Image may be NSFW.
Clik here to view.Oleh : Rizki Lesus
Laporan Pandangan Mata dari istanbul, Turki dalam misi Kemanusiaan Road4Peace, World For You.
“Are you moslem?” tanya seorang berjaket hitam bertuliskan police. “Yes,” kata kami, tim media road4peace menjawab serentak. Mendengar jawaban kami, raut mukanya berubah. Matanya yang tadi menyipit sekarang seolah berbinar. Senyum tersimpul dari bibirnya. Dibisikkanya beberapa kata ke kawannya yang segera pergi memasuki gedung besar bertuliskan ‘Istanbul Buyuksehir Bellediyes.
Memang, Ahad (22/12/2012) pagi itu, kami, tim media Road4Peace 3 saat itu sedang mengambil beberapa gambar di Istanbul, Turki untuk pemberitaan. Setelah turun dari trem di halte Topkapi, berjalan ke atas, kami disambut dengan angin musim dingin bulan Desember yang menggigit kulit. Di atas, sebuah taman super besar, dengan path-path (jalur pejalan kaki) kecil yang bersimpul pada jalan besar.
Rumput-rumput hijau menghampar, berpagar hanya selutut, membatasi dengan paving block, tempat orang-orang berjalan beratapkan langit yang mendung. Jalanan nyaman dan besar berpaving itu menghubungkan tempat bus-bus berkumpul, dengan pelataran besar di atas sana, di hadapan Bangunan ‘Istanbul Buyuksehlir Bellediyes’. Pohon-pohon yang seakan menggigil sehingga hanya nampak rantingya, membayangi jalur-jalur pejalan kaki di Bumi dua benua itu.
Selemparan mata beredar, Benteng Muhammad Al Fatih itu berdiri kian megah di seberang sana. Air mancur di hadapannya, dari kejauhan dikelilingi keramaian bus-bus dan mobil yang lalu lalang menyemut. Trem-trem biru berjalan teratur, memasuki terowongan tempat di bawah taman Topkapi, tempat turun kami. Laki-laki, hingga perempuan berjilbab dan jaket tebal hilir mudik di path-path yang menuju pelataran gedung panjang di atas sana.
Kini, di Istanbul, puluhan muslimah itu berkerumun dalam keramaian Taman Topkapi, seakan kembali ke masa silam saat Al Fatih membebaskan kota kuno Konstatinopel. Benteng tua yang memanjang di seberang sana, kini menjadi saksi saat Turki kembali menerima (kembali) lautan muslimahnya di kota tua ini. Kami, yang sedang mengambil gambar di taman itu, berjalan menyusuri jalan menanjak ke Pelataran Gedung tempat wanita-wanita berjilbab tadi masuk.
Di pelataran sana, polisi berjaga. Saat memotret bendera Turki di hadapan Gedung Besar itu, dua orang polisi mendekati kami setelah pernah mengingatkan kami dengan bahasa Turki yang tak tahu apa maksudnya. “See your pasport,” katanya. Akhirnya kami perlihatkan Pasport dari Malaysia dan dari Indonesia. Saat itu pula ia bertanya,” Are you moslem?”
***
Wanita muda berjilbab itu datang dari dalam ruangan bersama seorang polisi, datang dan berkata, ”Selamat datang. Kami sedang mengadakan acara kemanusiaan untuk Suriah. Silakan masuk,” kata muslimah itu ramah. Setelah itu, kami memperkenalkan diri dari Indonesia dan Malaysia, wanita itu mengajak kami masuk dan meminta kami untuk menikmati sarapan pagi musim dingin. “ayo nikmati sarapan dulu,” katanya.
“Wah kebetulan sekali belum makan,” celetuk salah seorang di dalam kami. Masuk lah kami ke dalam gedung besar itu bak tamu yang telah lama dinanti. Perjumpaan kami saat itu memang dibilang tak sengaja, alias kami memang tak tahu ada acara tentang Suriah yang juga ternyata setelah melihat banner yang berdiri tegak di Lobi, terdapat tulisan IHH, sebuah LSM Kemanusiaan terbesar di Turki, bahkan di dunia Internasional.
Kami diantar masuk ke ruangan utama, ruangan aula besar berlangit-langit tinggi yang berisi ribuan orang sedang duduk dalam meja-meja bundar, dengan hidangan siap santap di atasnya. Semua meja itu berada di hadapan panggung besar di depan dan bertemu dengan seorang wanita dan seorang pria. Kami nyatakan niat kami untuk mewawancarai IHH tentang Suriah dan juga acara yang tak disangka akan tiba-tiba diundang. “Selesai makan, ayo makan dulu,” ajaknya lagi.
Akhirnya kami makan di salah satu meja panjang di pojok samping panggung. Ada area wanita di sisi bangunan, dan area pria di sisi lainya. Sambil dalam suasana menyantap hidangan pagi (yang saat itu sudah jam 10.30 ), kami mendengarkan kalam ilahi itu menggema di sudut Istanbul, yang dulu sempat ayat-ayat suci itu menghilang setelah Khilafah Turki Utsmani Runtuh.
Ruangan menjadi gelap, semua tertuju pada panggung utama saat video kemanusiaan IHH di Suriah ditayangkan. Sambil dalam suasana breakfast, semua pandangan menyaksikan kezaliman rezim Bashar Al Assad terhadap masyarakat Suriah. Setelah itu, video aksi-aksi kemanusiaan di Suriah, hingga tepuk tangan menggema memenuhi seisi ruangan. Mata-mata itu seakan berkaca-kaca, menahan bulir beningnya.
“Jadi, acara ini bernama Breakfast for Syria sebagai bentuk kepedulian kami pada masyarakat Suriah. IHH melanjutkan proyek-proyek kemanusiaan di belahan dunia, lebih 106 negara. Salah satunya, kami punya kegiatan kemanusiaan di Syri. Syria mempunyai hubungan erat dengan Turki. Lebih 900 km perbatasan kami berhubungan. Syria mempunyai sejarah penting, sebagian dunia islam berkumpul di san,” kata Huseyin Onruck, Deputi Presiden IHH, kepada Alhikmah disela-sela acara Breakfast form Syria.
Huseyin menjelaskan bahwa pada tiga tahun terakhir, Pemerintahan Rezim Bashar Al Assad melakukan pemboman kota-kota. “Lebih dari 300.000 orang dibunuh, lebih dari 10.000 keluarga menjadi pengungsi di banyak tempat di Jordania, Lebanon, dan Turki. Satu juta rumah hilang,” ungkap Huseyin.
Kata Huseyin, apa yang terjadi di Syria seperti gempa besar yang menghancurkan infrastruktur, ekonomi, arsitekutr dan juga masyrakat. “Kami, IHH akan berdiri penuh bersama anak-anak, wanita, dan masyarakat Syria,” tegas Huseyn. Lihatlah ketika mereka membuktikan ucapannya, dengan hidup bersama pengungsi Suriah sepanjang hari. Lihatlah ketika Turki membuka perbatasan-perbatasannya untuk anak-anak kecil itu masuk. Lihatlah ketika ribuan masyrakat datang berbondong-bondong hari Ahad itu, saat libur ke ruangan besar itu, berdonasi untuk saudaranya di Syria yang kini sedang menggigil kedinginan.
“Alhamdulillah, Breakfast for Syria sangat didukung warga Turki. Kami tidak mengumpulkan bantuan dari pemerintah atau pengusaha kaya, tapi dari masyrakat. Lihat ketika lebih dari 2000 irang datang dan mendukung,” kata Huseyin. Lihatlah, ketika dalam ruangan besar itu, ada meja-meja berjejer, anak-anak kecil membuat surat untuk anak kecil di Suriah.
Ketika kerajinan-kerajinan para muslimah itu dijual untuk para wanita Syria. Ketika pria itu membelaikan penanya, membuat kaligrafi nama-nama pengunjung, yang hasil penjualannya diberikan kepada anak-anak kecil Syria. Charity Shop itu penuh dikerumuni masarakat yang berbondong ingin membantu Syria.
“Jadi, banyak sekali yang bisa kita lakukan. Kami tidak peduli, jika kita membantu satu lira atau satu juta, atau satu orang pun Kami, IHH siap menanggung saudara dari Indonesia, dan lain-lain yang ingin bekerja sama dan masuk ke Suriah. Kami siap menyambut siapapun yang ingin membantu Suriah,” pugkas Huseyin Oruck.
Setelah itu, beliau menegaskan bahwa jangan takut membantu rakyat Suriah, bahwa teroris sesungguhnya adalah Rezim Basar Al Assad. Dalam pertemuan singkat itu, terselip harapan pada rakyat Indonesia agar tak henti-hentinya membantu rakyat Suriah. Usai pertemuan itu, kami berkunjung ke Mesjid Sultan Ahmed (Blue Mosque) dan Aya Sofya. Kini, kumandang adzan menggema di sudut Istanbul, merindukan kembali masa-masa itu, ketika Cahaya Islam masuk bumi Eropa.
Riki Lesus. Wartawan Alhikmah.co & Tabloid Alhikmah. Anggota Jurnalis Islam Bersatu dalam Road4Peace 3, Istanbul – Syria
The post Breakfast for Syria appeared first on Masjid Salman ITB.
Image may be NSFW.Clik here to view.