlu takut skill hidupmu akan berkurang, karena tak ada larangan pula untuk berdakwah sesuai passion-mu.[Tr]

Fenny Mustofa, Founder Shafira: “Fashion adalah Jalan Dakwahku” from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Kajian Ba’da Dzuhur: Cemal-Cemil Bergizi untuk Rohani

$
0
0
Suasana khusyuk saat membaca al-Qur'an bersama-sama. Sumber: Dok. DPD Salman ITB

Suasana khusyuk saat membaca al-Qur’an bersama-sama.
Sumber: Dok. DPD Salman ITB

Kala waktu salat zuhur usai, rupanya tak hanya kantin Salman yang dijadikan tempat berkunjung favorit para mahasiswa. Beberapa laki-laki dan perempuan muda sudah duduk rapi di koridor utara masjid. Sama seperti mahasiswa-mahasiswa yang berkunjung ke kantin, mereka juga menunggu “makanan” yang siap “disantap”. Bukan, bukan makanan yang masuk lewat mulut lalu berakhir di lambung. Tapi makanan yang masuk lewat telinga, kemudian berakhir di hati dan otak mereka.

Ya, Kajian Ba’da Dzuhur  dari Bidang Takmir Bidang Dakwah Salman ITB memang menyediakan “kudapan” khusus untuk mengisi “lambung” rohani para pesertanya.Mengapa dilaksanakan setiap Ba’da Dzuhur? Alasannya sederhana. Oleh karena diadakan pada jam istirahat siang, waktu pengajian sengaja diatur agar tidak terlalu lama. Materi yang diberikan pun tidak terlalu berat. Pemberiannya secara tematik; setiap hari memiliki tema materi yang berbeda-beda.

“Karena jamaah ba’da dzuhur itu agak banyak. Jam satu itu ada yang nunggu masuk lagi kuliah. Makanya itu di-settingnya gak terlalu lama, gak sampai satu jam. Sepuluh menit, atau bahkan ada yang dua puluh menit,” jelas Ustadz Ade Mastur selaku Koordinator Program Kajian Ba’da Dzuhur pada hari Kamis (31/1) lalu.

Pengajian yang sudah berjalan selama 3 tahun ini memang ditujukan untuk mengisi waktu para mahasiswa yang sedang istirahat siang. Itulah mengapa, pengajian ini diadakan pada hari-hari kerja saja.

“Karena kalau hari libur kan tidak ada orang,” tutur Ustadz Ade sambil tertawa.

Setiap hari memiliki tema materi yang berbeda-beda. Hari Senin khusus untuk mahasiswa-mahasiswa yang ingin memperbaiki bacaan al-Qur’an. Hari Selasa, pemateri memberikan materi Sirah Nabawiyah, atau kisah perjalanan Rasulullah SAW. Lalu pada hari Rabu, materi diambil dari kitab Riyadhus Shalihin atau Taman Orang-Orang Soleh. Dan terakhir, pada hari Kamis, materi diambil dari kitab Hadits Shahih Bukhari.

Tak sekedar “diberi makan”, peserta juga diberi kesempatan untuk mendiskusikan materi dengan pembicara. Bila waktu yang disediakan sudah habis, pembicara dengan senang hati akan menyediakan waktu tersendiri seusai acara ditutup.

Pemateri yang datang setiap hari juga berbeda-beda. Beliau-beliau merupakan anggota Korps Da’i Salman ITB. Ustadz Ade mengaku tidak pernah mendatangkan atau mengundang tamu khusus sebagai pemateri.

“Dulu pernah kedatangan tamu beberapa kali, ada yang dari Timur Tengah membahas soal Palestina, dan lain-lain. Waktu itu oleh kita disiapkan penerjemahnya. Tapi selebihnya tidak pernah mendatangkan pemateri tamu,” ujarnya.

Adanya program Kajian Ba’da Dzuhur merupakan salah satu wujud pembuktian misi Salman ITB untuk membudayakan budaya masjid pada masyarakat, khususnya mahasiswa dan masyarakat di sekitar Salman. Bagaimana caranya agar waktu-waktu yang dihabiskan di dalam masjid tidak pernah kosong? Walaupun waktu pelaksanaannya tidak lama, pengajian ini cukup mengisi waktu-waktu kosong tersebut. Setidaknya mahasiswa sempat ngemil sedikit materi-materi yang dapat mencerahkan rohani mereka.

Belum puas dengan program yang sudah berjalan, Ustadz Ade berencana akan memberikan hal-hal baru dalam kegiatan ini. Misalnya mencetak materi ke dalam bentuk pamflet atau selebaran, dan menyebarkannya ke khalayak Salman. Ustadz Ade juga berencana untuk mempublikasikan agenda kegiatan serta materi-materi tersebut ke website Salman ITB.

Adanya program Kajian Ba’da Dzuhur merupakan salah satu wujud pembuktian misi Salman ITB. Misi tersebut yaitu untuk membudayakan budaya masjid pada masyarakat, khususnya mahasiswa dan masyarakat di sekitar Salman. Selain itu, program ini menyiasati bagaimana caranya agar waktu-waktu yang dihabiskan di dalam masjid tidak pernah kosong? Walaupun waktu pelaksanaannya tidak lama, pengajian ini cukup mengisi waktu-waktu kosong tersebut. Setidaknya mahasiswa sempat ngemil sedikit materi-materi yang dapat mencerahkan rohani mereka.

Mahasiswa, yang disebut-sebut sebagai calon pembangun bangsa , lebih baik memang mengisi waktu luang dengan kegiatan berguna. Bukankah asyik menunggu waktu istirahat sambil mendengarkan kajian-kajian Islami bermanfaat? Perut kenyang, otak dan rohani juga kenyang!

 

Kajian Ba’da Dzuhur: Cemal-Cemil Bergizi untuk Rohani from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

K.H. Saiful Islam Mubarok: Salman, Wadah Pemaduan Ilmu Alam dan Alquran

$
0
0

edit ustaz saiful

Saat itu malam mulai larut. Tapi tidak melarutkan semangat lelaki paruh baya itu menyambut Salman Media untuk mewawancarainya (25/1). Walaupun sebelumnya baru saja melakukan siaran di MQ TV, Ustaz Saiful –begitu biasanya beliau dipanggil, tetap melayani pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan seputaran dirinya dengan Masjid Salman. Wawancara ini dilakukan Salman Media di dalam mobil sembari mengantar beliau pulang ke rumahnya di Jalan Riung Bandung, cukup jauh dari MQ TV yang berada di Jalan Gegerkalong.

K.H. Dr. Saiful Islam Mubarak, Lc., M.Ag., itulah nama lengkap sosok yang belum lama ini menyelesaikan program doktoral Hukum Islam dan Pranata Sosial di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD). Kyai yang dilahirkan pada tanggal 16 Syawal 1377 H (5 Mei 1958), sudah aktif mengisi kajian rutin ke-Alquran-an sejak tahun 90-an di Masjid Salman. Tak ayal lagi, baginya Salman merupakan tempat yang telah lama dikenalnya.

Kyai yang menjadi pimpinan Pondok Pesantren Tinggi MAQDIS ini dikenal sebagai sosok yang rutin mengisi kajian ‘Seni Berinteraksi dengan Alquran’ selama beberapa tahun belakangan. Tepatnya, pada Kajian Sabtu Dhuha pada minggu ketiga setiap bulan di Masjid Salman. Beliau membahas mulai dari seni tilawah, tadabur, bahasa, sampai ke huruf-huruf yang ada di Alquran tersebut. Pada tahun 2013 ini, tema yang diusung kajian beliau tersebut telah diganti menjadi ‘Bersahabat dengan Alquran’.

Mengapa kita perlu berinteraksi dengan Alquran? Beliau menjawab, dalam suatu hadits dinyatakan bahwasanya Alquran saat hari kiamat nanti akan memberi syafaat. Kepada siapa? Ya, tentunya kepada yang dianggap sahabat oleh Alquran. Lalu, siapakah sahabatnya itu? Sahabat Alquran adalah mereka yang selalu berinteraksi dengannya. Tidak mungkin seseorang akan menjadi sahabat apabila tidak ada saling interaksi.

Kepada orang yang ikhlas dalam berinteraksi dengan Alquran, Allah memberikan kenikmatan yang lebih hingga tidak dapat diukur. Begitupun saat seseorang mengajarkan Alquran kepada orang lain. “Saya sebagai orang yang diminta Salman untuk mengisi kajian ke-Alquran-an, tentunya hanya bisa sedikit demi sedikit mengajarkan ilmunya. Allah yang Maha Tahu,” ujar lelaki yang pernah menempuh pendidikan sarjana di Universitas Al-Azhar Kairo ini.

Di mata Saiful Islam, Salman adalah masjid umat muslimin seperti pada umumnya. Tapi menurutnya, Salman memiliki nilai lebih karena merupakan masjid kampus. Tentunya, sebagai masjid kampus, Salman harus membina kader-kader dakwah Islam. Terutama yang berhubungan dengan Alquran. Apalagi, Masjid Salman tak hanya dikenal oleh masyarakat Bandung dan Jawa Barat saja, tetapi sudah dikenal juga dipenjuru Indonesia.

Bapak dari lima anak ini memiliki kenangan tersendiri selama aktif memberikan kajian di Masjid Salman. Pada sekitar tahun 90-an, saat beliau dahulu mengisi kajian, jamaah Masjid Salman yang mengikuti kajian sampai keluar ke pelantaran masjid saking ramainya. “Sekarang mungkin kondisi sudah berbeda. Cara masyarakat mendapatkan ilmu sudah berubah, bahkan bisa dari kamar masing-masing. Namun, ini tidak berarti kemunduran umat, tapi metode yang dipakai kian berkembang,” ungkapnya.

Beliau mempunyai harapan besar pada Masjid Salman untuk melahirkan kader-kader yang dapat mewujudkan visi dan misi Salman. Memadukan kajian alam atau ilmu sains dari kampus ITB dengan kajian ke-Alquran-an dan nilai-nilai Islam yang diusung Masjid Salman. Tentunya, kedua ilmu tersebut adalah imu dari Allah yang harus digunakan untuk ibadah. Kedua ilmu tersebut, ilmu alam dan ilmu agama, sesungguhnya merupakan ilmu yang saling berkaitan dan membuktikan bahwa Islam merupakan agama yang menyeluruh.

Tak terasa waktu sudah lewat dari pukul 21.00, penanda malam semakin larut dan perjalanan yang cukup lama. Salman Media pun mengakhiri wawancara sembari menunggu mobil tiba kediaman beliau. Semoga apa yang diharapkan beliau agar Masjid Salman terus menjadi wadah pemadu antara ilmu alam dan ilmu Alquran terwujud. Aamiin.

K.H. Saiful Islam Mubarok: Salman, Wadah Pemaduan Ilmu Alam dan Alquran from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Aerobik Boleh-Boleh Saja, Tapi Berhati-Hatilah!

$
0
0
Foto dari: dprd-sidoarjokab.go.id

Foto dari: dprd-sidoarjokab.go.id

Siapa sih yang tidak kenal dengan olahraga aerobik? Olahraga yang memadukan antara senam dengan musik ini bisa dibilang salah satu olahraga kegemaran masyarakat. Aerobik biasanya diikuti oleh kaum perempuan, mulai dari usia remaja hingga yang sudah lanjut usia. Wajar jika banyak yang menggelar kegiatan aerobik bersama di berbagai tempat. Yang sering terlihat biasanya di lapangan parkir pusat perbelanjaan, lapangan kompleks perumahan, atau di tempat-tempat terbuka lainnya. Penyelenggara kegiatan selain mematok biaya murah (biasanya dari Rp3000,- sampai Rp8000,-), juga menarik perhatian masyarakat dengan adanya doorprize berhadiah menarik.

Aerobik memang tidak membutuhkan keahlian-keahlian khusus. Gerakan-gerakan yang dilakukan pun terbilang sederhana. Walhasil banyak yang menjadikan aerobik sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan bersama-sama, baik tua dan muda, juga laki-laki dan perempuan. Poin terakhir seringkali menjadi masalah yang diperhatikan kaum akhwat. Apalagi jika ada gerakan-gerakan yang kurang nyaman dilakukan dengan adanya kehadiran kaum pria bersama mereka. Ustadz Muhammad Yajid Kalam, Manager Bidang Dakwah  Salman ITB memiliki pandangan tersendiri.

“Kalau melihat aerobik di pinggir jalan itu saya melihatnya dari pandangan Islam agak riskan. Karena gerakannya. Gerakannya yang ada itu cenderung sudah melanggar etika untuk sebuah forum yang laki-laki dan perempuannya bersama-sama. Dari visualnya itu ada beberapa gerakan yang menurut saya tidak layak dalam sebuah forum yang di sana bercampur antara laki-laki dan perempuan,” tuturnya saat diwawancara di sekretariat Divisi Pemberdayaan dan Dakwah Salman ITB, Senin (28/1) lalu.

Pandangan tersebut ia kemukakan karena di olahraga aerobik di tempat terbuka sangat beresiko bagi pihak perempuan dan laki-laki dalam hal menjaga nafsu. Apalagi pakaian yang digunakan instruktur yang biasanya perempuan sering kali tidak mengindahkan etika dan tidak menutup aurat.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sarah Shabrina (21 tahun), salah satu akhwat penikmat olahraga aerobik. “Dan kalau seumpamanya instrukturnya diganti jadi cowok pun, tetep aja kan yang senamnya kebanyakan ibu-ibu atau perempuan. Takutnya jadi zina mata tuh hehehe…” katanya. Untuk menghindari hal tersebut, Sarah memilih untuk berolahraga aerobik di ruangan tertutup, yang memang dikhususkan untuk akhwat saja.

Halimah (17 tahun) mengutarakan hal senada. Ia juga lebih suka berolahraga di ruangan tertutup, tanpa tercampur dengan kaum laki-laki. Saat ditanyai soal aerobik di tempat terbuka, Halimah menjawab, “Gak suka diliatin, bagian dari pelecehan seksual, apalagi kalau instruktur di depan pake baju ngetat, cewek,” ujarnya.

Masalah aurat memang menjadi titik sensitif yang sering bermasalah bagi para akhwat yang ingin berolahraga dengan tenang. Apalagi jika kegiatan olahraga tersebut dilakukan di tempat terbuka. Meski begitu, menurut Ustadz Yajid, selama dilakukan di ruangan tertutup yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan, aerobik sah-sah saja dilakukan. Meski begitu bila harus melakukannya di tempat terbuka, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

“Kalau sedemikian terbuka, laki-laki dan perempuan bercampur, pertama pakaiannya tolong diperhatikan. Jangan sampai menggunakan pakaian-pakaian yang menampakkan lekak-lekuk tubuh. Dan jangan menggunakan pakaian yang kalau basah jadi transparan. Terus yang ketiga dari sisi gerakan. Mungkin jangan terlalu banyak loncat-locatnya atau jangan terlalu banyak gerak pinggulnya. Apalagi kalau tidak menggunakan pakaian yang sesuai syariat Islam. Buat laki-laki itu sangat bermasalah,” terang Ustadz Yajid sambil tertawa.

Dalam pandangan Islam sendiri, olahraga merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan. Ustadz Yajid menjelaskan bahwa Islam mengajarkan orang untuk hidup sehat, untuk menjaga dan memelihara tubuhnya. Tubuh merupakan anugerah dari Allah SWT, kalau diabaikan berarti kita tidak bersyukur. Mengenai aurat, ukurannya sangat subyektif. Solusinya harus ada keinsyafan dari kedua belah pihak. Sederhananya, bila mulai merasa tidak nyaman, sebaiknya ditinggalkan saja.

So, bagi penggemar aerobik, dalam Islam olahraga boleh-boleh saja. Asalkan tetap menjaga hijab agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bagaimanapun juga, aerobik memiliki banyak manfaat bagi tubuh, sekaligus menyenangkan untuk dilakukan. Selamat beraerobik ria!

Aerobik Boleh-Boleh Saja, Tapi Berhati-Hatilah! from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami


Persiapan Tiap Divisi Untuk Mentoring PAS Satu Semester Kedepan

$
0
0
suasana raker di paving Block Salman ITB (Foto: Ade Amat Sanidin)

Suasana raker di paving Block Salman ITB (Foto: Ade Amat Sanidin)

Ada yang lain dengan suasana Masjid Salman ITB pada hari ahad lalu. Biasanya ada banyak kegiatan memenuhi pelataran Masjid Salman ini. Lapangan rumput, paving block, dan taman ganesha penuh oleh kegiatan anak-anak sampai orang tua. Kali ini Salman ramai oleh kakak-kakak Pembinaan Anak-anak Salman (PAS) ITB yang tengah melakukan Rapat Koordinasi (Rakor).

Bukan hanya PAS, bahkan unit-unit Salman lain sedang mempersiapkan rencana-rencana kegiatan yang mulai dilaksanakan pada bulan Februari mendatang. Rakor yang dilakukan PAS lain dari biasanya. Pasalnya ada dua kali pertemuan dalam rakor semester 58, periode 30 ini.

Pada rakor sesi pertama dilakukan pada ahad (27/1). Intinya adalah untuk peresmian simbolik kakak-kakak PAS semester 58 yang baru bergabung dengan PAS ITB. “Memaksa Kakak agar kumpul untuk merumuskan proker (program kerja) bersama-sama,” kata Dede Ridwan (Kak Deri, kakak PAS semester 58). Menurutnya, agar proker tersusun secara matang maka perlu dirumuskan bersama-sama seluruh anggota tiap divisi.

Unit PAS memiliki lima sub divisi dibawah pengurus utama yaitu, Sekbid (Sekretariat Bidang) Mentoring, Sekbid Nomentoring, Sekbid Club, Sekbid Bendahara, dan Sekbid Sekertaris. Setiap sekretariat bidang pun memiliki divisi dibawahnya.

Sekbid Mentoring membawahi divisi SD dan divisi TK. Divisi inilah yang menjadi jantungnya PAS. karena pembinaan yang biasa dilakukan objeknya merupakan adik-adik SD dan TK. Sedangkan sekbid Non Mentoring terdiri dari divisi-divisi yang bukan mentoring, seperti divisi Media. Divisi Media merupakan divisi yang membuat media-media penujang saat mentoring berlangsung.

Selain itu, adapun divisi Internal. Divisi ini berperan untuk mempererat ukhuwah antar kakak Pas dan sebagai gatekeeper sekretariat PAS agar tetap bersih dan rapih. Divisi lainnya yaitu divisi Human Resource Development (HRD) sebagai divisi pemberdayaan kakak dan divisi Forum orang tua (FOTA).

Sekbid Club hampir sama dengan divisi Mentoring. Club terdiri dari enam divisi yang berperan saat mentoring Club SD. Ada Surviva, Bocah Kreatif, Asterik (Aksi Teater dan tarik suara), BIPP (Bimbingan Ilmu Pengetahuan Praktis), PD (Perisai Diri), dan Pencil (Penulis Cilik). Club merupakan kegiatan ekstra bagi adik SD setelah melakukan mentoring kolosal.

Sekbid yang terakhir adalah Sekbid Sekertaris dan Sekbid Bendahara. Sekbid Sekertaris membawahi dua divisi yaitu, divisi PR (Public Relation) dan divisi Perpustakaan. Divisi Public Relation adalah divisi yang berperan dalam berrelasi  baik dengan internal maupun eksternal. Membangun kerjasama dengan pihak luar dan sebagai humas antar kakak PAS.

Divisi Perpustakaan merupakan divisi baru yang mengurus perpustakaan anak Salman. Tempat perpustakaannya berada diatas Salman Reading Corner (SRC). Awalnya perpustakaan anak bersatu dengan SRC, namun sekarang PAS sendiri yang mengelola perpustakaan anak. Biasanya setiap hari ahad Perpustakaan anak ini membuka stand di Selasar Hijau Salman.

Sama halnya dengan Sekbit Sekertaris, Sekbid Bendahara membawahi dua divisi yaitu, divisi PC (Profit Center) dan divisi Beasiswa. Divisi PC merupakan divisi yang sempat vakum, namun sejak periode 29 lalu divisi ini berjalan kembali. PC sebagai divisi yang memberikan penghasilan tambahan untuk keberjalanan organisasi unit PAS ini.

Sedangkan Divisi Beasiswa sebagai divisi yang memberikan beasiswa kepada adik binaan dhuafa. Adik binaan ini memiliki keinginan kuat untuk mengikuti kegiatan mentoring PAS. Adik Beasiswa dapat mengikuti segala kegiatan mentoring seperti halnya adik regular mendapatkan fasilitas bahkan mendapatkan tambahan bimbingan belajar pada hari sabtunya.

Seperti itulah gambaran setiap divisi yang berada di dalam organisasi unit PAS ini. Setiap divisi akan mempersentasikan program kerja selama satu semester kedepan. Perlu sebuah koordinasi antar tiap anggota dan tiap divisi sehingga mentoring PAS berjalan dengan lancar. [GR]

Persiapan Tiap Divisi Untuk Mentoring PAS Satu Semester Kedepan from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

Mabit Aktifis Salman: Satu Visi Dan Satu Hati

$
0
0

 

BenQ Corporation

Suasana usroh penerima beasiswa Salman ITB (Foto:Tarlani)

 

 

Ada yang berbeda di Masjid Salman ITB pada hari sabtu (2/2). Ratusan orang memenuhi ruang utama Masjid. Mereka adalah mahasiswa peserta Usroh aktifis  salman yang diselenggarakan oleh Badan Kemahasiswaaan dan Kaderisasi (BKK) YPM Salman. Acara ini juga menjadi ajang berkumpulnya para penerima beasiswa dan aktifis salman

Acara usroh dimulai setelah salat subuh. Malam harinya, peserta usroh terutama yang menerima beasiswa Salman diwajbkan menghadiri Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT).  Ketua pelaksana, Iwan Nurfahrudin menyatakan acara Mabit  sangat penting untuk menyatukan para penerima beasiswa salman.

“Penerima beasiswa berasal dari banyak kampus yang berbeda. Sulit untuk dikumpulkan kalau siang hari. Butuh kesepakatan bersama dalam pemantauannya. Penerima beasiswa yang berasal dari luar ITB ada 40%,” kata Iwan di sela-sela acara

Pada Mabit ini, para penerima beasiswa salman  menandatangan kontrak beasiswa dan pemaparan program-program ke depan. Selain berfungsi sebagai ajang silaturahmi, para pengurus dan penerima beasiswa saling bekenalan. Tidak menutup kemungkinan antar penerima beasiswa juga banyak yang belum saling mengenal.

Iwan berharap acara Mabit dan Usroh ini bisa menjalin kedekatan lebih antara penerima beasiswa dan pengurus. “ingin suasana Salman-nya lebih dapat” kata mahasiswa jurusan fisika ITB ini. Acara Mabit dan Usroh akan menjadi kegiatan rutin bulanan setiap sabtu-minggu akhir bulan.

 

Mabit Aktifis Salman: Satu Visi Dan Satu Hati from Masjid Salman ITB - Menuju Masyarakat Informasi Islami

“Maryam Menggugat”, Penelusuran Maulana Terhadap Kepalsuan “Save Maryam”

$
0
0
(Foto: Maulana M. Syuhada)

(Foto: Maulana M. Syuhada)

Apa yang Anda bayangkan setelah menonton vidieo “#SaveMaryam”? Dalam video itu, tertera jika kristenisasi akan menyebabkan populasi Muslim menjadi minoritas beberapa tahun ke depan. Marahkah? Atau menggugat bahwa islam tidak seperti itu? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mengganggu benak Maulana M. Syuhada. Maulana tidak bisa tinggal diam.

Di sela kesibukannya menyelesaikan disertasi doktoral, ia mempelajari sumber-sumber yang “SaveMaryam” ambil. Kemudian, membandingkannya salah satunya dengan data Biro Pusat Statistik mengenai kristenisasi. Mercy Mission (sebuah lembaga yang membuat video Save Maryam dari Britania Raya)  tetap bersikukuh atas keabsahan data yang mereka peroleh.

Kandidat doktor di Lancaster University Management School ini mengadakan soft launching sekaligus diskusi buku barunya di Ruang Utama Masjid Salman ITB Jumat, (1/2).

Diskusi tersebut mengundang pertanyaan bagi audien. Berapa donasi yang telah dihasilkan? Pihak Mercy Mission tidak mau memberitahukan berapa dana yang sudah terkumpul, sejauh ini belum terlihat kontribusi pengalokasian dana terhadap umat islam.

“Masalah ini bagi beberapa orang merupakan masalah yang besar,” ungkap Maulana. Kendati begitu, yang terpenting adalah bagaimana cara kita merespon dan apa yang harus kita lakukan setelah mengetahui kebenaran dari propaganda save maryam itu.

“Menyelamatkan diri  kita sendiri, baru mulai orang-orang yang terdekat,” ujar Zainal Abidin Bagir. Menurut Direktur Center for Religious and Cross-Cultural Studies UGM Yogyakarta ini harus intropeksi mengenai respon terhadap vidieo itu, karena setiap orang memiliki prioritas masing-masing.

Karena keras kepalanya pihak Mercy Mission sehingga Maulana membuat gerakan #SaveUdin. Hal tersebut justru membuat Maulana di cap buruk. Di sisi lain Maulana telah berperan mengungkapkan suatu kebenaran dari propaganda video #SaveMaryam. [ed: GR dan Tr]

Menumbuhkan Masyarakat Melek Media

$
0
0
Foto dari: www.qvwc.org.au

Foto dari: www.qvwc.org.au

Perkembangan media dan teknologi komunikasi yang sangat pesat memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Media bisa seperti dua ujung pedang yang memberikan efek positif juga negatif. Apalagi dengan banyaknya saluran media yang ada. Masyarakat harus semakin mampu memahami bagaimana media massa mempengaruhi khalayaknya.

Untuk dapat mencerna makna pesan melalui media massa, maka masyarakat harus melek media (Media Literacy). “Media Litearsi adalah suatu pengetahuan untuk mengetahui perilaku media dan pengetahuan untuk bisa bijak dalam mengkonsumsi media”, ungkap Iganatius Haryanato, Direktur Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) saat diwawancarai Salman Media melalui pesan elektronik (27/01).

Arus informasi terus mengalir dari berbagai sumber dan saluran. Masyarakat bisa keliru menafsirkan dan salah menyerap pesan-pesan yang beraneka ragam bentuk dan kandungannya. Bila hal itu terjadi, berbagai dampak yang tidak diharapkan dapat menimpa masyarakat sebagai konsumen media. Maka melek media dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyaring dan menganalisis pesan yang diinformasikan.

Media membawa dunia masuk ke dalam setiap rumah. Melalui media, masyarakat belajar tentang perang dan perdamaian, lingkungan, penemuan ilmiah baru, dan sebagainya. Masyarakat sangat tergantung pada komunikasi massa untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan politik. Masyarakat juga mengandalkan media untuk hiburan dan kesenangan.

Ignatius menjelaskan, media literasi penting untuk bisa mengajak masyarakat bijak dalam mengkonsumsi media. Media literasi mendorong masyarakat mengetahui apa yang ditampilkan oleh media tidak semuanya berisi kebenaran. Diharapkan, masyarakat bisa mengatur untuk tidak berlebihan dalam mengkonsumsi media.

Untuk itu harus ada yang mengawasi isi media yang dikonsumsi oleh khalayak. Begitu pentingnya hal ini sehingga tidak bisa dipercayakan begitu saja hanya kepada para penyelenggara media. Masyarakat harus turut serta mengawasinya.

Untuk dapat sampai pada kondisi masyarakat melek media, ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Elizabeth Thoman, Founder dan Presiden Pusat Media Literacy, mendefinisikan Media Literacy sebagai istilah keseluruhan yang menggabungkan tiga tahap kontinum yang mengarah ke media pemberdayaan.

Tahap pertama adalah menyadari akan pentingnya pengelolaan media. Yaitu membuat pilihan dan mengurangi waktu yang dihabiskan dengan televisi, video, permainan elektronik, film dan media cetak berbagai bentuk.

Tahap kedua adalah memiliki keterampilan belajar untuk melihat kritis. Lebih lanjut, masyarakat memiliki keterampilan belajar untuk menganalisa dan mempertanyakan kenyataan apa yang ada di dalam kerangka media. Bagaimana hal itu dikonstruksikan dan apa yang mungkin telah terlewatkan. Keterampilan untuk menonton secara kritis paling baik dipelajari melalui kegiatan kelompok interaktif, serta dari penciptaan dan produksi pesan media itu sendiri.

Yang terakhir, tahap ketiga adalah melihat apa yang ada di balik kerangka kenyataan bentukan media guna mengeksplorasi masalah lebih dalam. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seperti “Siapa yang memproduksi media yang kita terima selama ini?”, “Untuk apa tujuannya?”, “Siapa yang mendapatkan keuntungan dan siapa yang merugi?” Tahap ketiga dalam konteks analisis sosial, politik dan ekonomi akan melihat bagaimana tiap orang membuat makna dari “pengalaman bermedia”.[ed: Tr]

Beasiswa Perintis: Bukan Sekedar Pemberian Beasiswa

$
0
0
Penerima beasiswa menerima materi dari mentor kelompok

Penerima beasiswa menerima materi dari mentor kelompok

Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Salman ITB mengadakan Beasiswa Perintis 3 yang dimulai pada (10/10) lalu. Beasiswa ini ditujukan kepada Siswa dan Siswi kelas XII yang berasal dari MA, SMA / SMK se-Bandung Raya. Tutorial Beasiswa Perintis ini sudah dibuka sebelumnya pada tanggal (19/1) lalu, dan pada Minggu ketiga ini Beasiswa Perintis melakukan Tutorial lanjutan pada Sabtu dan Minggu (2-3/1).
“Walau kegiatan ini sudah memakan kurun waktu berbulan-bulan lamanya. Mereka dibimbing selama beberapa tahap penyeleksian dimulai dari 850 orang peserta menjadi 250 orang peserta hingga nanti mereka akan tersisa menjadi 100 orang peserta yang akan maju ke tahap berikutnya yaitu Learning Camp (LC). Learning Camp adalah program persiapan intensif untuk menghadapi SNMPTN” Ujar Irfan Ramdhani selaku Ketua Koordinir Beasiswa Perintis 3.
“Setelah terpilih mereka akan dibimbing dengan modul pelajaran dari LPP Masjid Salman. Setiap hari Sabtu dan Minggu selama 2 bulan. Pada hari Sabtu dimulai pukul 13:00-17:00 WIB dan Minggu pukul 08:00-12:00 WIB. Setiap dua hari tersebut mereka akan diberikan dua sesi yang masing-masing satu pelajaran disetiap sesinya. Antara lain Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan juga Bahasa Indonesia serta Bahasa Inggris. Sedangkan setiap Minggu selama dua pekan ada stadium general mereka akan ditambah waktunya pembelajarannya sampai pukul 3 sore yang bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) lantai 2”. Lanjut Irfan yang juga kepala program perintis nusantara di LPP ini.
Ia juga menuturkan bahwa program beasiswa ini tidak hanya sekedar beasiswa biasa tetapi mereka di berikan modul pembelajaran yang berbeda dari pemberi beasiswa yang lain. Mereka juga akan diberikan motivasi jika mereka tidak masuk kedalam Learning Camp.
Pada Tutorial kali ini yang dilaksanakan di Gedung Kayu Masjid Salman Lantai 2 tepatnya di Balkon Masjid, Sabtu (02/2).
Viewing all 2618 articles
Browse latest View live